backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Retardasi Mental (Keterbelakangan Mental)

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 02/08/2023

Retardasi Mental (Keterbelakangan Mental)

Perkembangan otak memiliki peranan penting dalam menentukan kemampuan intelektual seseorang. Salah satu masalah yang bisa muncul ketika otak tidak berkembang dengan optimal adalah retardasi mental.

Bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi? Adakah cara untuk mengatasinya supaya otak tetap bisa berfungsi secara optimal? Simak ulasan berikut untuk mengetahuinya!

Apa itu retardasi mental?

Retardasi mental (mental retardation) adalah kondisi ketika seseorang memiliki kemampuan intelektual atau kecerdasan di bawah rata-rata.

Dengan kondisi tersebut, mereka yang menyandangnya akan memiliki kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Kondisi yang juga dikenal dengan keterbelakangan mental ini akan memengaruhi fungsi intelektual dan perilaku adaptif pada diri seseorang.

Gangguan fungsi intelektual dapat ditandai dengan gangguan belajar, berpikir, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Kondisi ini dicirikan dengan nilai IQ di bawah 70.

Sementara itu, hambatan dalam perilaku adaptif melibatkan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkomunikasi, bersosialisasi, dan merawat diri.

Mental retardation umumnya terlihat pada anak-anak di bawah 18 tahun. Mereka yang mengalaminya cenderung kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain itu, anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental biasanya kesulitan mempelajari hal baru yang dapat dilakukan dengan mudah oleh anak-anak sebayanya.

Meski begitu, tingkat retardasi mental setiap orang bisa berbeda-beda. Beberapa orang mungkin tidak bisa mempelajari hal baru tetapi masih bisa merawat diri, atau sebaliknya.

Tanda dan gejala retardasi mental

tumbuh dengan down syndrome

Setiap orang yang mengalami keterbelakangan mental mungkin memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung dengan tingkat keparahannya. 

Biasanya, semakin tinggi tingkat keterbelakangan intelektual, semakin dini tanda-tandanya dapat diketahui. Berikut adalah tanda-tanda umum dari mental retardation.

  • Anak terlambat berjalan, duduk, dan merangkak.
  • Sulit mengingat sesuatu.
  • Tidak mampu berpikir secara logis.
  • Kurangnya rasa ingin tahu.
  • Sulit belajar bicara atau pengucapan kata-katanya tidak jelas.
  • Sulit mempelajari pekerjaan sehari-hari, seperti mandi, makan, berpakaian.
  • Penalaran yang buruk sehingga sulit memecahkan masalah.
  • Tidak mampu mengenali situasi yang membahayakan.
  • Tidak mampu mengelola emosi sehingga mudah stres.
  • Perilaku kekanak-kanakan yang tidak sesuai usia.
  • Pada kondisi yang lebih buruk, retardasi mental dapat ditandai dengan gejala lain, seperti kejang-kejang, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran.

    Penyebab retardasi mental

    Berikut adalah beberapa contoh penyebab retardasi mental. Kondisi ini umumnya sudah berkembang sejak bayi masih di dalam kandungan.

    • Kelainan genetik, seperti Down syndrome, fenilketonuria (PKU), dan Fragile-X syndrome.
    • Komplikasi kehamilan akibat konsumsi alkohol saat hamil, infeksi, atau kekurangan gizi selama kehamilan.
    • Gangguan persalinan, seperti kekurangan oksigen atau bayi lahir prematur.
    • Batuk rejan, campak, atau meningitis.
    • Kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala atau hampir tenggelam.
    • Paparan zat beracun seperti timbal atau merkuri.

    Anak-anak yang mengalami pengalaman traumatis juga memiliki risiko lebih besar memiliki keterbelakangan mental.

    Tahukah Anda?

    Retardasi mental ditemukan pada sekitar 1–3% populasi dunia. Namun, hanya sekitar 25% kasus yang diketahui penyebab spesifiknya.

    Komplikasi retardasi mental

    Anak dengan retardasi mental membutuhkan penanganan yang tepat. Jika tidak, berikut adalah kondisi lain yang bisa mengancam kesehatan mental dan fisik mereka.

    • Gangguan suasana hati.
    • Gangguan mental seperti depresi.
    • Frustrasi.
    • Gangguan kecemasan.
    • Perilaku menyakiti diri sendiri.
    • Gangguan pendengaran atau penglihatan.

    Diagnosis retardasi mental

    perkembangan otak anak usia dini

    Untuk mendiagnosis keterbelakangan mental, dokter akan memeriksa gejala yang ada sekaligus menanyakan tentang riwayat medis anak dan keluarga.

    Proses diagnosis umumnya melewati tiga tahapan, yaitu wawancara dengan orang tua, observasi pada anak dan orang tua, serta pemeriksaan lanjutan.

    Berikut adalah beberapa tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis retardasi mental.

    1. Tes IQ

    Seperti yang disebutkan sebelumnya, IQ rendah menjadi salah satu pertanda anak memiliki keterbelakangan mental.

    Mengutip dari laman Institute for Child Development, berikut adalah tingkatan keterbelakangan mental berdasarkan nilai tes IQ.

    • Ringan: nilai IQ 50–70
    • Sedang: nilai IQ 35–49
    • Berat: nilai IQ 20–34
    • Sangat berat: nilai IQ di bawah 20.

    Hasil tes IQ memang bisa menggambarkan kemungkinan mental retardation pada anak. Akan tetapi, tes ini tidak bisa dijadikan satu-satunya metode diagnosis

    2. Adaptive behavior test

    Tes ini akan membantu dokter menilai keterampilan anak dan membandingkannya dengan keterampilan anak-anak seusianya. Adaptive behavior test akan menilai tiga aspek berikut.

    • Keterampilan konseptual: konsep bilangan serta kemampuan bahasa dan literasi.
    • Kemampuan atau keterampilan sosial: tanggung jawab sosial, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan kemampuan mengikuti aturan.
    • Keterampilan praktis: kemampuan merawat diri dan melakukan pekerjaan sehari-hari.

    3. Tes dan pemeriksaan fisik penunjang

    Untuk mengetahui penyebab pasti retardasi mental, dokter mungkin membutuhkan pemeriksaan fisik penunjang, seperti:

    • tes darah dan urine,
    • elektroensefalografi (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik otak saat kejang, dan
    • CT scan atau MRI untuk memeriksa kelainan kondisi atau perkembangan otak.

    Pada ibu hamil, tes untuk memeriksa kelainan genetik bisa dilakukan dengan amniosentesis atau NIPT.

    Pengobatan retardasi mental

    Retardasi mental bukanlah kondisi yang bisa disembuhkan. Dengan begitu, orang-orang yang mengalaminya akan hidup dengan kondisi ini seumur hidup.

    Meski begitu, ada beberapa terapi yang bisa diikuti untuk meningkatkan keterampilan seseorang dengan keterbelakangan mental.

    Berikut adalah beberapa metode terapi tersebut.

    • Terapi perilaku untuk mengubah perilaku pasien menjadi lebih positif.
    • Terapi okupasional untuk mengajarkan pasien cara melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan mandi.
    • Terapi fisik untuk meningkatkan fungsi gerak tubuh.
    • Terapi wicara untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi.

    Selain terapi, dokter juga bisa memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala mental retardation, seperti obat antikonvulsan untuk kejang-kejang atau pelemas otot untuk mengendalikan gerak tubuh.

    Perawatan rumahan untuk retardasi mental

    terapi anak down syndrome

    Keluarga dan orang-orang di sekitar memiliki peran penting dalam merawat seseorang dengan keterbelakangan mental.

    Supaya kondisi anak tidak semakin memburuk, berikut adalah beberapa perawatan rumahan yang bisa diberikan.

    • Biarkan anak mencoba hal-hal baru secara mandiri. Beri dukungan positif saat anak menghadapi kegagalan.
    • Libatkan anak ke dalam aktivitas kelompok untuk membentuk keterampilan sosial, misalnya kelas seni.
    • Perhatikan perkembangan anak pada setiap tahapan terapi.
    • Cari tahu lebih dalam tentang retardasi mental dan perkembangannya.
    • Ikuti komunitas orang tua yang memiliki anak dengan kondisi serupa.

    Mental retardation bukanlah kondisi yang bisa dicegah. Namun, Anda bisa mengurangi risiko anak lahir dengan keterbelakangan mental dengan cara menerapkan gaya hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 02/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan