backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kolesistitis

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 01/12/2023

Kolesistitis

Kolesistitis merupakan peradangan pada kantong empedu yang disebabkan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi parah. Ketahui gejala, penyebab, dan cara pengobatannya berikut ini. 

Apa itu kolesistitis?

Kolesistitis adalah peradangan pada kantong empedu, yakni organ kecil di sisi kanan perut yang berfungsi untuk menyimpan cairan empedu.  

Organ empedu menempel pada saluran tempat mengalirnya cairan empedu dari hati ke usus. Cairan empedu nantinya akan dikeluarkan dari kantong saat sedang makan untuk membantu mencerna lemak dari makanan.

Kolesistitis terjadi akibat adanya batu empedu yang terjebak di dalam saluran yang mengalirkan cairan empedu menuju usus. 

Peradangan pada kantung empedu dapat sembuh dengan perawatan yang tepat. Jika kondisi ini terjadi karena batu empedu, Anda mungkin membutuhkan prosedur operasi. 

Seberapa umum penyakit ini?

Kolesistitis merupakan kondisi yang umum terjadi. Mengutip Cleveland Clinic, sekitar 15% orang di dunia memiliki batu empedu dan sekitar 20% di antaranya dapat mengalami komplikasi akibat batu empedu, termasuk kolesistitis

Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, kasusnya lebih banyak terjadi pada wanita berusia di atas 40 tahun.

Tanda dan gejala kolesistitis

obat herbal batu empedu

Gejala utama dari kolesistitis akut adalah rasa sakit yang muncul tiba-tiba pada perut bagian kanan atas. Nyeri kronis ini dapat menyebar hingga ke bahu. 

Selain itu, bagian perut yang sakit biasanya sangat lunak dan menghirup bernapas dalam-dalam dapat memperburuk rasa nyeri. 

Berbeda dari sakit perut lainnya, nyeri kolesistitis akut biasanya menetap dan tidak hilang dalam beberapa jam. Di bawah ini berbagai gejala lainnya.

  • Nyeri ketika bernapas, bergerak, atau ketika ditekan.
  • Bersendawa, mual, dan muntah.
  • Kulit dan mata menguning (penyakit kuning).
  • Feses encer dan berwarna pucat.
  • Demam dan menggigil, bila kantung empedu telah mengalami infeksi.

Kapan harus periksa ke dokter?

Bila Anda baru mengalami gejala dan merasakan nyeri hebat, sebaiknya segera cari pertolongan medis. Anda juga harus periksa ke dokter bila nyeri sampai membuat Anda sulit berdiam diri.

Penyebab kolesistitis

Seringnya peradangan pada kantung empedu disebabkan oleh adanya batu empedu yang menyumbat saluran tempat mengalirnya empedu menuju usus.

Akibatnya, cairan empedu menumpuk dan menyebabkan peradangan. Pada beberapa kasus, peradangan ini juga bisa berujung infeksi.

Selain itu, berikut beberapa gangguan pada empedu lainnya yang dapat menimbulkan kolesistitis.

  • Tumor: tumor dapat menghambat jalan keluarnya empedu dari kantung empedu.
  • Penyumbatan saluran empedu: saluran empedu yang bengkok, rusak, atau mengalami luka juga dapat menyebabkan penyumbatan yang menyebabkan kolesistitis.
  • HIV/AIDS: HIV/AIDS dan infeksi virus tertentu lainnya juga dapat memicu peradangan.
  • Gangguan pada pembuluh darah: beberapa penyakit tertentu dapat merusak pembuluh darah dan menurunkan aliran darah ke kantung empedu, sehingga menyebabkan kolesistitis.

Faktor risiko kolesistitis

Selain riwayat memiliki batu empedu, Anda berisiko tinggi terhadap penyakit ini bila memiliki faktor berikut ini.

  • Berjenis kelamin wanita dan berusia lebih 60 tahun.
  • Sering makan makanan yang tinggi lemak dan kolesterol.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Memiliki penyakit diabetes.
  • Sedang hamil atau telah menjalani beberapa kali kehamilan.
  • Melakukan terapi penggantian estrogen atau pil KB.
  • Mengalami penurunan berat badan yang drastis.

Perlu diketahui, tidak memiliki faktor-faktor di atas bukan berarti sama sekali tidak berisiko terkena penyakit. Maka dari itu, konsultasikanlah dengan dokter dan tetap jaga kesehatan agar terhindar dari masalah empedu.

Komplikasi kolesistitis

Mengutip situs John Hopkins Medicine, pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi berikut ini.

  • Infeksi dan penumpukan nanah dalam kantung empedu.
  • Kematian jaringan dalam kantung empedu.
  • Cedera pada saluran empedu yang memengaruhi organ hati.
  • Infeksi dan peradangan pada pankreas (pankreatitis).
  • Infeksi dan radang selaput perut (peritonitis).

Diagnosis kolesistitis

Pada awalnya, dokter tentu akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu dan menanyakan seputar gejala yang dialami beserta riwayat kesehatan Anda.

Bila dicurigai adanya kemungkinan terkena kolesistitis, dokter akan melakukan tes lanjutan guna menegakkan diagnosis. Berikut beberapa di antaranya.

  • Tes darah: pemeriksaan darah bertujuan untuk melihat adanya tanda-tanda masalah pada kandung empedu dan adanya kemungkinan infeksi.
  • Tes pencitraan: tes pencitraan biasanya dilakukan dengan ultrasonografi pada perut, ultrasonografi endoskopi, atau CT-scan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gambar kandung empedu yang juga mengungkap adanya tanda-tanda kolesistitis atau batu di saluran empedu Anda.
  • Hepatobiliary iminodiacetic acid (HIDA): tes ini akan melacak produksi dan aliran empedu dari hati ke usus kecil dan mengetahui ada atau tidaknya masalah penyumbatan. 

Berapa lama penyembuhan kolesistitis?

Biasanya, gejala akan menghilang dalam 2 – 3 hari setelah perawatan. Namun, peradangan pada kantong empedu bisa terulang kembali. Jika hal ini terjadi, Anda mungkin disarankan melakukan operasi menghilangkan batu empedu. 

Pengobatan kolesistitis

laparoskopi

Biasanya, Anda perlu menjalani pengobatan di rumah sakit bila terkena kolesistitis. Pada saat perawatan, Anda akan diberikan obat-obatan penghilang nyeri, antibiotik untuk mengobati infeksi, serta infus cairan agar terhindar dari dehidrasi.

Pada masa tersebut, dokter juga akan menyuruh Anda berpuasa. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu istirahat bagi kantong empedu.

Pada beberapa kasus, pasien harus segera menjalani operasi untuk menyembuhkan penyakit ini. Bergantung dengan kondisi pasien, ada beberapa prosedur yang bisa dipilih guna mengobati kolesistitis.

1. Kolesistektomi laparoskopi

Kolesistektomi laparoskopi merupakan salah satu prosedur pengangkatan kantong empedu. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada perut dan mengangkat kantong empedu dengan menggunakan bantuan alat berupa kamera kecil bernama laparoskop.

Setelah dioperasi, cairan empedu akan langsung mengalir dari hati menuju usus kecil. Biasanya prosedur ini dilakukan pada orang-orang yang terkena kolesistitis akut setelah sehari atau dua hari didiagnosis penyakit.

2. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)

Bila pasien memiliki batu empedu atau penyumbatan pada saluran empedu, ERCP akan dilakukan.

Prosedur ini dilakukan oleh seorang ahli endoskopi dengan memasukkan alat kecil melalui endoskopi untuk mengangkat batu empedu yang tersangkut di dalam saluran empedu. 

Perawatan rumahan kolesistitis

Tentunya perawatan tidak hanya bergantung pada obat-obatan dan operasi saja. Bila ingin cepat pulih, Anda juga harus melakukan berbagai perubahan kebiasaan seperti di bawah ini.

  • Makan makanan yang bergizi, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian. Hindari makanan yang berlemak tinggi serta yang mengandung banyak kolesterol.
  • Jaga berat badan yang ideal, terutama bila tubuh Anda sudah mencapai berat badan berlebih, sebaiknya benahi menu makan sehari-hari dan rutin berolahraga yang disarankan untuk pasien batu empedu.
  • Pastikan turun berat badan dengan perlahan, misalnya hanya 0,5 kilogram per minggu.

Seseorang yang menderita kolesistitis dapat memiliki gejala yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, selalu waspada dan perhatikan beberapa gejala yang muncul. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 01/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan