backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Mengenal Kehamilan Postmatur, saat Kelahiran Tak Kunjung Terjadi

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/11/2022

    Mengenal Kehamilan Postmatur, saat Kelahiran Tak Kunjung Terjadi

    Pernahkah Anda mendengar tentang kehamilan postmatur? Postmatur adalah kondisi ketika waktu kehamilan sudah melebihi usia normalnya, yakni lebih dari 42 minggu. Kehamilan postmatur dapat menimbulkan komplikasi kehamilan baik bagi ibu maupun janin. Apa penyebab postmatur dan adakah bahayanya? Simak penjelasannya berikut.

    Apa penyebab postmatur?

    perut kedutan saat hamil

    Kehamilan postmatur, kehamilan post term, atau kehamilan serotinus, adalah kondisi kehamilan yang lewat waktu atau lebih dari hari perkiraan lahir (HPL).

    Kehamilan yang dikatakan postmatur adalah ketika usia kehamilan sudah melewati 42 minggu (294 hari) terhitung, tapi belum kunjung melahirkan.

    Ini dihitung  dari hari pertama haid terakhir atau lewat dari hari taksiran persalinan lebih dari 14 hari.

    Penyebab terjadinya kehamilan postmatur sampai saat ini belum dapat dipastikan.

    Namun, salah satu faktor risiko paling umum dari kehamilan postmatur adalah kekeliruan mengingat tanggal hari pertama haid terahir (HPHT).

    Padahal, HPHT tetap menjadi informasi yang penting bagi dokter untuk memperkirakan tanggal persalinan meski mereka akan memastikan kondisi janin serta usia kehamilan yang lebih akurat lewat USG di trimester pertama.

    Melansir dari Baby Injury Guide, beberapa hal lain yang turut menjadi faktor risiko kehamilan postmatur adalah sebagai berikut.

    • Ibu hamil mengalami obesitas.
    • Riwayat kehamilan post-term sebelumnya.
    • Defisiensi sulfat pada plasenta (kelainan genetik yang sangat jarang).
    • Kelainan sistem saraf pusat
    • Anensefali

    Apa risiko jika ibu mengalami kehamilan postmatur?

    Hasil data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menyebutkan bahwa angka kejadian kehamilan lewat waktu (lebih dari 42-43 minggu) di Indonesia kira-kira 20 persen.

    Pada ibu dan janin, kehamilan postmatur secara umum dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi berikut ini.

    1. Makrosomia janin

    Makrosomia adalah istilah medis untuk bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram (>4 kg).

    Artinya, tubuh bayi jauh lebih besar dari ukuran bayi baru lahir pada umumnya. Hal ini dapat menimbulkan sejumlah masalah persalinan.

    Bayi yang terlalu besar butuh waktu yang lebih lama dan proses yang lebih rumit untuk dilahirkan.

    Ini dapat meningkatkan risiko distosia bahu bayi yang dapat menyebabkan cedera parah, asfiksia (tercekik karena kekurangan oksigen), hingga bahkan kematian.

    Makrosomia juga sering kali dihubungkan dengan faktor risiko terjadinya penyakit kuning (jaundice), diabetes, obesitas, dan sindrom metabolik lainnya pada anak-anak.

    2. Insufisiensi plasenta

    Insufisiensi plasenta terjadi ketika kondisi plasenta tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada janin.

    Plasenta akan mencapai ukuran paling maksimal pada usia kehamilan 37 minggu.

    Setelah memasuki usia kehamilan 41 minggu, plasenta semakin lama akan semakin menyusut dan mulai mengalami penurunan fungsi. 

    Oleh karena itu, jika usia kehamilan 42 minggu ibu belum melahirkan juga, janin berisiko tidak bisa mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang cukup.

    Hal ini bisa meningkatkan risiko janin mengalami masalah kesehatan di dalam kandungan, misalnya kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan terjadinya cerebral palsy dan gangguan tumbuh kembang.

    3. Aspirasi mekonium

    Aspirasi mekonium adalah kondisi medis yang cukup berbahaya ketika janin menghirup/memakan cairan ketuban serta feses pertamanya (mekonium) dalam kandungan.

    Pada umumnya, bayi akan mengeluarkan feses pertamanya dalam beberapa hari setelah melahirkan.

    Oleh karena itu, kelahiran yang terlambat berisiko menyebabkan fese keluar di dalam rahim dan termakan oleh janin.

    Kondisi ini dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan mengalami infeksi serta peradangan pada paru-parunya.

    Walaupun jarang terjadi, aspirasi mekonium juga dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan hipertensi paru persisten pada bayi baru lahir (Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn/PPHN) akibat kekurangan oksigen.

    4. Kematian ibu saat melahirkan

    Kehamilan postmatur adalah salah satu faktor risiko utama dari kematian ibu saat melahirkan akibat perdarahan berat atau infeksi sepsis.

    Ini karena ibu menjadi lebih rentan mengalami komplikasi persalinan serta komplikasi lainnya yang mungkin terjadi setelah kelahiran bayi.

    Risiko komplikasi lainnya akibat kehamilan postmatur adalah sebagai berikut.

    • Vagina robek.
    • Forceps maupun ekstraksi vakum selama persalinan.
    • Infeksi.
    • Komplikasi luka.
    • Masalah plasenta.
    • Tingkat cairan ketuban rendah.

    Kehamilan postmatur juga meningkatkan risiko melahirkan dengan operasi caesar.

    Bagaimana cara mencegah terjadinya kehamilan postmatur?

    lapatinib untuk ibu hamil aman?

    Kehamilan postmatur beserta segala kemungkinan risikonya dapat dicegah sejak dini dengan rutin memeriksakan kandungan sejak trimester pertama.

    Lakukan USG secara teratur agar Anda dapat mengetahui perkembangan bayi dan usia bayi dengan lebih pasti.

    Apabila terdapat perbedaan antara perkiraan usia janin dengan perhitungan tanggal dokter dan USG, gunakanlah usia kehamilan yang ditentukan berdasarkan hasil USG.

    Selain itu, sebaiknya usahakan untuk selalu mencatat tanggal siklus haid Anda sejak sebelum merencanakan kehamilan.

    Catatan ini akan berguna bagi dokter memperkirakan tanggal taksiran persalinan sekaligus untuk mengetahui apakah Anda memiliki gangguan siklus haid atau tidak.

    Penting untuk diingat

    Apabila usia kehamilan Anda sudah lebih dari 42 minggu tapi belum melahirkan, jangan panik dan segera konsultasikan ke dokter mengenai kondisi Anda. Dokter dapat menyarankan untuk mulai menginduksi persalinan atau melahirkan lewat caesar jika memungkinkan. Hal ini terutama setelah mengecek kondisi cairan ketuban makin sedikit dan pergerakan janin mulai melemah ata terasa berhenti.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan