backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Berbagai Penyebab Bayi Lahir Dalam Keadaan Meninggal (Stillbirth)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 25/05/2021

    Berbagai Penyebab Bayi Lahir Dalam Keadaan Meninggal (Stillbirth)

    Peristiwa bayi mati sebelum usia kandungan mencapai 20 minggu biasa kita kenal dengan sebutan keguguran. Sedangkan kondisi bayi yang mati di usia kehamilan lebih dari 20 minggu dinamakan dengan bayi lahir mati atau stillbirth. Banyak orang menganggap bahwa keguguran adalah semua kematian bayi sebelum ia lahir ke dunia, padahal kondisi tersebut bisa berbeda tergantung dari usia kehamilan ibu saat bayi dikatakan meninggal.

    Bayi lahir mati dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kondisi ibu, janin, dan juga plasenta. Kecukupan gizi ibu selama hamil juga dapat memengaruhi risiko bayi mengalami lahir mati. Berikut ulasan lengkap berbagai penyebab dan faktor risiko terjadinya stillbirth.

    Apa saja penyebab terjadinya stillbirth?

    Satu dari 200 kehamilan dapat mengalami kematian sebelum bayi lahir pada usia kandungan lebih dari 20 minggu. Tidak jauh berbeda dengan penyebab dari keguguran, bayi lahir mati juga bisa disebabkan oleh kondisi ibu maupun janin. Berikut ini beberapa penyebabnya.

    1. Cacat lahir, dengan atau tanpa kelainan kromosom

    Kelainan kromosom bertanggung jawab sebesar 15-20% dari semua kejadian stillbirth. Terkadang, bayi mempunyai kelainan struktural yang tidak disebabkan oleh kelainan kromosom, tetapi disebabkan oleh genetik, lingkungan, dan penyebab yang tidak diketahui.

    2. Masalah dengan tali pusar

    Saat persalinan, bisa saja terjadi situasi ketika tali pusar bayi keluar lebih dulu sebelum bayi keluar (prolaps tali pusar). Kondisi tersebut dapat menghalangi pasokan oksigen bayi sebelum bayi mampu bernapas sendiri. Tali pusar juga dapat terlilit di leher bayi sebelum persalinan, sehingga mengganggu pernapasan bayi. Meski bukan menjadi penyebab utama, dua kejadian yang melibatkan tali pusar ini dapat menyebabkan bayi lahir mati. 

    3. Masalah pada plasenta

    Masalah pada plasenta menyebabkan sekitar 24% dari peristiwa bayi lahir mati. Masalah pada plasenta ini mencakup pembekuan darah, peradangan, masalah dengan pembuluh darah di plasenta, abrupsio plasenta (di mana plasenta memisah terlalu dini dari dinding rahim padahal belum waktunya), dan kondisi lainnya yang berkaitan dengan plasenta. Wanita yang merokok selama kehamilan lebih mungkin untuk mengalami abrupsio plasenta dibandingkan wanita yang tidak merokok.

    4. Kondisi kesehatan ibu

    Kondisi kesehatan ibu hamil seperti diabetes, tekanan darah tinggi, preeklampsia, lupus (gangguan autoimun), obesitas, trauma atau kecelakaan, trombofilia (kondisi kelainan pembekuan darah), dan penyakit tiroid memengaruhi juga kesehatan bayi dalam kandungan. Tekanan darah tinggi atau preeklampsia saat hamil meningkatkan risiko abruptio plasenta atau bayi lahir mati dua kali lebih besar.

    5. Intrauterine growth restriction (IUGR)

    IUGR membuat janin memiliki risiko tinggi kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi ini kemudian membuat pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu. Pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjalan sangat lambat dapat menempatkan janin pada risiko lahir mati. Bayi yang kecil atau tidak tumbuh sesuai dengan usianya berisiko mengalami kematian karena asfiksia atau kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran.

    6. Infeksi selama kehamilan yang dapat mempengaruhi ibu, bayi, atau plasenta

    Sekitar 1 dari 10 kejadian bayi lahir mati disebabkan oleh infeksi. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati adalah sitomegalovirus, rubella, infeksi saluran kencing dan saluran kelamin (seperti herpes genital), listeriosis (akibat keracunan makanan), sifilis, dan toksoplasmosis. Beberapa infeksi ini mungkin tidak menunjukkan gejala dan mungkin juga tidak terdiagnosis sebelum ibu mengalami kondisi yang lebih serius, seperti kelahiran prematur atau stillbirth.

    Apa saja yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini?

    Sama seperti keguguran, bayi lahir mati tentu bukan kejadian yang diinginkan oleh semua ibu hamil. Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stillbirth. Dengan mengetahui hal ini, Anda dapat mencegah atau mengurangi risiko agar hal-hal yang tak diinginkan selama selama kehamilan dapat dihindari.

    1. Pernah mengalami kejadian bayi lahir mati sebelumnya

    Jika Anda pernah mengalami stillbirth sebelumnya, maka Anda harus lebih memperhatikan kondisi kesehatan pada kehamilan berikutnya. Penuhi kebutuhan nutrisi Anda dan janin, serta lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan Anda. Riwayat kelahiran prematur atau preeklampsia juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati.

    2. Kehamilan kembar atau lebih

    Kehamilan kembar mungkin menyenangkan, namun jangan lupa untuk juga lebih memperhatikan kehamilan kembar Anda. Komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan kembar lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal, termasuk juga kejadian bayi lahir mati.

    3. Usia saat hamil

    Usia saat kehamilan yang terlalu muda (di bawah 15 tahun) maupun usia saat kehamilan yang lebih tua (di atas 35 tahun) menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian stillbirth. Oleh karena itu, penting untuk merencanakan kehamilan Anda.

    4. Berat badan

    Penting bagi Anda untuk menjadi berat badan sebelum maupun selama kehamilan. Berat badan yang sangat kurang maupun sangat berlebih (obesitas) dapat meningkatkan risiko kejadian yang tidak diinginkan, seperti stillbirth. Sebaiknya perhatikan berapa penambahan berat badan yang harus Anda penuhi selama kehamilan, sesuaikan dengan berat badan Anda sebelum hamil.

    5. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatan

    Ketiga hal ini dapat meningkatkan risiko Anda mengalami kondisi stillbirth. Jauhi ketiga hal ini saat kehamilan. Jika Anda membutuhkan konsumsi obat-obatan saat kehamilan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 25/05/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan