backup og meta
Kategori

1

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Mungkinkah Melahirkan Normal Bila Punya Mata Minus?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mungkinkah Melahirkan Normal Bila Punya Mata Minus?

    Bagi ibu hamil yang sehat dan tidak memiliki kehamilan risiko tinggi, Anda sangat disarankan untuk melahirkan normal. Namun, bagi ibu hamil yang punya mata minus, sebaiknya diskusikan dulu dengan dokter kandungan Anda. Katanya, ibu hamil yang punya mata minus tidak bisa melahirkan normal. Benarkah demikian? Apa alasannya?

    Risiko yang mungkin terjadi jika memiliki mata minus

    akibat memakai kacamata minus yang tidak sesuai

    Mata minus atau rabun jauh (miopi) terjadi karena bola mata terlalu panjang atau kornea yang melengkung terlalu curam.

    Ini mengakibatkan cahaya yang seharusnya jatuh tepat di retina justru berada di depannya.

    Itulah mengapa orang-orang yang bermata minus tidak dapat melihat benda pada jarak jauh dengan jelas.

    Umumnya, miopi bukanlah kondisi serius. Penderitanya dapat menggunakan kacamata untuk membantu mengoreksi penglihatannya.

    Meski begitu, rabun jauh parah atau minus mata tinggi (skor minus mencapai -5,00 dioptri atau lebih) berisiko mengalami ablasio retina.

    Ini adalah kondisi terlepasnya bagian retina dari jaringan pendukung sekitarnya di belakang bola mata.

    Hal ini disebabkan oleh bertambahnya perpanjangan bola mata ke bagian depan yang semakin menipiskan retina mata Anda.

    Penipisan lapisan retina lama-lama dapat menyebabkan retina sobek.

    Kondisi ini menyebabkan cairan vitreus (cairan di bagian tengah bola mata) merembes masuk di celah antara retina dan lapisan di belakangnya.

    Cairan ini kemudian menumpuk dan menyebabkan seluruh lapisan retina terlepas dari dasarnya.

    Bila ablasio retina terjadi, penglihatan Anda bisa menjadi buram atau bahkan kehilangan penglihatan secara mendadak. Kondisi ini termasuk gawat darurat medis.

    Di sisi lain, selain minus mata tinggi, ablasio retina juga bisa terjadi karena peradangan (uveitis) atau cedera pada mata.

    Selain itu, beberapa kondisi juga meningkatkan risiko ablasio retina, seperti preeklampsia atau eklampsia, komplikasi diabetes, hingga pertambahan usia. 

    Bahaya jika ibu dengan mata minus melahirkan normal

    bab saat melahirkan

    Sudah sejak lama terdengar jika ibu hamil dengan mata minus, terutama miopi tinggi, tak dapat melahirkan secara normal.

    Pendapat ini muncul karena adanya risiko kesehatan yang bisa terjadi bila ibu bertama minus melahirkan normal. Apa saja risikonya?

    1. Ablasio retina

    Ablasio retina sering disebut menjadi salah satu risiko yang bisa terjadi akibat proses melahirkan normal.

    Bagaimana bisa? Saat mengejan untuk melahirkan (ngeden), ibu membutuhkan banyak tenaga sehingga dapat menimbulkan ketegangan berat.

    Hal ini diyakini berisiko meningkatkan tekanan pada otot-otot perut, dada, dan mata. Tekanan besar inilah yang dikhawatirkan dapat memicu lepasnya retina mata Anda.

    2. Perdarahan retina

    Selain ablasio retina, ibu hamil yang menderita miopi, terutama mata minus tinggi, juga berisiko mengalami perdarahan retina selama proses melahirkan normal.

    Pasalnya, ibu hamil dengan miopi tinggi bisa mengalami neovaskularisasi koroid, yaitu terbentuknya pembuluh darah baru yang tidak normal di dekat retina.

    Pembuluh darah ini rentan pecah selama proses melahirkan normal terjadi sehingga dapat menimbulkan perdarahan.

    Adapun kedua kondisi di atas dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara mendadak.

    Oleh karena itu, dokter mata dan dokter kandungan kerap merekomendasikan proses melahirkan secara operasi caesar untuk ibu hamil yang memiliki miopi, terutama dengan skor minus yang tinggi.

    Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi saat persalinan di atas.

    Bisakah ibu hamil yang punya mata minus melahirkan normal?

    mempercepat pembukaan persalinan

    Meski risiko di atas sering disebutkan, beberapa penelitian justru menemukan hal sebaliknya.

    Menurutnya, tidak ada bukti medis yang menunjukkan bahwa persalinan normal akan merusak retina mata wanita.

    Melansir laman Royal Berkshire NHS Foundation Trust, persalinan normal tidak meningkatkan risiko ablasio retina, termasuk pada penderita rabun jauh.

    Hal ini pun berlaku bagi wanita yang pernah mengalami ablasio retina sebelumnya dan pernah menjalani perawatan medis untuk mengatasi kondisi tersebut.

    Penelitian terdahulu yang diterbitkan pada jurnal Graefe’s Archive for Clinical and Experimental Ophthalmology pun tidak menemukan adanya masalah pada retina ketika ibu hamil bermata minus melahirkan secara normal.

    Penelitian ini dilakukan dengan mengamati 10 wanita yang mengalami penurunan gangguan penglihatan tertentu sampai yang memang memiliki riwayat ablasio retina.

    Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, mata minus disebut bukanlah penghalang bagi ibu untuk melahirkan secara normal.

    Meski begitu, ibu hamil yang memiliki masalah mata minus sebaiknya tetap memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter mata sebelum menentukan metode persalinan yang tepat.

    Dokter mata dapat memeriksa kondisi mata ibu dan kemungkinan adanya komplikasi miopi yang bisa meningkatkan risiko ablasi atau perdarahan retina.

    Bila di mata ibu ditemukan adanya neovaskularisasi koroid, dokter mungkin akan menyarankan ibu untuk menjalani operasi caesar.

    Hal ini untuk mengurangi risiko pecahnya pembuluh darah baru yang terbentuk akibat miopi tinggi yang ibu miliki.

    Jika kondisi mata minus dan retina Anda baik, Anda mungkin saja dapat menjalani proses melahirkan normal ketika waktunya datang.

    Intinya, bila Anda memiliki mata minus dan ingin melahirkan normal, selalu pastikan kondisi kesehatan Anda kepada dokter kandungan dan dokter mata sebelum memilih metode persalinan.

    Dokter akan memberi pertimbangan dan rekomendasi sesuai dengan kondisi kesehatan, kehamilan, dan perkembangan janin Anda di dalam kandungan.

    Tanyakan pada dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan