Menurut studi tersebut, ibu baru yang mengambil cuti kerja kurang dari enam bulan setelah persalinan memiliki risiko depresi postpartum yang lebih tinggi.
Pakar lainnya pun menyebutkan bahwa cuti melahirkan lebih dari enam bulan, tetapi kurang dari setahun dinilai sebagai waktu yang paling ideal.
Di sisi lain, beberapa pakai lainnya menyebut, waktu istirahat selama 12 minggu itu sendiri sudah dianggap cukup bagi ibu untuk memulihkan fisiknya secara umum setelah persalinan.
International Labour Organization (ILO) pun menetapkan batas minimal cuti yang perlu ditetapkan oleh negara, yaitu minimal 12 minggu, meski waktu 14 minggu adalah lama cuti yang direkomendasikan.
Meski demikian, di Indonesia, wacana menambah waktu cuti melahirkan dari tiga bulan menjadi enam bulan juga tengah disorot.
Hal ini sesuai dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketahanan Keluarga yang masih terus dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dampak cuti melahirkan yang terlalu singkat bagi ibu dan bayi
Bila ibu bersalin hanya mengambil cuti selama dua bulan atau bahkan kurang dari itu, inilah berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi.
1. Depresi pascamelahirkan
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa ibu yang langsung kembali bekerja setelah melahirkan lebih rentan mengalami depresi pascamelahirkan (postpartum).
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar