backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

6 Hal yang Katanya Bisa Menentukan Jenis Kelamin Bayi. Mitos atau Fakta?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 05/10/2021

    6 Hal yang Katanya Bisa Menentukan Jenis Kelamin Bayi. Mitos atau Fakta?

    Perempuan atau laki-laki, beberapa pasangan mungkin tidak mempermasalahkan jenis kelamin bayinya yang sedang dalam kandungan. Namun, pastinya Anda penasaran akan melahirkan bayi laki-laki atau perempuan.

    Mungkin terdapat beberapa faktor jenis kelamin bayi yang dipengaruhi oleh Anda. Secara tidak sengaja mungkin faktor-faktor ini turut andil dalam menentukan bayi Anda membawa kromosom XX (perempuan) atau XY (laki-laki).

    6 hal yang “katanya” mempengaruhi jenis kelamin bayi

    Beragam anggapan muncul di masyarakat, bahwa terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi, seperti makanan yang biasa Anda makan, waktu Anda berhubungan seks, waktu Anda ovulasi, atau hal-hal lainnya. Mungkin Anda ingin memiliki bayi laki-laki, tetapi pasangan Anda menginginkan perempuan. Sayangnya, tidak ada bukti medis kuat yang membuktikan bahwa ada cara pasti yang dapat membuat Anda bisa ikut menentukan jenis kelamin bayi seperti yang Anda inginkan.

    1. Waktu berhubungan seksual

    Waktu berhubungan seksual dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi. Konsepsi atau pembuahan merupakan bertemunya sel sperma dan sel telur. Terdapat teori yang mengatakan bahwa sperma yang membawa kromosom Y dapat berenang lebih cepat dan cepat mati sebelum pembuahan terjadi, sedangkan sperma yang membawa kromosom X berenang lebih lambat tetapi lebih kuat. Sehingga berhubungan seksual dalam waktu dekat ovulasi dapat menghasilkan bayi laki-laki, sedangkan berhubungan seksual beberapa hari sebelum ovulasi dapat menghasilkan bayi perempuan.

    Namun, teori ini masih diperdebatkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine tahun 1995 menemukan tidak ada hubungan antara waktu berhubungan seksual dengan jenis kelamin bayi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan ini.

    2. Posisi berhubungan seksual

    Beberapa orang juga percaya bahwa posisi saat berhubungan seksual dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi. Kepercayaan ini menyebutkan bahwa jika Anda menginginkan bayi laki-laki sebaiknya menggunakan posisi berdiri saat berhubungan seksual dan jika Anda menginginkan bayi perempuan sebaiknya dalam posisi misionaris. Namun, hal ini hanyalah mitos yang belum dapat dibuktikan kebenarannya.

    Mitos lain yang berkembang, yaitu membuat vagina dalam suasana asam untuk mendapatkan bayi berjenis kelamin perempuan dan membuat vagina dalam suasana basa untuk mendapatkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Dan hal ini juga belum dapat dibuktikan kebenarannya.

    3. Makanan yang Anda makan

    Beberapa penelitian mengaitkan antara jumlah kalori yang dimakan dan jenis kelamin bayi, seperti pada penelitian yang diterbitkan oleh Proceedings of the Royal Society B tahun 2008. Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi lebih banyak kalori pada satu tahun sebelum konsepsi, terutama yang makan sereal saat sarapan dan makan makanan tinggi kalium, memiliki kemungkinan untuk mendapatkan bayi laki-laki lebih tinggi daripada wanita yang melewatkan sarapan dan mengonsumsi lebih sedikit kalori.

    Namun, penelitian pada tahun 2009 pada jurnal yang sama membantah hal itu dan menganggapnya hanya sebuah kebetulan. Banyak kepercayaan yang berkembang di masyarakat yang mengatakan bahwa makanan yang ibu makan dapat mempengaruhi jenis kelamin bayi. Tetapi, sekali lagi ini hanya mitos yang belum dapat dibuktikan kebenarannya.

    4. Riwayat keluarga

    Beberapa orang mungkin menebak-nebak jenis kelamin bayi yang akan lahir dengan melihat riwayat keluarganya, seperti jumlah anak laki-laki dan perempuan yang sudah ada dalam keluarga. Mungkin ada beberapa keluarga dengan kecenderungan genetik seperti ini, tetapi tidak berlaku untuk semua. Lagi-lagi, ini merupakan suatu kebetulan, belum ada penelitian yang dapat membuktikan hal ini.

    5. Tingkat stres

    Beberapa peneliti berasumsi bahwa sperma pembawa kromosom Y rentan terhadap tingkat stres psikologis yang tinggi, sehingga ibu atau ayah yang mengalami stres akan lebih mungkin memiliki bayi perempuan. Namun, hal ini masih berupa spekulasi dan belum terbukti memiliki dampak yang nyata pada jenis kelamin bayi.

    6. Teknik fertilisasi in vitro alias bayi tabung

    Berdasarkan sebuah penelitian dari University of New South Wales di Australia tahun 2010, jenis kelamin bayi laki-laki atau perempuan mungkin tergantung pada teknik fertilisasi in fitro (bayi tabung) yang digunakan. Peneliti menemukan bahwa persentase bayi laki-laki menjadi sekitar 49% ketika pasangan memilih untuk injeksi sperma intracytoplasmic, di mana sperma disuntikkan langsung ke dalam telur, dan sel telur yang telah dibuahi dipindahkan ke dalam rahim pada tahap pembelahan, yaitu sekitar dua atau tiga hari setelah sperma disuntikkan.

    Pada teknik lain, persentase bayi laki-laki naik menjadi 56%. Hal ini terjadi ketika standar fertilisasi in vitro dilakukan. Sel telur dan sperma dicampur dalam sebuah piring (bukan disuntikkan) dan embrio (sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma) dipindahkan ke dalam rahim pada tahap blastokista, yaitu sekitar empat hari setelah sel sperma membuahi sel telur. Alasan yang mendasari hal ini tidak diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan berhubungan dengan lamanya waktu embrio dikultur di laboratorium. Bayi laki-laki mungkin lebih kuat, sehingga memungkinkan embrio mampu bertahan lebih lama di luar tubuh.

    Benarkah hal tersebut mempengaruhi jenis kelamin bayi?

    Sangat sedikit penelitian yang membuktikan faktor-faktor tersebut benar-benar berdampak pada jenis kelamin bayi Anda. Bahkan beberapa ahli menganggapnya hanya sebuah kebetulan, tidak ada yang benar-benar dapat dilakukan untuk bisa menentukan jenis kelamin dari bayi Anda. Dilansir dari webMD, Steven Ory, seorang ahli endokrinologi reproduksi, mengatakan bahwa tidak ada hal yang benar-benar dapat mempengaruhi pemilihan jenis kelamin bayi Anda. Anda memiliki kemungkinan 50-50 untuk mendapatkan bayi laki-laki atau perempuan. Lagipula, tidak ada bedanya antara bayi laki-laki atau perempuan, mereka mempunyai keistimewaan masing-masing. Anda hanya perlu menikmati kejutan yang diberikan saat bayi lahir.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 05/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan