backup og meta
Kategori

8

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Turun Rahim Saat Hamil, Apakah Berbahaya untuk Janin?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 22/02/2024

Turun Rahim Saat Hamil, Apakah Berbahaya untuk Janin?

Rahim turun atau dalam bahasa medisnya prolaps uteri ternyata bisa terjadi saat hamil. Dalam kondisi ini, rahim yang sudah berisi janin akan terdorong hingga terlihat menonjol pada vagina.

Lantas, apakah kondisi yang juga dikenal dengan turun peranakan ini membahayakan janin? Apa yang sebaiknya dilakukan ibu hamil jika mengalami turun rahim? Simak informasi berikut untuk penjelasannya.

Apa itu rahim turun saat hamil?

Rahim turun atau prolaps uteri adalah kondisi saat rahim berada lebih rendah dari tempat seharusnya sehingga menonjol keluar vagina.

Kondisi ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, tetapi kehamilan memang dapat meningkatkan risiko prolaps uteri.

Selama kehamilan, otot di sekitar panggul harus bekerja lebih keras seiring perkembangan janin. Jika otot tersebut tidak lagi kuat menahannya, rahim akan turun sehingga terjadilah prolaps uteri saat hamil.

Selain pertambahan berat janin, risiko melemahnya otot panggul juga dapat meningkat akibat penurunan hormon estrogen. 

Meski menjadi salah satu faktor risiko prolaps uteri, kasus rahim turun saat hamil masih terbilang jarang ditemukan.

Kondisi ini diperkirakan hanya terjadi pada 1 dari 10.000–15.000 kehamilan. Dibandingkan saat hamil, turun rahim lebih sering terjadi setelah melahirkan dan saat menopause

Gejala rahim turun saat hamil

perut kembung saat hamil

Turun peranakan saat hamil sering kali tidak disadari. Pasalnya, pada kasus yang ringan, rahim masih berada di posisinya. Hanya saja, otot-otot panggul mulai melemah.

Sementara itu, untuk kasus prolaps uteri saat hamil pada level sedang dan berat, berikut adalah beberapa gejala yang bisa ditimbulkan.

  • Nyeri punggung hingga pinggang bagian belakang.
  • Kesulitan berjalan.
  • Panggul terasa tertekan, terutama saat duduk.
  • Miss V terasa mengganjal.
  • Nyeri saat berhubungan intim.
  • Terlalu sering atau kesulitan saat buang air kecil.
  • Terdapat benjolan yang bisa dilihat atau diraba pada Miss V.

Setiap wanita hamil bisa memiliki gejala turun peranakan yang berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas.

Jika Anda khawatir dengan kondisi di sekitar panggul atau Miss V selama kehamilan, bicarakan kondisi Anda dengan dokter.

Apa penyebab rahim turun saat hamil?

Turun peranakan disebabkan oleh melemahnya otot dan jaringan penyangga rahim di sekitar panggul. Meskipun risikonya kecil, setiap ibu hamil bisa mengalami kondisi tersebut.

Melansir dari laman The Royal Women’s Hospital, risiko Anda mengalami turun rahim saat hamil akan meningkat jika Anda memiliki salah satu dari berbagai kondisi berikut.

  • Hamil kembar dua, tiga, dan seterusnya.
  • Obesitas.
  • Sering angkat beban.
  • Hamil di atas usia 35 tahun.
  • Fibroid rahim.
  • Riwayat cedera saat melahirkan.
  • Sembelit kronis.
  • Sering batuk, misalnya karena merokok atau bronkitis.

Ibu hamil yang sudah pernah melahirkan, khususnya secara normal (melalui vagina), juga dinilai lebih berisiko turun rahim. Pasalnya, mengejan saat melahirkan akan melemahkan otot panggul Anda.

Bahaya atau risiko komplikasi rahim turun saat hamil

Meski sebagian besar kasus turun prolaps uteri saat hamil tidak berbahaya, bukan berarti kondisi ini bisa diabaikan.

Jika dibiarkan, turun peranakan bisa meningkatkan risiko berbagai masalah kehamilan berikut.

Untuk mengantisipasi berbagai kondisi tersebut, pastikan periksa kehamilan secara berkala. Pasalnya beberapa kasus turun rahim sering kali baru disadari ketika kondisinya sudah cukup buruk.

Dengan periksa kehamilan secara rutin, dokter bisa mengetahui permasalahan pada otot-otot pada panggul sedini mungkin.

Cara mengatasi turun peranakan saat hamil

Setiap kasus prolaps uteri saat hamil mungkin memerlukan perawatan yang berbeda, tergantung dengan tingkat keparahannya.

Untuk kasus yang masih ringan atau tidak bergejala, dokter biasanya menyarankan perawatan rumahan, seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, mengurangi aktivitas fisik berat, dan menerapkan gaya hidup sehat.

Sementara itu, untuk kasus turun peranakan saat hamil yang sudah cukup berat, dokter biasanya merekomendasikan perawatan dengan berbagai cara berikut.

  • Fisioterapi untuk memperkuat otot panggul sehingga mampu menopang rahim.
  • Pemasangan pessarium atau cincin penyangga vagina untuk menopang jaringan yang menonjol.
  • Perawatan dengan posisi trendelenburg, yakni posisi kaki lebih tinggi dari kepala saat berbaring.
  • Operasi untuk membetulkan posisi rahim dan memperbaiki otot serta ligamen panggul.

Selain mempelajari gejala Anda, untuk mengetahui jenis pengobatan yang sesuai, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan USG panggul, rontgen, atau tes urodinamik.

Selalu ikuti saran perawatan dari dokter untuk mendapatkan hasil pengobatan turun peranakan saat hamil yang terbaik.

Serba-serbi turun rahim saat hamil

  • Turun rahim saat hamil disebabkan oleh melemahnya otot panggul karena menahan rahim yang berisi janin serta pengaruh hormon.
  • Turun peranakan saat hamil ditandai dengan nyeri punggung hingga pinggang belakang, kesulitan berjalan, dan rasa tidak nyaman pada Miss V.
  • Kebanyakan kasus turun peranakan saat hamil tidak berbahaya. Namun, kondisi ini juga bisa mengakibatkan keguguran.
  • Turun peranakan saat hamil dapat diatasi dengan fisioterapi, pasang pessarium, posisi trendelenburg, hingga operasi

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 22/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan