backup og meta
Kategori

5

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Bisakah Hamil Lagi Setelah Kehamilan di Luar Kandungan (Ektopik)?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/08/2021

    Bisakah Hamil Lagi Setelah Kehamilan di Luar Kandungan (Ektopik)?

    Bila ibu pernah mengalami hamil di luar kandungan, mungkin bertanya-tanya kapan waktu yang tepat agar bisa hamil lagi? Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan adalah peristiwa yang cukup mengguncang mental calon ibu dan ayah. Tak sedikit dari orangtua yang mengalami trauma dan takut ketika hamil lagi, kehamilan ektopik justru terulang kembali.

    Nah, berikut penjelasan seputar kemungkinan hamil setelah kehamilan ektopik, jeda waktu yang disarankan, dan tips yang perlu diperhatikan.

    Adakah kemungkinan bisa hamil lagi setelah hamil di luar kandungan?

    efek operasi usus buntu, hamil sakit perut

    Mengutip dari The Ectopic Pregnancy Trust, kemungkinan ibu bisa hamil lagi setelah mengalami kehamilan ektopik adalah sekitar 65 persen.

    Meski begitu, tetap ada kemungkinan untuk kembali mengalami hamil ektopik meski hanya sekitar 10 persen. 

    Kondisi yang memengaruhi terulangnya hamil di luar kandungan yaitu: 

  • usia ibu lebih dari 35-40 tahun,
  • riwayat tidak subur pada keluarga,
  • merokok, dan
  • kondisi tuba fallopi yang tidak normal atau mengalami perdarahan akibat luka bekas operasi.
  • Luka pada tuba falopi membuat sperma sulit mencapai sel telur sehingga menurunkan kemungkinan untuk terjadi pembuahan.

    Pada dunia medis, hamil di luar kandungan atau kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi ketika sel telur yang sudah berhasil dibuahi sperma justru menempel pada bagian luar rahim.

    Padahal seharusnya, sel telur tersebut menempel pada dinding rahim.

    Penyebab penempelan sel telur yang tidak pada tempatnya tersebut adalah peradangan atau kerusakan pada tuba fallopi.

    Selanjutnya, kondisi ini membuat sel telur yang sudah sperma buahi menjadi terhambat dan tidak bisa bergerak menuju rahim. 

    Akibatnya, sel telur berkembang pada tempat yang tidak seharusnya, seperti pada rongga perut, ovarium (indung telur), atau leher rahim (serviks).

    Kehamilan di luar kandungan sering kali berujung pada abortus (keguguran).

    Ini karena ketika sel telur tumbuh di bagian selain rahim, janin tidak dapat berkembang dengan baik.

    Kondisi ini tak jarang menyebabkan kematian embrio ataupun janin.

    Bahkan, ibu berisiko mengalami komplikasi kehamilan bila hamil di luar kandungan tidak ditangani dengan baik.

    Berapa lama jeda waktu untuk hamil lagi setelah hamil di luar kandungan?

    hamil 7 bulan

    Belum ada penelitian yang jelas dan pasti tentang jeda waktu hamil lagi setelah kehamilan ektopik. 

    Namun, mengutip dari The Ectopic Pregnancy Trust, dokter umumnya menyarankan ibu hamil lagi setelah 3 bulan atau 2 siklus penuh menstruasi

    Pasalnya, darah yang keluar saat menstruasi setelah kehamilan ektopik sebenarnya bukan darah menstruasi. 

    Akan tetapi, ini perdarahan karena tubuh merespons adanya penurunan hormon akibat kehamilan yang sudah tidak ada.

    Selain mempersiapkan tubuh menjelang kehamilan berikutnya, jeda waktu ini juga bertujuan agar mental ibu lebih siap untuk mempersiapkan kehamilan.

    Peluang kehamilan yang normal dapat mencapai 65% bila jeda waktunya 18 bulan setelah kehamilan ektopik. 

    Bahkan, peluang ini bisa terus meningkat hingga mencapai 85% bila ibu memberikan jeda 2 tahun pasca kehamilan ektopik.

    Jeda waktu hamil lagi untuk ibu yang mendapat suntikan methotrexate

    Hal yang sama juga berlaku bagi ibu yang mendapatkan suntikan methotrexate pada penanganan kehamilan ektopik sebelumnya. 

    Dokter biasanya menyarankan ibu untuk menunggu selama 3 bulan sampai kadar hormon hCG turun sekitar urang dari  5 mlU per mililiter melalui tes darah. 

    Pasalnya, methotrexate dapat mengurangi tingkat folat dalam tubuh. Padahal, zat ini sangat penting untuk perkembangan janin di dalam kandungan

    Itu sebabnya, dokter menyarankan ibu untuk minum suplemen asam folat selama 3 bulan sebelum merencanakan kehamilan berikutnya. Keputusan tetap bergantung pada ibu dan ayah.

    Jadi, sebaiknya pilihan ini bisa disesuaikan dengan kesiapan mental dan fisik ibu serta ayah untuk mencoba hamil lagi setelah hamil di luar kandungan.

    Untuk mengatasi keraguan, ibu dan ayah bisa konsultasi ke dokter untuk mempertimbangkan jeda waktu yang sesuai dengan kondisi tubuh.

    Tips agar bisa hamil lagi setelah hamil di luar kandungan

    santan untuk ibu hamil

    Setelah mengalami kehamilan ektopik, wajar bila ibu merasa khawatir dan takut untuk mengalami hal yang sama.

    Setiap wanita memiliki waktu yang berbeda-beda untuk bisa kembali hamil, termasuk setelah kehamilan ektopik atau di luar kandungan.

    Ada yang bisa segera hamil dengan kehamilan yang normal, ada pula yang harus menunggu lebih lama untuk bisa hamil lagi. 

    Jika tekad ibu dan ayah sudah bulat, berikut beberapa cara yang bisa dipersiapkan dan dicoba supaya bisa hamil lagi setelah setelah hamil di luar kandungan.

    1. Siapkan mental dan fisik ibu

    Terlepas dari cepat atau tidaknya kehamilan selanjutnya, hal yang paling penting adalah ibu perlu memulihkan kesehatan emosional dan fisik.

    Sebab, tidak semua wanita mampu memulihkan perasaan dari kesedihan dan rasa trauma dalam waktu singkat pasca mengalami kehamilan ektopik. 

    Ketika sudah merasa siap untuk memulai program kehamilan, ibu bisa mulai membicarakannya pada dokter kandungan.

    2. Berhubungan intim secara teratur

    Untuk memaksimalkan kesempatan hamil, lakukan hubungan seksual secara teratur pada waktu yang tepat

    Kendalikan perasaan dengan pikiran yang positif bahwa ibu mampu melewati situasi tersulit pasca kehamilan ektopik. 

    Meski terdengar klise, hal ini cukup berpengaruh untuk membangun rasa percaya ibu untuk segera memiliki momongan dengan kehamilan yang normal.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan