backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Berbahayakah Bila Usus Buntu Terjadi Saat Hamil?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 08/09/2021

    Berbahayakah Bila Usus Buntu Terjadi Saat Hamil?

    Apakah Anda sering mengalami sakit perut saat hamil? Jika ya, sebaiknya Anda berhati-hati. Pasalnya, kondisi ini bisa jadi pertanda radang usus buntu. Memangnya, apakah usus buntu bisa terjadi saat hamil? Bagaimana cara mengatasinya? 

    Bisakah ibu hamil terkena usus buntu?

    Penyakit radang usus buntu atau apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada bagian usus buntu. Usus buntu itu sendiri adalah bagian dari usus besar yang terletak di perut bagian kanan bawah.

    Itu sebabnya, apabila seseorang mengeluhkan rasa sakit di perut bagian kanan bawah, ini merupakan kecurigaan utama terhadap penyakit usus buntu.

    Penyakit radang usus buntu bisa terjadi pada siapa pun dan kapan pun, termasuk saat kehamilan. Meski demikian, usus buntu selama masa kehamilan relatif jarang terjadi.

    Melansir Mayo Clinic, sebagian besar penelitian menunjukkan, kasus radang usus buntu hanya terjadi pada sekitar 0,1% wanita hamil.

    Biasanya, kondisi ini paling sering terjadi saat trimester kedua kehamilan.

    Apa saja gejala radang usus buntu pada ibu hamil?

    efek operasi usus buntu, hamil sakit perut

    Umumnya, gejala usus buntu saat hamil sama dengan yang terjadi pada orang biasa.

    Pada awal kehamilan, Anda bisa mengalami sakit pada perut di sekitar pusar yang menjalar ke bagian kanan bawah.

    Gejala ini sering disertai dengan mual dan muntah saat hamil, demam, dan hilangnya nafsu makan.

    Semakin bertambahnya usia kehamilan, rasa sakit bisa terasa pada perut bagian kanan atas. Pada kondisi ini, dokter mungkin lebih sulit mendiagnosis usus buntu karena kerap mirip dengan penyakit lainnya.

    Tak hanya itu, kontraksi pada kehamilan juga sering mempersulit diagnosis usus buntu.

    Namun, adanya gejala penyerta, seperti mual dan muntah yang terus menerus, bisa menjadi pertimbangan bagi dokter untuk mendiagnosis radang usus buntu saat hamil.

    Adapun untuk memastikan diagnosis, ibu hamil mungkin perlu menjalani tes pemeriksan, seperti USG.

    USG biasanya perlu ibu hamil jalani bila dokter mencurigai adanya penyakit usus buntu pada trimester pertama atau kedua.

    Sementara pada trimester ketiga kehamilan atau ketika diagnosis usus buntu lebih sulit dilakukan, dokter mungkin menyarankan ibu hamil untuk menjalani MRI untuk memastikan penyakit ini.

    Apa dampak usus buntu saat hamil pada bayi di kandungan?

    Jika Anda merasakan gejala terkait usus buntu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

    Sebab, usus buntu yang dibiarkan tanpa pengobatan dapat menyebabkan risiko kelahiran prematur hingga kematian janin. 

    Umumnya, komplikasi kehamilan ini terjadi bila usus buntu yang ibu hamil alami telah merusak dinding usus.

    Kerusakan pada dinding usus bisa menyebabkan usus berlubang sehingga isi dalam usus, termasuk feses, keluar ke rongga perut.

    Adapun kondisi ini dapat menyebabkan infeksi ke seluruh rongga perut (peritonitis).

    Pada kehamilan, infeksi pada rongga perut bisa membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan hingga menimbulkan kematian.

    Melansir Mayo Clinic, kasus kematian janin meningkat hingga tiga kali lipat jika terjadi kerusakan pada dinding usus.

    Sebanyak 35-40% janin tercatat meninggal karena kerusakan pada dinding usus ini.

    Namun, kematian pada ibu hamil akibat penyakit ini jarang terjadi. Meski demikian, ibu tetap perlu mewaspadai radang usus buntu karena dampak buruknya pada janin Anda.

    Bagaimana cara mengatasi usus buntu saat hamil?

    mempercepat pembukaan persalinan

    Pada pasien usus buntu yang tidak hamil, pengobatan tanpa operasi mungkin saja dokter lakukan, seperti pemberian obat antibiotik.

    Biasanya, pengobatan ini dokter pilih bila pasien tidak merasakan gejala yang parah.

    Namun, pada ibu hamil, belum ada bukti yang kuat mengenai kemanjuran pengobatan tanpa operasi, termasuk antibiotik.

    Oleh karena itu, operasi untuk mengangkat usus buntu yang bermasalah (apendektomi) merupakan pilihan yang utama.

    Umumnya, apendektomi dengan laparoskopi, yaitu menggunakan sayatan kecil, sering menjadi pilihan untuk mengobati usus buntu saat kehamilan.

    Biasanya, teknik operasi ini akan dokter lakukan pada trimester pertama dan kedua kehamilan. Adapun pada trimester ketiga, operasi dengan sayatan yang lebih besar mungkin akan dokter lakukan.

    Meski demikian, pemberian obat antibiotik selama kehamilan mungkin saja dokter berikan. Tentunya, pemilihan prosedur pengobatan ini tetap mempertimbangkan kondisi masing-masing pasien.

    Berbahayakah melakukan operasi usus buntu saat hamil?

    Jawabannya adalah tidak. Operasi usus buntu atau apendektomi terbukti aman selama kehamilan.

    Bahkan, apendektomi merupakan salah satu jenis operasi yang sering dilakukan pada ibu hamil.

    Hal ini pun telah terbukti melalui studi pada Danish medical journal.

    Berdasarkan studi tersebut, apendektomi dengan laparoskopi aman untuk ibu hamil dan janin terlepas dari usia kehamilannya karena memiliki risiko komplikasi pascaoperasi yang lebih rendah.

    Apalagi, perencanaan operasi usus buntu saat hamil akan melibatkan dokter kandungan dan dokter anestesi untuk mengurangi risiko operasi pada ibu hamil dan bayinya.

    Selama operasi, dokter kandungan dapat membantu menempatkan ibu hamil pada posisi yang paling nyaman dengan tujuan berikut:

  • dokter bedah dapat menjangkau area usus buntu dengan lebih mudah,
  • memaksimalkan aliran darah ke rahim, serta
  • mengurangi risiko gangguan pada rahim dan bayi. 
  • Selain itu, pemberian obat anestesi selama operasi pun aman untuk ibu hamil dan janin. Penelitian menunjukkan, pemberian obat anestesi atau bius selama kehamilan tidak meningkatkan risiko cacat lahir.

    Meski demikian, beberapa risiko masih mungkin muncul pada ibu hamil yang menjalani operasi apendektomi.

    Penelitian pada 2018 menyebutkan bahwa operasi apendektomi meningkatkan risiko kelahiran prematur secara spontan atau terencana hingga kematian pada ibu dan bayi.

    Selain itu, beberapa ibu hamil juga bisa mengalami perdarahan saat hamil setelah operasi ini selesai.

    Namun Anda tak perlu khawatir, sebagian besar ibu hamil yang menjalani apendektomi dapat melewati proses operasi tersebut dengan lancar. 

    Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut mengenai usus buntu saat kehamilan dan penanganannya yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 08/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan