backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Memahami Peran Lemak Pada Ibu Hamil Terhadap Perkembangan Janin

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 14/06/2021

    Memahami Peran Lemak Pada Ibu Hamil Terhadap Perkembangan Janin

    Penting bagi ibu hamil untuk mencermati berat badan sebelum hamil dan selama hamil. Berat badan pada ibu hamil berpengaruh terhadap tumbuh kembang calon bayi Anda. Dengan mengatur berat badan, diharapkan kehamilan yang dijalani lebih sehat.

    Bagi ibu hamil yang terlalu kurus, perlu dilakukan penambahan porsi makan untuk menambah berat badan. Pertambahan berat badan sepanjang masa kehamilan diperlukan untuk mencegah timbulnya kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Namun, jumlahnya tidak perlu berlebihan. Penambahan berat badan yang terlalu berlebihan justru dikhawatirkan akan berakibat timbulnya obesitas pada ibu hamil.

    Adanya anggapan bahwa perut ibu hamil yang tampak kecil menandakan janin dalam kandungan tidak dapat tumbuh dengan baik, sebenanrnya tidak benar. Hal ini lah yang menjadi alasan ibu hamil ingin menambah berat badannya secara berlebihan. Tak jarang juga ibu hamil makan berlebihan agar perutnya membesar. Padahal, perut yang tampak kecil ini disebabkan oleh lapisan lemak pada dinding perut ibu yang masih tipis dan bukan karena pertumbuhan janin yang terganggu.

    Begitu juga saat perut Anda membesar, yang membesar itu lapisan lemak dalam dinding perut ibu, bukan janinnya. Terlepas dari pertambahan berat badan, pertumbuhan janin sebenarnya relatif sama pada semua ibu hamil pada trimester pertama hingga menjelang akhir trimester kedua. Kecuali pada kasus-kasus khusus, misalnya pada ibu hamil yang punya penyakit kronis tertentu.

    Pengaruh lemak pada ibu hamil dengan perkembangan janin

    Lemak pada ibu hamil memang berperan penting. Lemak yang bertambah seiring naiknya berat badan selama kehamilan ⅓ nya diperuntukkan bagi janin, plasenta, dan cairan ketuban.

    Sedangkan sisanya diperuntukkan bagi otot rahim yang terus membesar, jaringan payudara, peningkatan volume darah, cairan ektraseluler, dan penyimpanan lemak ibu hamil sebagai persiapan menyusui.

    Selain itu, ibu hamil menyimpan sejumlah besar lemak tubuh pada kehamilan normal untuk memenuhi kebutuhan energi ibu dan janin.

    kehamilan 35 minggu

    Namun, lemak dapat mengganggu perkembangan janin jika jumlahnya berlebihan. Ibu hamil yang memilki lemak berlebih atau memiliki obesitas dapat meningkatkan komplikasi yang berdampak juga pada bayi yang dikandung. Berikut adalah risiko kelebihan lemak pada ibu hamil.

    1. Makrosomia

    Ibu hamil yang memiliki obesitas berisiko tinggi melahirkan bayi besar atau biasanya disebut dengan makrosomia. Bayi dikatakan besar atau mempunyai berat badan yang berlebih jika beratnya sudah mencapai lebih dari 4.000 gram.

    Makrosomia bisa juga meningkatkan risiko terjadinya neural tube defects (cacat lahir yang disebabkan oleh perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak sempurna).

    Bayi yang dilahirkan besar bisa mempersulit proses persalinan. Bila Anda ingin melahirkan normal melalui vagina, tentu akan menjadi masalah bila nantinya bayi terlalu besar hingga tidak muat melewati jalan lahir.

    Bayi dengan makrosomia juga punya risiko untuk mengalami kadar gula darah rendah. Selain itu, bayi ini juga lebih berisiko untuk mengalami obesitas di kemudian hari dan/ atau sindrom metabolik.

    2. Diabetes gestasional

    Ibu hamil yang memiliki kelebihan berat badan akan rentan terkena diabetes gestasional, yaitu tingginya kadar glukosa (gula) saat hamil. Ini sering terjadi pada paruh terakhir periode kehamilan.

    Diabetes gestasional disebabkan oleh penumpukan kadar lemak pada ibu hamil sehingga menyebabkan penyerapan kadar gula di dalam tubuh menjadi menurun. Diabetes yang dialami ibu hamil dapat berdampak langsung pada perkembangan janin karena kadar gula dalam darah ibu yang tinggi bisa menyebabkan kadar gula darah pada bayi ikut meningkat.

    Hal ini tentunya tidak baik bagi kesehatan bayi secara keseluruhan. Pada kasus tersebut seringkali bayi akan lahir dengan berat badan yang tinggi, sehingga berdampak pula pada proses kelahirannya. Diabetes ini juga dapat meningkatkan risiko ibu terhadap preeklampsia dalam tahap terakhir kehamilan.

    3. Preeklampsia

    Preeklampsia adalah kondisi di mana ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi, padahal sebelumnya tidak memilki riwayat hipertensi. Selain itu, preeklampsia juga ditandai dengan meningkatnya kandungan protein dalam tubuh.

    Preeklampsia dapat menyebabkan plasenta tidak mendapatkan aliran darah yang cukup, yang seharusnya dialirkan juga ke janin. Hal ini bisa menyebabkan berbagai masalah pada pertumbuhan dan perkembangan janin, karena janin tidak mendapatkan makanan yang cukup dari ibu.

    Masalah yang sering muncul pada janin adalah berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur, sehingga bayi harus segera dikeluarkan sebelum tekanan darah semakin tinggi. Hal ini juga dapat mengakibatkan masalah pertumbuhan saat anak sudah lahir, seperti gangguan fungsi kognitif serta masalah penglihatan dan pendengaran pada anak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 14/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan