backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Memahami Bahaya Hipertensi Saat Hamil, Ini yang Mesti Diwaspadai Ibu

Ditulis oleh dr. Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · RSIA Bunda


Tanggal diperbarui 07/01/2021

    Memahami Bahaya Hipertensi Saat Hamil, Ini yang Mesti Diwaspadai Ibu

    Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang paling banyak dialami selama masa kehamilan. Meskipun terbilang umum, hipertensi pada ibu hamil tidak boleh disepelekan karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan janin hingga berakibat fatal pada ibu dan bayi.

    Bagi Anda yang sedang berencana untuk hamil maupun menjalani masa kehamilan, berikut adalah berbagai hal penting mengenai hipertensi terkait kehamilan yang perlu Anda pahami.

    Jenis-jenis hipertensi pada ibu hamil

    Hipertensi dapat terjadi pada 10% dari seluruh kasus kehamilan dan tergolong sering jika dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya. Kondisi ini bahkan dapat menimpa wanita hamil yang sebelumnya selalu memiliki tekanan darah normal.

    Sebelum menentukan cara untuk mengatasinya, Anda perlu mengetahui terlebih dulu jenis hipertensi yang Anda hadapi. Diagnosis terhadap hipertensi pada ibu hamil umumnya dibagi menjadi empat kategori, yakni sebagai berikut:

    • Hipertensi kronis yang sudah ada sejak sebelum hamil atau baru terdiagnosis pada usia kehamilan sebelum 20 minggu.
    • Preeklampsia-eklampsia, yaitu komplikasi kehamilan yang terjadi saat kehamilan memasuki usia 24 minggu ke atas. Jenis hipertensi ini dapat muncul tanpa riwayat sebelumnya.
    • Hipertensi kronis dengan superimposed preeclampsia, yaitu kondisi ketika seorang ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis sebelumnya juga mengalami preeklampsia.
    • Hipertensi gestasional atau hipertensi yang hanya terjadi selama masa kehamilan. Tekanan darah kemudian akan turun kembali usai persalinan.

    Dampak hipertensi pada ibu hamil dan janin

    Tekanan darah yang tidak terkontrol selama masa kehamilan dapat menyebabkan berbagai gangguan pada perkembangan janin. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama ibu mengalaminya, maka komplikasi pada janin akan semakin parah. Salah satu dampaknya yang paling berbahaya adalah meningkatnya kemungkinan keguguran pada trimester awal dan kematian janin mendadak (stillbirth).

    Bila kehamilan berlanjut, tumbuh kembang janin akan terhambat, bahkan gagal. Masalah ini pun kemudian dapat berimbas pada gangguan kognitif anak yang lahir.

    Hipertensi pada ibu hamil umumnya tidak menyebabkan kesulitan untuk kehamilan berikutnya. Namun, risiko hipertensi tetap ada saat Anda mengalami kehamilan kedua dan selanjutnya. Terlebih jika Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes.

    Apakah ibu hamil yang mengalami hipertensi boleh melakukan persalinan normal?

    Anda tetap dapat melakukan persalinan normal walaupun memiliki hipertensi. Namun, ada sejumlah kondisi yang harus dipenuhi. Poin yang paling penting adalah persalinan harus berlangsung dalam waktu singkat. Untuk itu, Anda harus mampu mengejan dengan efektif agar bayi bisa lekas keluar dari kandungan.

    Sejumlah kasus persalinan mungkin dapat memakan waktu hingga 2-3 hari, tapi ini merupakan pantangan besar bila Anda memiliki hipertensi. Bila persalinan berlangsung lebih lama dari seharusnya, Anda mungkin perlu menjalani proses induksi atau bahkan operasi caesar selama tidak terdapat kontraindikasi yang membahayakan.

    Lalu, bagaimana jika Anda didiagnosis memiliki hipertensi saat usia kehamilan telah cukup untuk melakukan persalinan? Untuk kasus seperti ini, Saya menyarankan agar bayi segera dilahirkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Apakah persalinan dapat dilakukan secara normal atau melalui operasi caesar, itu bergantung pada kondisi janin dan Anda sendiri.

    Bisakah hipertensi dicegah dan diobati?

    Seperti pasien hipertensi pada umumnya, ibu hamil yang mengalami hipertensi juga boleh mengonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah. Namun, perlu diperhatikan bahwa konsumsi obat-obatan ini harus berdasarkan ketentuan resep karena tidak semua jenis obat hipertensi boleh dikonsumsi saat hamil.

    Sayangnya, konsumsi obat hipertensi bisa dikatakan bukanlah solusi mutlak untuk menyelesaikan masalah kesehatan ini. Terlebih lagi jika Anda hanya mengandalkan gaya hidup sehat dan perbaikan pola makan saat sudah terdiagnosis hipertensi saat hamil.

    Perbaikan gaya hidup dan pola makan seharusnya sudah dilakukan jauh-jauh hari saat Anda merencanakan kehamilan, dan terdiri dari cara berikut:

    • Menjaga berat badan ideal sebelum hamil sehingga tidak terlalu kurus ataupun terlalu gemuk.
    • Aktif bergerak dan berolahraga guna mencegah kenaikan berat badan yang tidak terkendali.
    • Menyesuaikan kenaikan berat badan saat hamil dengan indeks massa tubuh Anda sebelum hamil. Artinya, kenaikan berat badan tidak boleh berlebihan jika sebelumnya indeks massa tubuh Anda sudah berlebih, serta tidak boleh kurang jika tubuh Anda tergolong kurus.
    • Tidak mengikuti anjuran makan yang menyesatkan, misalnya memperbanyak makanan manis agar janin lekas bertumbuh besar atau makan dengan dua porsi untuk memenuhi kebutuhan janin.

    Jika Anda mengalami obesitas saat merencanakan kehamilan, ada baiknya untuk menunda kehamilan terlebih dahulu. Namun, terkadang ada kondisi tertentu yang mungkin membuat Anda tidak dapat menunda kehamilan. Dalam kasus seperti ini, maka prinsip utamanya bukan lagi untuk menurunkan berat badan, melainkan menjaga berat badan tetap terkontrol dan tidak naik secara terus-menerus guna mencegah hipertensi pada ibu hamil.

    Peran suami bila istri mengalami hipertensi saat hamil

    Pencegahan dan pengobatan hipertensi harus dilakukan secara menyeluruh. Karena itu, suami juga berperan penting untuk menjaga komitmen istrinya dalam menjalani gaya hidup sehat.

    Suami harus mampu mengatur pola makan dan gaya hidupnya untuk membantu istri mencegah hipertensi. Selain mengonsumsi makanan bergizi seimbang, suami juga harus ikut andil dalam mengajak istri untuk lebih aktif bergerak dan berolahraga.

    Faktor yang tidak kalah penting adalah bagaimana suami harus bijak dalam menghadapi istri yang sedang mengalami ngidam. Jangan sampai keinginan untuk memenuhi ngidam justru berdampak buruk pada kesehatan ibu dan janin.

    Hipertensi pada ibu hamil memang cukup banyak terjadi, tapi bukan berarti tidak bisa dicegah sama sekali. Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari lingkungan sekitar Anda, tidak mustahil rasanya untuk memiliki masa kehamilan yang sehat tanpa hipertensi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditulis oleh

    dr. Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · RSIA Bunda


    Tanggal diperbarui 07/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan