backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Hamil dengan Thalasemia, Apa Risikonya bagi Ibu dan Janin?

Ditinjau oleh dr. Arie Adrianus Polim, D.MAS, M.BHRE, SpOG (K) · Kebidanan dan Kandungan · Morula IVF Jakarta


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 18/04/2023

    Hamil dengan Thalasemia, Apa Risikonya bagi Ibu dan Janin?

    Thalasemia adalah penyakit kelainan darah turunan yang membuat seseorang tidak mampu menghasilkan protein dalam darah (hemoglobin). Hal ini membuat orang dengan thalasemia berisiko alami anemia. Lantas, bagaimana jika thalasemia terjadi pada ibu hamil?

    Apakah thalasemia pada kehamilan akan memengaruhi kondisi ibu dan janin? Apakah bisa ibu yang hamil dengan thalasemia melahirkan secara normal? Apa saja yang harus diperhatikan? Ketahui jawabannya pada ulasan berikut ini.

    Apakah thalasemia saat hamil berdampak buruk pada ibu dan janin?

    pasien thalasemia

    Bagaimana thalasemia berdampak terhadap ibu hamil dan janin tergantung pada jenis thalasemia yang dimiliki.

    Wanita dengan jenis thalasemia mayor dan intermedia lebih mungkin menyebabkan komplikasi kehamilan serta masalah medis akibat thalasemia lainnya.

    Pasalnya, organ tubuh yang sudah bekerja keras mengatasi efek thalasemia dituntut untuk memberikan dukungan ekstra kepada bayi di dalam kandungan.

    Berikut adalah beberapa komplikasi kehamilan dan komplikasi thalasemia yang bisa terjadi pada wanita penderita thalasemia saat hamil.

    • Gestasional diabetes.
    • Tekanan darah tinggi saat kehamilan (hipertensi gestasional).
    • Anemia selama kehamilan.
    • Batu ginjal atau kandung kemih.
    • Abruptio plasenta.
    • Masalah jantung, termasuk kardiomiopati hingga gagal jantung.
    • Infeksi kandung kemih.
    • Trombosis.
    • Masalah tulang.
    • Hipotiroidisme.

    Namun, risiko tersebut bisa berbeda pada wanita dengan jenis thalasemia minor.

    Studi yang diterbitkan di Iranian Journal of Reproductive Medicine menemukan fakta bahwa jenis beta thalasemia minor (hanya pembawa gen) tidak berdampak negatif pada kehamilan secara signifikan.

    Meski begitu, belum tentu ibu hamil dengan thalasemia akan mengalami hal-hal di atas. Maka dari itu, thalasemia pada kehamilan harus selalu dipantau.

    Tim medis dari berbagai spesialisasi akan membantu memberikan perawatan yang terbaik untuk kesehatan Anda dan bayi Anda.

    Tahukah Anda?

    Beberapa wanita baru menyadari dirinya mengidap thalasemia ketika melakukan tes darah saat kehamilan.
    Umumnya, hal ini dialami oleh ibu yang memiliki jenis thalasemia minor, baik alfa atau beta. Pasalnya, jenis thalasemia ini umumnya tidak menimbulkan gejala.
    Sebagian besar penderitanya pun hanya bertindak sebagai carrier atau pembawa sifat thalasemia yang bisa diturunkan ke anak mereka.

    Apakah thalasemia saat hamil akan berdampak pada proses melahirkan nantinya?

    Beberapa wanita dengan thalasemia masih bisa melahirkan secara pervaginam.

    Jika thalasemia Anda tergolong ringan serta tak ada komplikasi kehamilan, maka tak perlu ada operasi caesar. Persalinan pun bisa terjadi sesuai waktu yang direncanakan.

    Meski begitu, ibu hamil dengan thalasemia, terutama jenis mayor dan intermedia, tergolong kehamilan risiko tinggi karena berpotensi mengalami perdarahan postpartum.

    Oleh karena itu, persalinan pada ibu hamil dengan thalasemia perlu dilakukan di rumah sakit dengan layanan transfusi darah yang memadai.

    Sementara itu, ibu dengan thalasemia yang mengalami komplikasi kehamilan pun lebih mungkin melahirkan lebih awal dari waktu yang direncanakan (kelahiran prematur).

    Operasi caesar pun mungkin dilakukan pada kondisi tertentu. Oleh karena itu, kesehatan ibu dan janin akan terus dipantau selama masa kehamilan hingga memasuki proses melahirkan.

    Diskusikan dengan dokter tentang rencana persalinan sesuai kondisi Anda. 

    Bagaimana pengaruh thalasemia saat hamil pada bayi yang dilahirkan?

    perkembangan bayi 2 bulan

    Sebagai penyakit kelainan darah turunan, thalasemia tidak hanya memengaruhi ibu hamil, tetapi juga bayi yang dilahirkan.

    Oleh karena itu, bayi yang lahir dari ibu dengan thalasemia akan terus dipantau kondisinya.

    Jika ada gejala yang muncul pada bayi setelah dilahirkan, tes darah mungkin akan dilakukan untuk membantu mencari tahu jenis thalasemia yang mungkin buah hati Anda alami.

    Namun pertanyaannya, apakah anak yang lahir nanti sudah pasti mengalami thalasemia juga? Kemungkinan besarnya ya. Namun, hal ini tergantung dari jenis gen yang ia bawa.

    Bisa saja si Kecil hanya sebatas pembawa gen thalasemia (tidak bergejala) atau disebut thalasemia minor.

    Namun, tak menutup kemungkinan ia akan mewarisi jenis penyakit thalasemia langsung yang bergejala dan lebih serius.

    Bukan hanya itu, thalasemia saat hamil, terutama yang mayor, juga berisiko terhadap masalah lain yang mungkin terjadi pada bayi yang dilahirkan.

    Beberapa risiko yang mungkin dialami bayi di antaranya adalah sebagai berikut.

    • Berat badan lahir rendah.
    • Cacat lahir, seperti spina bifida.
    • Stillbirth (bayi lahir mati).
    • Gangguan pertumbuhan.

    Meski risiko tersebut mengancam, bayi Anda masih punya kesempatan untuk tumbuh secara sehat seperti anak pada umumnya.

    Diskusikan dengan dokter guna mendapatkan perawatan yang tepat untuk Anda dan bayi Anda.

    Apa pengobatan yang dilakukan jika ibu hamil dengan thalasemia?

    Kisah Ibu Hamil dengan Thalasemia

    Pada dasarnya, tidak ada perbedaan pengobatan antara ibu penderita thalasemia yang sedang hamil dan yang tidak. 

    Pengobatannya tergantung pada jenis thalasemia yang diderita. Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan.

    1. Pemberian obat-obatan

    Jika sebelum hamil Anda mendapatkan obat-obatan, Anda juga mungkin perlu mengonsumsi obat thalasemia saat hamil.

    Meski begitu, beberapa obat untuk thalasemia mungkin tidak direkomendasikan untuk digunakan selama kehamilan.

    Pada kondisi ini, dokter mungkin akan mengubah obat-obatan yang perlu Anda konsumsi agar aman untuk Anda dan janin.

    2. Transfusi darah

    Sementara jika sebelum hamil Anda perlu menjalani transfusi darah, pengobatan ini pun akan tetap Anda lakukan saat hamil.

    Bahkan, Anda mungkin perlu mendapat tambahan transfusi darah dalam beberapa minggu terakhir kehamilan untuk memastikan Anda dalam kondisi baik saat persalinan nantinya.

    3. Rutin konsumsi suplemen asam folat

    Di samping itu, terlepas dari apa pun jenisnya, ibu yang hamil dengan thalasemia juga harus mengonsumsi suplemen asam folat guna mencegah risiko spina bifida pada bayi ketika ia lahir.

    Asam folat yang dibutuhkan bagi ibu dengan thalasemia adalah sekitar 5 mg per hari. Bahkan, suplemen ini sudah dianjurkan ketika Anda sudah mulai merencanakan kehamilan.

    Untuk tahu kapan pastinya Anda dapat mengonsumsi suplemen ini, diskusikan dengan dokter.

    4. Cek kehamilan secara berkala

    Selain itu, pemeriksaan kehamilan juga harus dilakukan secara rutin dan lebih sering. Anda umumnya perlu menjalani tes ekstra untuk mengecek kadar zat besi di tubuh Anda.

    Hal ini dapat membantu dokter mengetahui apakah Anda memerlukan konsumsi suplemen zat besi. Pasalnya, penderita thalasemia berisiko mengalami anemia selama kehamilan

    Beberapa tes lainnya juga mungkin perlu dilakukan, seperti cek gula darah, secara berkala. Konsultasikan dengan dokter untuk tahu jenis tes apa saja yang Anda butuhkan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau oleh

    dr. Arie Adrianus Polim, D.MAS, M.BHRE, SpOG (K)

    Kebidanan dan Kandungan · Morula IVF Jakarta


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 18/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan