backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Epilepsi pada Ibu Hamil, Apakah Berbahaya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 24/10/2022

Epilepsi pada Ibu Hamil, Apakah Berbahaya?

Epilepsi pada ibu hamil mungkin tampak jarang dialami. Namun, risiko terjadinya kejang selama masa kehamilan ternyata tanpa disadari bisa dimiliki banyak wanita. Berikut ini informasi lebih lanjut tentang epilepsi pada ibu hamil.

Apa penyebab epilepsi pada ibu hamil?

mencukur rambut kemaluan saat hamil

Epilepsi atau kejang merupakan salah satu kondisi yang paling umum diderita oleh wanita dalam usia reproduksi atau bisa hamil.

Pada sekitar 15 –  30% wanita, risiko terjadinya kejang bisa meningkat selama masa kehamilan, terutama pada masa awal kehamilan atau trimester pertama.

Peningkatan risiko tersebut umumnya tidak dipengaruhi oleh jenis epilepsi yang dimiliki, sejak kapan memilik epilepsi, atau terjadinya epilepsi pada kehamilan sebelumnya.

Bahkan, risiko epilepsi saat hamil juga tidak dapat diukur pada wanita dengan epilepsi katamenial atau kejang yang mungkin terjadi saat menstruasi.

Meski begitu, beberapa faktor diduga bisa menjadi pemicu epilepsi pada ibu hamil yang meliputi berikut ini.

  • Perubahan hormon.
  • Retensi atau kemampuan tubuh dalam menyimpan cadangan air dan sodium.
  • Stres.
  • Penurunan kadar obat kejang dalam darah.

Apa saja gejala epilepsi pada ibu hamil?

Gejala epilepsi pada ibu hamil tidak jauh berbeda dari epilepsi pada umumnya.

Ibu hamil yang menderita epilepsi akan mengalami kejang-kejang secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.

Selain gejala tersebut, beberapa gejala lain juga dapat menyertai, seperti:

  • sakit kepala,
  • pusing,
  • perubahan suasana hati (mood) atau tenaga tubuh,
  • pingsan,
  • linglung, dan
  • mudah lupa.

Pada beberapa wanita, aura juga dapat timbul, yaitu firasat akan mengalami kejang yang terkadang muncul sesaat sebelum tubuh mulai kejang.

Komplikasi yang mungkin dialami akibat kejang epilepsi saat hamil

Epilepsi selama kehamilan dapat menyebabkan kekhawatiran. Namun, kebanyakan ibu yang menderita epilepsi melahirkan bayi yang sehat.

Kejang selama kehamilan dapat menyebabkan beberapa komplikasi bagi ibu hamil yang dapat meliputi berikut ini.

  • Melambatnya denyut jantung janin.
  • Cedera janin, terpisahnya plasenta dari rahim secara prematur (abruptio plasenta) atau keguguran akibat trauma yang dialami selama kejang.
  • Persalinan prematur.
  • Kelahiran prematur.

Selain itu, setiap wanita bereaksi terhadap kehamilan dengan cara yang berbeda. Untuk kebanyakan ibu hamil yang menderita epilepsi, kekambuhan kejang tidak mengalami perubahan.

Namun untuk beberapa ibu hamil, ada risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang selama kehamilan, khususnya pada ibu yang kurang tidur atau tidak menggunakan obat sesuai resep.

Sementara bila ibu tidak mengalami kekambuhan kejang selama 9 bulan sebelum hamil, maka risiko kembali mengalami epilepsi selama masa kehamilan akan lebih rendah.

Sementara itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kejang dapat memicu ketidaksuburan.

Akan tetapi, obat anti-kejang tertentu juga dapat mengurangi efektivitas alat kontrasepsi hormonal.

Agar penggunaan kedua obat lebih tepat, Anda perlu menghubungi dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.

Risiko yang dialami janin jika ibu kejang epilepsi saat hamil

kondisi buruk di trimester kehamilan

Setiap obat yang Anda gunakan selama kehamilan dapat memengaruhi bayi Anda.

Pada penderita epilepsi, obat kejang atau antiepilepsi diperlukan unuk mengendalikan gejala epilepsi. 

Dari efek obat, bayi yang terlahir dari ibu penderita epilepsi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang.

Tergantung pada jenis obat dan dosis yang Anda gunakan, mungkin juga akan ada peningkatan risiko cacat lahir atau gangguan lain, seperti berikut ini.

  • Cacat saluran kencing.
  • Jantung kongenital.
  • Kelainan skeletal.
  • Kemampuan intelektual yang rendah.
  • Kemampuan kognitif yang buruk (berbicara dan memahami).
  • Masalah memori.
  • Gangguan spektrum autisme.
  • Tertundanya kemampuan berjala dan berbicara.

Kemungkinan terjadinya cacat lahir tersebut pada bayi yaitu sekitar 4 – 6%. Namun, kemungkinan tersebut cukup rendah dibanding manfaat obat epilepsi untuk ibu hamil.

Meski begitu, risiko mungkin bisa meningkat bila jenis obat epilepsi yang digunakan semakin banyak.

Apa yang harus dilakukan oleh ibu hamil penderita epilepsi?

Berikut beberapa perawatan yang perlu ibu hamil perhatikan bila memiliki epilepsi.

1. Konsumsi obat

Dilansir dari Penn Medicine, sebelum Anda mencoba untuk hamil, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mempertimbangkan pengobatan alternatif.

Biasanya, lebih baik untuk membuat perubahan obat sebelum hamil daripada selama kehamilan.

Jika Anda hamil selama menggunakan obat antikonvulsan, terus lanjutkan konsumsi obat ini. Anda harus menghubungi dokter spesialis dengan segera untuk mendiskusikan perawatan dengan obat.

Minum obat antikejang untuk mengatasi epilepsi pada ibu hamil sesuai resep. Jangan mengubah atau menghentikan pengobatan Anda tanpa saran dari dokter, terutama selama masa kehamilan.

Ini dikarenakan kejang parah selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan atau cedera atau bahkan kematian bagi Anda maupun janin di dalam kandungan.

Ingatlah kejang yang tidak dikendalikan cenderung memberikan risiko yang lebih besar kepada bayi daripada penggunaan obat.

2. Minum asam folat

Selain itu, disarankan bagi Anda untuk minum 5 mg dosis asam folat setiap hari begitu Anda mulai mencoba untuk hamil.

Dokter akan perlu membuatkan Anda resep karena suplemen tersebut umumnya tidak tersedia tanpa resep.

3. Lakukan pola hidup sehat

Bukan hanya minum suplemen, penting juga untuk membuat pilihan gaya hidup yang sehat, seperti berikut.

  • Jalani diet sehat.
  • Minumlah vitamin prenatal.
  • Tidurlah yang cukup.
  • Hindari merokok, minum alkohol dan mengonsumsi narkoba.

4. Lakukan pemeriksaan sesuai anjuran dokter

Bila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan USG untuk membantu mendeteksi masalah perkembangan pada bayi Anda.

Anda mungkin juga membutuhkan tes darah tambahan untuk memeriksa kadar obat anti-epilepsi dalam darah, tergantung pada obat antikonvulsan yang Anda gunakan.

Kejang terjadi saat pola abnormal dari aktivitas listrik meningkat di otak.

Ini dapat menyebabkan tubuh bergerak dengan tidak terkendali, dan juga dapat menyebabkan tidak sadar untuk waktu singkat.

Anda perlu lebih memperhatikan jika Anda sedang hamil selama menderita kejang.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 24/10/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan