backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Pentingnya Vaksin untuk Mencegah Difteri pada Orang Dewasa

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 12/04/2021

    Pentingnya Vaksin untuk Mencegah Difteri pada Orang Dewasa

    Penyakit difteri tidak hanya dapat terjadi pada anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Ya, penyakit yang satu ini juga bisa dialami saat dewasa meski orang tersebut sudah mendapatkan vaksin pencegah difteri saat anak-anak. Lantas, apakah ini berarti orang dewasa harus vaksin difteri lagi? Adakah vaksin difteri untuk dewasa? Simak penjelasannya berikut ini. 

    Vaksin untuk mencegah difteri pada orang dewasa

    Sebelum membahas tentang imunisasi difteri untuk orang dewasa, Anda perlu mengetahui apa itu penyakit difteri.

    Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan biasanya menyerang amandel, tenggorokan, hidung, serta kulit. 

    Penyakit ini menyebar dengan cepat melalui partikel udara lewat batuk, bersin, atau tertawa. Selain itu, bakteri ini bisa menyebar ketika Anda menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi bakteri. 

    Gejala atau ciri difteri pada orang dewasa cenderung sama dengan yang dirasakan anak-anak, yakni berupa radang tenggorokan, serak, hingga masalah pernapasan.

    Bahayanya, difteri bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Meskipun begitu, penyakit difteri dapat dicegah dengan pemberian vaksin. 

    Vaksin untuk mencegah difteri terdiri dari empat jenis yang diberikan menurut golongan umur, yaitu:

    • DPT-HB-Hib (vaksin kombinasi mencegah difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan meningitis serta Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B)
    • DT (vaksin kombinasi difteri tetanus)
    • Td (vaksin kombinasi tetanus difteri)

    Pada orang dewasa, vaksin difteri tersedia dalam bentuk kombinasi dengan pencegahan penyakit lain, yaitu tetanus dan pertusis (Tdap) atau hanya dengan tetanus (Td).

    Tdap dan Td mengandung toksoid atau toksin difteri yang efek racunnya telah dilemahkan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut formaldehyde

    Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, vaksin efektif mencegah difteri meski tidak 100 persen.

    Berbagai hasil penelitian pun menunjukkan bahwa vaksin untuk mencegah difteri dapat membuat infeksi Corynebacterium diphtheriae cenderung lebih ringan dan tidak fatal. 

    Kenapa vaksin difteri perlu dilakukan pada orang dewasa?

    vaksin difteri pada orang dewasa

    Munculnya kasus difteri pada orang dewasa memang sebagian besar disebabkan oleh tidak dilakukannya vaksin saat kecil.

    Tak hanya itu, difteri pada orang dewasa juga bisa terjadi ketika status imunisasi kurang lengkap sejak kecil. 

    Itu sebabnya, Anda perlu memastikan apakah sudah menerima vaksin difteri atau belum. Jika memang belum, Anda tetap harus diimunisasi lagi untuk mencegah terkena penyakit ini.

    Lantas, bagaimana bila sudah divaksin, tetapi masih terkena difteri saat dewasa?

    Nah, walaupun sudah divaksin, kekebalan tubuh Anda terhadap penyakit difteri ini bisa saja menurun seiring berjalannya waktu. 

    Sekalipun Anda telah menjalani imunisasi difteri secara lengkap sejak kecil, Anda tetap tidak akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit difteri seumur hidup.

    Anda perlu mengulang kembali imunisasi difteri setiap 10 tahun sekali.

    Kapan vaksin untuk mencegah difteri diberikan pada orang dewasa?

    vaksin difteri pada orang dewasa

    Idealnya, vaksin difteri diberikan sebanyak 3 dosis sejak usia 2-18 tahun (usia 5 tahun, 10-12 tahun, dan 18 tahun).

    Setelah itu, vaksin ini akan semakin efektif bila diberikan setiap 10 tahun sekali selama seumur hidup.

    Hal tersebut dikarenakan vaksin hanya mampu memberikan perlindungan selama 10 tahun. Jadi, setelah 10 tahun perlu diberikan booster atau penguat vaksin kembali.

    Itulah mengapa Anda perlu memastikan apakah status imunisasi Anda sudah lengkap atau belum. Jika dirasa belum, segeralah mendapatkan vaksin untuk mencegah penyakit difteri.

    Menurut CDC, vaksin difteri diberikan pada usia 19-64 tahun sebanyak satu dosis. Berikut jadwal pemberian suntik vaksin difteri bagi orang dewasa:

    • Orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin Td atau belum lengkap status imunisasinya, diberikan 1 dosis vaksin Tdap diikuti dengan vaksin Td sebagai penguat setiap 10 tahun.
    • Orang dewasa yang sama sekali tidak diimunisasi diberikan dua dosis pertama dengan jarak 4 minggu dan dosis ketiga diberikan setelah 6 sampai 12 bulan dari dosis kedua.
    • Orang dewasa yang belum menyelesaikan tiga dosis vaksin Td seri primer diberikan sisa dosis yang belum dipenuhi.
    • Ibu hamil diberikan satu dosis Tdap, sebaiknya pada masa awal kehamilan.

    Bila terdapat salah satu orang yang termasuk suspek atau berisiko mengalami difteri di lingkungan sekitar Anda, Anda harus segera meminta divaksinasi ulang meskipun sudah pernah divaksin saat masih anak-anak.

    Hal ini bertujuan untuk menambah kekebalan tubuh Anda dari penularan penyakit difteri.

    Efek samping vaksin difteri pada orang dewasa

    Vaksinasi difteri pada orang dewasa aman dilakukan dan tidak memiliki risiko kesehatan, apalagi sampai membahayakan keselamatan jiwa.

    Namun, sama halnya dengan obat-obatan, vaksin juga memiliki efek samping yang biasanya muncul dalam 1-3 hari setelah imunisasi.

    Meski begitu, sangat jarang ditemukan reaksi atau alergi yang berat akibat vaksin difteri.

    Vaksin yang mengandung toksoid tetanus, seperti pada vaksin DPT, memang bisa menimbulkan gangguan pada otak, tetapi kasus ini jarang sekali terjadi.

    Efek samping yang muncul setelah melakukan imunisasi difteri biasanya bersifat ringan dan bisa mereda dengan sendirinya dalam beberapa hari.

    Kemungkinan efek samping yang timbul setelah melakukan vaksin difteri antara lain:

    • demam ringan,
    • rasa nyeri dan bengkak pada bagian tubuh yang mendapatkan suntikan vaksin,
    • kulit pada bagian suntikan menjadi memerah,
    • kelelahan,
    • nyeri otot ringan,
    • pusing,
    • sakit perut yang disertai rasa mual, muntah-muntah, hingga diare, dan
    • kehilangan nafsu makan.

    Efek samping serius

    Meskipun jarang terjadi, Anda bisa saja mengalami berbagai efek samping serius setelah melakukan imunisasi difteri untuk orang dewasa.

    Reaksi alergi parah atau anafilaktik yang ditandai dengan kesulitan bernafas dan tekanan darah turun. Selain itu, efek samping serius lainnya karena vaksin difteri adalah sebagai berikut:

    Jika Anda menunjukkan tanda-tanda efek samping serius seperti di atas atau Anda khawatir terkait gejala efek samping difter pada dewasa yang tidak wajar, segera cari bantuan medis darurat atau periksa ke dokter.

    Hal ini bertujuan agar Anda segera mendapatkan perawatan yang tepat.

    Pemeriksaan sebelum vaksinasi

    Efek samping dari vaksin difteri untuk orang dewasa mungkin akan muncul lebih berat apabila vaksinasi dilakukan  dalam keadaan sakit atau saat tubuh tidak terlalu fit.

    Konsultasikan kembali dengan dokter apabila sebelum melakukan vaksin Anda mengalami sejumlah masalah kesehatan seperti:

    • Mengalami demam dengan suhu tubuh yang melebihi 38.5 derajat Celcius.
    • Mengalami kejang secara tiba-tiba atau masalah sistem saraf lainnya.
    • Merasakan rasa sakit atau pembengkakan di bagian leher sehingga kesulitan menelan.
    • Memiliki Guillain-Barré Syndrome yaitu gangguan pada sistem imun.
    • Pernah mengalami alergi seperti kesulitan bernapas atau reaksi lainnya setelah melakukan imunisasi.

    Vaksinasi sebaiknya tidak dilakukan jika Anda memiliki alergi terhadap kandungan vaksin.

    Anda bisa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan keamanan kandungan di dalam vaksin.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 12/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan