backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Tubuh Berotot Ala Binaragawan, Apakah Memang Lebih Sehat? Ini Risikonya

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 02/09/2020

    Tubuh Berotot Ala Binaragawan, Apakah Memang Lebih Sehat? Ini Risikonya

    Melihat tubuh para aktor di film-film laga atau pahlawan super, Anda mungkin merasa kagum akan otot-otot yang ditonjolkan. Sejak dahulu memang tubuh berotot nan kekar sering dianggap sebagai tolak ukur bagi kejantanan pria. Akibatnya, banyak laki-laki merasakan tuntutan untuk membentuk otot-otot tubuhnya bak binaragawan.

    Kasus ini serupa dengan yang dialami wanita. Wanita juga secara tak langsung dituntut untuk menjaga bentuk tubuh yang ramping dan seksi. Lalu, apakah benar tubuh berotot binaragawan itu pasti ideal dan sehat? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini. 

    Apakah tubuh berotot seperti binaragawan memang lebih sehat?

    Membentuk tubuh dan membangun massa otot memang baik untuk kesehatan. Ketahanan dan kekuatan tubuh jadi lebih baik. Selain itu, Anda juga jadi memerhatikan asupan gizi sehari-hari yang baik bagi tubuh. Akan tetapi, beberapa orang bisa saja membentuk tubuh secara berlebihan. Apalagi mereka yang berprofesi sebagai binaragawan atau mereka yang sangat menekuni dunia binaraga. 

    Hati-hati, membentuk otot secara berlebihan belum tentu menyehatkan bagi tubuh. Tubuh yang terlalu kekar dan berotot justru bisa berdampak negatif. Bahkan, jika terobsesi dengan bentuk tubuh berotot ala binaragawan Anda bisa saja mengalami gangguan dismorfia otot. 

    Mengenal gangguan dismorfia otot

    Dismorfia otot adalah gangguan psikologis yang membuat seseorang kecanduan membentuk otot dan melakukan olahraga binaraga. Meskipun tubuhnya sudah terbentuk dan otot-ototnya sudah membesar, orang dengan gangguan dismorfia otot akan terus berusaha untuk membuat tubuhnya lebih kekar dan berotot. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan diet khusus secara ketat serta melatih kebugaran dengan olahraga seperti angkat beban

    Ciri-ciri dismorfia otot

    Tak diduga-duga, gangguan dismorfia otot ternyata cukup ditemui dalam masyarakat. Sejumlah penelitian mencatat bahwa sekurang-kurangnya 10% dari para binaragawan di seluruh dunia mengidap dismorfia otot. Kenali ciri-ciri orang dengan gangguan dismorfia otot berikut ini.

    • Olahraga habis-habisan untuk meningkatkan massa otot
    • Panik dan stres jika tak bisa atau tak sempat berolahraga
    • Tetap berolahraga meskipun sedang sakit atau cedera
    • Gangguan makan, biasanya mengonsumsi protein dalam jumlah berlebihan 
    • Kecanduan steroid
    • Terlalu sering bercermin dan memeriksa bentuk tubuh
    • Membanding-bandingkan tubuhnya dengan binaragawan lain
    • Tidak percaya diri dengan bentuk tubuh dan citra dirinya

    Dampak dismorfia otot bagi kesehatan

    Bila dibiarkan, gangguan dismorfia otot akan membawa dampak negatif bagi kesehatan. Salah satunya adalah gangguan jantung. Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Cardiology, mengangkat beban secara berlebihan berisiko menyebabkan robeknya pembuluh darah aorta. Aorta adalah arteri utama yang mengalirkan darah dari jantung. Robeknya aorta karena latihan angkat beban berlebihan bisa menyebabkan kematian. 

    Orang yang terobsesi dengan tubuh berotot juga mungkin menjalani diet ketat dengan membatasi konsumsi kalori atau lemak. Dengan asupan gizi yang tidak seimbang padahal aktivitas fisiknya berlebihan, gula darah bisa menurun drastis hingga Anda hilang kesadaran. Dalam beberapa kasus, olahraga berlebihan yang tidak disertai dengan gaya hidup sehat juga bisa berakibat kematian. 

    Salah satu gejala dismorfia otot, yaitu kecanduan steroid berisiko menyebabkan gangguan hormon, penyakit jantung, stroke, hingga kanker hati. Maka, kalau Anda atau orang terdekat Anda mengidap gangguan ini atau sudah terobsesi dengan dunia binaraga, segera cari bantuan psikolog, ahli gizi, atau dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 02/09/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan