backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Vaginal Cuff, Menjahit Vagina Kembali Setelah Histerektomi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 10/03/2023

    Mengenal Vaginal Cuff, Menjahit Vagina Kembali Setelah Histerektomi

    Histerektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat rahim dan leher rahim yang biasa dilakukan untuk mengobati endometrisis, kanker, atau prolaps uteri (turun peranakan). Biasanya, setelah histerektomi, tindakan medis akan berlanjut dengan melakukan vaginal cuff.

    Aapa sebenarnya vaginal cuff ini? Mengapa tindakan medis ini dilakukan setelah histerektomi? Simak lebih jauh untuk tahu jawabannya.

    Apa itu vaginal cuff setelah histerektomi?

    histerektomi adalah

    Vaginal cuff adalah bagian atas vagina yang membuka ke dalam peritoneum (lapisan dinding rongga perut) dan dijahit menutup setelah pengangkatan rahim dan leher rahim selama histerektomi.

    Prosedur operasi ini dibuat dengan menjahit ujung-ujung sisi pembedahan di mana serviks melekat pada vagina.

    Biasanya, pembuatan vaginal cuff akan dilakukan pada histerektomi total dan radikal. Histerektomi total merupakan bentuk operasi yang paling umum dilakukan, yaitu ketika rahim dan leher rahim semuanya diangkat.

    Sementara histerektomi radikal adalah pengangkatan rahim yang lebih luas lagi dibanding histerektomi total, yaitu dengan menyertakan jaringan sekitarnya, termasuk tuba falopi, vagina bagian atas, ovarium, kelenjar getah bening, dan jaringan lemak.

    Setelah histerektomi, bagian atas vagina yang membuka atau leher rahim akan dijahit bersama agar jadi menutup. Inilah yang disebut prosedur vaginal cuff.

    Bagaimana pemulihan vaginal cuff?

    Pemulihannya biasa membutuhkan waktu setidaknya delapan minggu, atau terkadang bisa lebih lama.

    Selama waktu pemulihan, Anda akan melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter Anda. Dokter akan memantau kemajuan kondisi Anda dan merekomendasikan langkah-langkah untuk mempercepat pemulihan.

    Dokter mungkin akan meresepkan krim estrogen vagina jika Anda memasuki masa postmenopause atau mengalami menopause dini setelah histerektomi untuk membantu mendorong penyembuhan jaringan yang lebih cepat.

    Selama 8—12 minggu pertama setelah operasi, Anda harus menjauhkan diri dari apa pun yang akan memberi tekanan pada sayatan vaginal cuff, seperti berikut ini.

    • Tidak melakukan hubungan seksual sementara.
    • Menjaga gerakan usus yang sehat.
    • Mengendalikan batuk yang kronis.
    • Banyak istirahat
    • Hindari mengangkat beban yang berat.
    • Menahan diri dari aktivitas berat apa pun, terutama jika memberi tekanan pada bagian perut bawah Anda, atau daerah panggul.

    Dengan melakukan hal tersebut, akan membuat vaginal cuff menjadi lebih kuat. Ini juga akan membantu Anda menghindari robeknya area di mana ujung-ujung vagina Anda dijahit bersama.

    Apakah vaginal cuff setelah histerektomi bisa robek?

    peradangan pada vagina bisa jadi alasan kenapa pada saat hamil berhubungan terasa sakit

    Ya, masih ada kemungkinan vaginal cuff bisa robek. Meski begitu, hal ini jarang terjadi.

    Hal ini dapat terjadi jika sayatan yang digunakan untuk membuat vaginal cuff terbuka dan menyebabkan ujung-ujung jahitan terpisah. Robekan yang terjadi bisa meliputi sebagian atau seluruh jahitan.

    Robekan ini bisa ditandai dengan gejala yang meliputi sebagai berikut.

    • Perdarahan.
    • Keluarnya cairan vagina.
    • Nyeri.
    • Sensasi seperti tertekan di sekitar vagina.
    • Perubahan sistem pencernaan.

    Jika robekan besar atau ada komplikasi tambahan, ini bisa mengakibatkan isi di dalam usus keluar. Ketika hal ini terjadi, usus bisa mendorong keluar rongga pelvis melalui luka robekan ke dalam rongga vagina.

    Namun, perlu diingat bahwa robekan setelah menjalani prosedur penjahitan luka tersebut terjadi pada kurang dari 1%  wanita yang menjalani histerektomi. Jadi, bisa dibilang bahwa vaginal cuff aman untuk dilakukan.

    Wanita yang melakukan histerektomi laparoskopi atau robotik total biasanya berisiko lebih besar dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi vagina atau abdominal.

    Hal ini mungkin karena jenis teknik penjahitan atau pemotongan yang digunakan dalam setiap operasi sehingga hasilnya pun bisa berbeda.

    Dilansir dari SASGOG’s Pearls of Exxcellence, umumnya jahitan yang telah dibuat pada vagina robek secara tiba-tiba. Meski bisa juga dipicu oleh faktor lain, seperti berikut ini.

    • Buang air besar (BAB).
    • Melakukan hubungan intim.
    • Terapi radiasi.
    • Obat penekan sistem imun (imunosupresan).
    • Obat kortikosteroid.
    • Kebiasaan merokok.
    • Peningkatan tekanan di dalam perut.
    • Atrofi vagina.
    • Kanker.

    Bagaimana mengatasi vaginal cuff yang robek?

    Mengatasi robeknya vaginal cuff dilakukan dengan pembedahan. Jika Anda memiliki robekan sebagian atau parsial tanpa komplikasi, operasi dapat dilakukan melalui vagina (transvaginal).

    Beberapa komplikasi vaginall cuff yang mungkin memerlukan pembedahan laparoskopi, seperti berikut ini.

    • Peritonitis (infeksi pada lapisan dinding perut).
    • Keluarnya isi perut.
    • Abses.
    • Hematoma atau memar.

    Wanita yang membutuhkan pembedahan ini, biasanya diberikan terapi antibiotik secara intravena untuk mengobati atau mencegah infeksi.

    Jika Anda mengalami komplikasi yang memengaruhi kemampuan usus untuk berfungsi dengan baik, Anda akan tetap berada di rumah sakit sampai fungsi usus Anda bisa kembali berfungsi dengan normal.

    Waktu penyembuhan Anda setelah histerektomi total atau radikal umumnya membutuhkan waktu setidaknya sekitar 2—3 bulan.

    Selama waktu ini, dokter akan menekankan perlunya menghindari pantangan-pantangan, seperti yang telah disebutkan di atas.

    Anda harus berhati-hati untuk menghindari tekanan pada luka baru setelah operasi. Sebaiknya, hindari aktivitas apa pun yang bisa menyebabkan timbulnya tekanan pada area bekas operasi, seperti mengangkat benda berat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 10/03/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan