backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

5 Jenis Pengobatan untuk Kanker Ovarium yang Umum Dilakukan

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 05/05/2022

    5 Jenis Pengobatan untuk Kanker Ovarium yang Umum Dilakukan

    Penyakit kanker ovarium menyebabkan tumbuhnya tumor di indung telur, yakni kelenjar yang bertugas menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon seks pada wanita. Tanpa perawatan, sel kanker bisa menyebar ke saluran tuba falopi mencapai kelenjar getah bening terdekat, menyerang jaringan sehat lainnya, bahkan menyebabkan komplikasi kanker ovarium lebih parah. Lantas, apa saja obat dan pengobatan untuk menyembuhkan kanker ovarium (indung telur)?

    Obat dan pengobatan untuk kanker ovarium

    Umumnya, stadium 1, 2, dan 3 kanker ovarium bisa disembuhkan. Namun beberapa pasien penyakit kanker stadium 3 yang cukup parah dan stadium 4, tidak bisa disembuhkan.

    Mereka menjalani pengobatan untuk mengurangi gejala kanker ovarium yang dirasakan. Di samping itu, pengobatan juga tetap dilakukan untuk memperlambat penyebaran sel kanker sehingga kualitas hidup jadi lebih baik.

    Sebelum ditentukan pengobatan, Anda perlu menjadi serangkaian tes kesehatan untuk mendiagnosis kanker ovarium. Setelah hasilnya didapat, barulah dokter akan menentukan pengobatan yang tepat.

    Berikut ini cara mengobati kanker yang biasanya direkomendasikan untuk dokter, antara lain:

    1. Operasi

    prosedur operasi ambeien

    Penyakit kanker ini memiliki banyak jenis, namun sebanyak 75% merupakan jenis tumor epitel. Umumnya, pengobatan yang menjadi pilihan utama bagi pasien kanker ovarium tahap awal maupun lanjut adalah operasi pengangkatan sel-sel tumor.

    Penyembuhan kanker ovarium tanpa obat ini, dilakukan oleh ahli onkologi ginekologi. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa luas penyebaran sel kanker (staging) dan mengangkat sebanyak mungkin tumor yang telah menyebar di jaringan lain.

    Kadang, dokter bedah melakukan operasi biopsi pada kelenjar getah bening di panggul dan perut. Tujuannya mengambil jaringan sebagai sampel pengamatan ada atau tidaknya sel kanker pada area tersebut.

    Operasi bedah untuk kanker ovarium dokter bisa saja melakukan pengangkatan rahim beserta dengan ovarium dan tuba fallopi. Tindakan medis ini disebut dengan histerektomi-salpingo-ooforektomi bilateral. Jika ovarium dan atau rahim diangkat, itu artinya pasien tidak bisa hamil dan memasuki masa menopause lebih cepat dari seharusnya.

    Selain itu, dokter mungkin melakukan pengangkatan omentum, yakni lapisan jaringan lemak yang menutupi isi perut dan kanker ovarium yang sudah menyerang area ini. Prosedur medis ini disebut juga dengan omentektomi.

    Bila kanker menyebar ke usus besar atau usus kecil, dokter akan memotong usus yang terkena dan menjahit kembali sisa usus yang sehat.

    Setelah operasi kanker ovarium dilakukan, pasien harus tinggal di rumah sakit selama 7 hari. Pemulihan tubuh untuk kembali melanjutkan aktivitas sehari-hari pasca operasi kanker ovarium memakan waktu 4 hingga 6 minggu.

    2. Kemoterapi

    lama efek kemoterapi

    Selain operasi, pasien akan direkomendasikan menjalani kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan kanker ovarium dengan menggunakan obat-obatan yang bisa dilakukan sebelum atau sesudah operasi. Dengan kemoterapi, penyebaran kanker (metastasis) bisa dihentikan, tumor juga bisa dikecilkan ukurannya sehingga membuat operasi jadi lebih mudah.

    Obat yang digunakan dalam kemoterapi untuk kanker ovarium dapat diberikan dengan cara disuntikkan ke pembuluh darah atau diminum. Obat tersebut dapat masuk ke aliran darah dan mencapai semua area tubuh yang terkena kanker.

    Pada tumor epitel, dokter akan menggunakan dua jenis obat yang berbeda. Pasalnya, penggunaan dua obat bekerja lebih baik sebagai pengobatan pertama untuk kanker ovarium. Jenis kombinasi obat yang digunakan adalah platinum compound (cisplatin atau carboplatin) dan obat taxane, seperti docetaxel, yang diberikan lewat pemasangan infus setiap 3 atau 4 minggu sekali.

    Banyaknya siklus kemoterapi bergantung dengan stadium kanker ovarium yang dialami pasien dan jenis obat yang digunakan, biasanya mencapai 3-6 siklus. Siklus adalah jadwal pemberian dosis obat yang teratur, diikuti dengan jeda waktu istirahat.

    Tumor epitel dapat menyusut dan menghilang dengan kemoterapi, tapi dapat juga kambuh kembali. Jika dalam 6 hingga 12 bulan, kemoterapi pertama ampuh membunuh sel kanker, pasien bisa menggunakan obat-obatan ini kembali saat kambuh.

    Pilihan obat kemoterapi lainnya

    Jika obat-obat di atas tidak ampuh, dokter akan memberikan obat kemoterapi lain pada pasien kanker ovarium, seperti:

    Pasien kanker ovarium stadium 3 dengan penyebaran kanker hampir mencapai rongga, akan mendapatkan kemoterapi intraperitoneal (IP). Artinya, obat-obatan cisplatin dan paclitaxel yang disuntikkan ke dalam rongga perut melalui kateter lewat prosedur pembedahan. Obat dapat mengalir bersama darah mencapai sel kanker yang ada di luar rongga perut.

    Wanita dengan kanker ovarium dan mendapatkan obat kemoterapi IP biasanya merasakan efek samping, mulai dari mual, muntah, hingga sakit perut. Efek samping pada wanita yang menjalani kemoterapi untuk kanker ovarium ini membuat mereka membutuhkan obat pereda nyeri kanker agar efek sampingnya jadi lebih ringan.

    Pada kanker indung telur jenis tumor sel germinal, dokter akan memberikan beberapa obat berbeda sekaligus. Kombinasi obat ini disebut BEP, yang meliputi bleomycin, etoposide dan cisplatin. Sementara, jenis disgerminoma  bisa disembuhkan dengan obat kombinasi carboplatin dan etoposide yang efek sampingnya lebih ringan.

    Dilansir American Cancer Society, jika kanker tidak menanggapi obat tersebut, dokter akan memberikan obat lain, seperti:

    • TIP (paclitaxel / Taxol, ifosfamide, dan cisplatin / Platinol)
    • Veip (vinblastin, ifosfamid, dan cisplatin / Platinol)
    • VIP (etoposide / VP-16, ifosfamide, dan cisplatin / Platinol)
    • VAC (vincristine, dactinomycin, dan cyclophosphamide)

    Kemoterapi jarang digunakan untuk mengobati kanker indung telur tipe tumor stroma. Akan tetapi bila kemoterapi dilakukan, obat yang digunakan adalah obat PEB (cisplatin, etoposide, dan bleomycin).

    Efek samping lainnya yang dapat terjadi akibat kemoterapi untuk kanker ovarium adalah tubuh mudah memar dan mengalami perdarahan, kelelahan ekstrem, dan mudahnya terkena infeksi.

    3. Radiasi

    efek samping radioterapi

    Selain menggunakan obat kemoterapi, pasien juga bisa menjalani radioterapi sebagai pengobatan kanker ovarium. Terapi kanker ovarium ini menggunakan sinar-X energi tinggi untuk membunuh sel kanker yang prosedurnya seperti ketika Anda menjalani rontgen biasa.

    Meski jarang direkomendasikan, radioterapi berguna untuk membunuh sel-sel kanker ovarium yang telah menyebar, contohnya di otak atau sumsum tulang belakang. Radioterapi sinar eksternal merupakan jenis paling yang paling dipilih dan dilakukan sebanyak 5 kali per minggu selama beberapa minggu.

    Sementara, jenis radioterapi yang jarang dilakukan yakni brachytherapy (menempatkan perangkat radioaktif ke dalam tubuh dekat sel kanker). Efek samping yang umum terjadi dari pengobatan kanker ovarium ini adalah kulit terbakar dan mengelupas, diare, mual, muntah, dan iritasi pada vagina.

    4. Terapi hormon

    obat cacing untuk obat kanker usus dan kanker prostata

    Pengobatan kanker ovarium selain kanker dengan obat tidak hanya dengan kemoterapi. Ada pengobatan lain, seperti terapi hormon. Pada terapi ini, dokter menggunakan obat penghambat hormon untuk melawan kanker.

    Cara mengobati kanker ovarium ini jarang digunakan pada tumor epitel, tapi sering digunakan untuk mengobati tumor stroma. Beberapa jenis obat yang digunakan dalam terapi hormon, antara lain:

    Luteinizing-hormone-releasing hormone (LHRH) agonists

    Obat LHRH atau disebut dengan GnRH dapat menurunkan kadar estrogen dengan menghambat produksi hormon tersebut di ovarium.

    Contoh obat golongan ini adalah goserelin dan leuprolide, yang disuntikkan setiap 1 hingga 3 bulan. Efek samping dari obat kanker ovarium adalah vagina kering dan peningkatan risiko osteoporosis.

    Tamoxifen

    Tamoxifen biasanya digunakan untuk mengobati kanker payudara, tapi obat ini juga bisa mengobati tumor stoma dan tumor epitel stadium lanjut. Obat ini bekerja sebagai anti-estrogen sehingga dapat menekan pertumbuhan sel kanker.

    Efek samping dari penggunaan obat dalam terapi hormon ini adalah hot flashes, kekeringan pada vagina, dan meningkatkan risiko pembekuan darah serius di kaki.

    Aromatase inhibitors

    Inhibitor aromatase adalah obat kanker ovarium yang bekerja untuk menurunkan kadar estrogen pada wanita setelah menopause. Biasanya, obat digunakan untuk mengobati tumor stroma yang kembali kambuh.

    Contoh obat golongan ini adalah letrozole (Femara®), anastrozole (Arimidex®), dan exemestane (Aromasin®) yang diminum satu kali sehari. Efek samping dari obat ini adalah hot flashes, nyeri sendi dan otot serta penipisan tulang sehingga membuat tulang mudah rapuh.

    5. Terapi target

    Cara mengobati kanker ovarium selanjutnya adalah terapi target. Obat-obat yang digunakan dalam perawatan ini bekerja dengan menyerang sel-sel kanker dengan merusak DNA sel.

    Meskipun penyebab kanker ovarium tidak diketahui secara pasti, penyebab kanker pada umumnya adalah mutasi DNA dalam sel. Dengan merusak sistem DNA sel kanker, sel tersebut akan mati. Beberapa jenis obat dalam terapi target yang umumnya digunakan untuk mengobati kanker ovarium adalah:

    Bevacizumab (Avastin)

    Bevacizumab terbukti untuk menyusut dan memperlambat pertumbuhan kanker ovarium jenis tumor epitel. Obat ini bekerja dengan baik bila dikombinasikan dengan kemoterapi.

    Pemberian bevacizumab juga bisa diresepkan bersamaan dengan olaparib pada wanita yang memiliki mutasi gen BRCA. Gen ini adalah gen yang diwariskan oleh keluarga yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium, kanker payudara, dan kanker usus besar. Obat diberikan melalui infus setiap 2 hingga 3 minggu sekali.

    Efek samping dari obat kanker ovarium ini adalah meningkatkan tekanan darah, menurunkan jumlah sel darah putih, menyebabkan sariawan, sakit kepala. dan diare.

    Inhibitor PARP

    Inhibitor PARP merupakan gabungan dari obat Olaparib (Lynparza), rucaparib (Rubraca), dan niraparib (Zejula). Pada wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, jalur enzim PARP akan terblokir oleh gen tersebut. Enzim PARP sendiri adalah enzim yang terlibat dalam perbaikan DNA yang rusak di dalam sel.

    Oleh karena itu, inhibitor PARP bekerja untuk mencegah gen BRCA menghambat jalur enzim PARP untuk memperbaiki sel yang rusak. Pada pasien kanker ovarium stadium lanjut, baik memiliki gen BRCA atau tidak, dokter biasanya memberikan olaparib dan rucaparib. Obat ini diminum satu kali setiap hari.

    Untuk obat niraparib, biasanya digunakan ketika kanker ovarium telah menyusut setelah mengikuti kemoterapi dengan obat cisplatin atau carboplatin.

    Gaya hidup sehat untuk mendukung pengobatan kanker ovarium

    penyembuhan kanker serviks pemulihan kanker serviks

    Pengobatan kanker ovarium sangat beragam. Dokter akan membantu Anda menentukan perawatan mana yang paling tepat sesuai dengan kondisi tubuh dan stadium kanker yang dimiliki. Jika gejala kanker ovarium masih saja muncul dan Anda tidak merasa lebih baik menjalani pengobatan, konsultasikan hal ini dengan dokter yang menangani kondisi Anda.

    Namun, perlu diingatkan kembali bahwa pengobatan kanker bukan perawatan tunggal. Pasien diwajibkan juga untuk mengubah gaya hidup yang sesuai untuk pasien kanker Dengan begitu, pengobatan yang dilakukan akan jadi lebih efektif.

    Perubahan gaya hidup ini meliputi penerapan diet kanker ovarium diikuti dengan menghindari berbagai pilihan makanan yang berpotensi meningkatkan risiko kanker, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup. Pasien juga harus menjalani pengobatan sesuai rekomendasi dokter dan dilakukan secara rutin hingga sel kanker benar-benar hilang sepenuhnya dari dalam tubuh.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 05/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan