backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Daftar Obat Migrain yang Bisa Dibeli Bebas dan Harus Pakai Resep

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 14/04/2023

    Daftar Obat Migrain yang Bisa Dibeli Bebas dan Harus Pakai Resep

    Migrain yang datang tiba-tiba tentu membuat Anda sulit beraktivitas dengan nyaman. Rasa sakitnya sering digambarkan sangat intens, yang bisa bertahan selama berjam-jam hingga berhari-hari. Nah, ketika migrain kambuh, Anda mungkin butuh minum obat agar sakit kepala mengganggu ini cepat reda. Namun, obat apa saja yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala migrain? Berikut informasinya.

    Pilihan obat generik di apotik yang ampuh untuk meredakan migrain

    Migrain adalah jenis sakit kepala yang bisa menimbulkan nyeri berulang atau kambuhan, yang umumnya terasa di satu sisi, baik kiri maupun kanan. Saat serangan sakit kepala ini datang, obat pereda nyeri biasanya dibutuhkan untuk mengatasi gejala tersebut.

    Adapun obat pereda nyeri generik yang dijual bebas di apotek bisa menjadi pilihan bila sakit kepala yang Anda rasakan terasa ringan atau baru saja menyerang. Lantas, apa saja pilihan obat generik tersebut?

    Berikut adalah beberapa rekomendasi obat generik di apotek untuk mengatasi sakit kepala sebelah, baik kiri maupun kanan, akibat migrain yang Anda alami:

    • Aspirin

    Aspirin adalah obat analgesik yang bekerja menghentikan produksi zat prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin adalah hormon yang dapat memicu peradangan dan rasa sakit, yang merupakan salah satu penyebab migrain.

    Aspirin dapat digunakan untuk meredakan migrain yang ringan hingga sedang. Beberapa penelitian merekomendasikan, aspirin dengan dosis tinggi, yaitu 900-1.300 mg, bisa diberikan saat timbul gejala pertama kali atau serangan migrain akut. Sementara aspirin dosis rendah, yaitu 81-325 mg per hari, dinilai sebagai pilihan pengobatan yang efektif untuk sakit kepala migrain berulang.

    Meski dapat dibeli bebas tanpa resep dokter, penggunaan obat aspirin untuk mengobati migrain pun perlu berhati-hati. Jika dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka panjang, risiko efek samping aspirin dapat terjadi, seperti iritasi lambung atau perdarahan di perut.

    • Ibuprofen

    Ibuprofen adalah obat pereda nyeri golongan NSAID. Obat golongan ini bekerja dengan menghalangi enzim siklooksigenase dalam memproduksi hormon prostaglandin yang berperan menyebabkan migrain.

    Ibuprofen sebagai obat migrain generik tersedia dalam bentuk tablet atau suspensi (cair). Dosis ibuprofen sebagai obat sakit kepala sebelah ringan hingga sedang adalah 200-400 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Disebutkan dalam laman Cochrane, penggunaan dosis tunggal ibuprofen sebesar 400 mg sama efektifnya dengan mengonsumsi aspirin 1.000 mg dalam mengatasi sakit kepala migrain.

    Namun, ibuprofen tidak boleh digunakan untuk mengatasi migrain pada ibu hamil. Risikonya dapat berdampak pada kesehatan bayi di dalam kandungan. Konsultasikan ke dokter kandungan untuk mendapatkan rekomendasi obat sakit kepala ibu hamil yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

  • Paracetamol

  • Paracetamol atau acetaminophen adalah obat golongan analgesik yang bekerja mengubah cara tubuh merespons rasa sakit. Biasanya, paracetamol digunakan untuk meredakan sakit kepala akibat migrain yang tergolong ringan hingga sedang. Namun, jenis obat ini juga terkadang digunakan untuk mengobati migrain yang berat.

    Rekomendasi dosis tunggal paracetamol untuk migrain pada orang dewasa, yaitu sebesar 1.000 mg. Dosis tunggal ini diyakini dapat mengurangi rasa sakit kepala migrain dari sedang atau berat dalam waktu sekitar 2 jam.

    Parasetamol pun dianggap lebih efektif meredakan migrain dibandingkan ibuprofen. Apalagi, jika obat ini dibuat menjadi kombinasi dengan aspirin dan kafein (Excedrin Migraine). Namun, kombinasi obat ini umumnya hanya efektif untuk mengobati nyeri migrain yang ringan.

    Aturan pakai obat generik untuk mengatasi migrain

    Tiga pilihan obat generik di atas dapat Anda beli secara bebas tanpa menyertakan resep dokter. Namun, tak menutup kemungkinan juga dokter akan meresepkannya untuk mengatasi migrain yang lebih berat.

    Terlepas diresepkan atau tidak, penggunaan obat pereda nyeri idealnya tetap perlu pengawasan atau sesuai anjuran dari dokter. Paling tidak, konsumsi obat bebas harus mengikuti aturan yang tertera pada label kemasan.

    Pasalnya, penggunaan obat pereda nyeri sebagai cara untuk mengobati sakit kepala migrain memang tidak boleh terlalu sering digunakan. Pemakaian jangka panjang berisiko menimbulkan rebound headache atau sakit kepala berulang akibat penggunaan obat yang berlebihan.

    Rekomendasi obat pereda migrain dengan resep dokter

    obat ibs

    Pada kasus serangan migrain yang hebat, disertai aura dan gejala lain, serta begitu parah sampai membuat Anda tidak berdaya, obat generik bebas mungkin tidak akan mempan.

    Anda membutuhkan obat lain yang lebih kuat untuk menghentikan gejalanya. Namun, obat-obatan ini tidak bisa dibeli sembarangan. Anda perlu menebusnya di apotek dengan menyertakan resep dari dokter. Obat-obatan tersebut, yaitu:

    • Triptan

    Triptan adalah kelompok obat golongan selective serotonin receptor agonists (SSRA). Golongan obat ini bekerja dengan merangsang serotonin, senyawa kimia dalam otak yang mampu menghentikan rasa sakit dengan mengurangi peradangan dan menyempitkan pembuluh darah.

    Merangkum National Headache Foundation, triptan digunakan untuk mengobati migrain akut. Obat-obatan akut dirancang untuk menghentikan serangan migrain atau sakit kepala kluster setelah serangan dimulai.

    Sebagai obat migrain akut, triptan membantu meringankan berbagai gejala yang muncul saat serangan terjadi, seperti sakit kepala, mual, serta yang terkait dengan aura, yaitu kepekaan terhadap cahaya dan suara. Namun, ada beberapa efek samping yang bisa timbul dari konsumsi obat ini, seperti mual, pusing, mengantuk, dan otot melemah.

    Selain itu, triptan pun dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, seperti ergotamine dan monoamine oxidase inhibitor (MAOIs). Obat ini pun tidak boleh digunakan pada pasien migrain yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, angina, stroke, dan diabetes. Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat atau memiliki kondisi medis tertentu seperti yang disebutkan di atas.

    Obat kategori triptan tersedia dalam bentuk pil, patch, bahkan suntikan. Beberapa obat yang termasuk dalam kelompok triptan, yaitu sumatriptan, rizatriptan, almotriptan, naratriptan, zolmitriptan, dan frovatriptan.

    • Naproxen

    Naproxen termasuk ke dalam golongan NSAID, seperti ibuprofen, yang bekerja dengan cara menghalangi enzim siklooksigenase dalam memproduksi prostaglandin. Obat ini biasanya diresepkan dokter untuk meredakan sakit kepala sedang hingga berat.

    Sebagai obat migrain, dokter biasanya meresepkan 250 mg naproxen setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan. Namun, obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 1.000 mg per hari untuk menghindari efek samping serius yang mungkin ditimbulkannya, seperti peradangan di usus, kerusakan ginjal, dan sebagainya.

    Adapun jika dibandingkan dengan obat-obatan NSAID lain, naproxen tergolong kurang efektif untuk meredakan sakit kepala migrain. Maka itu, dokter biasanya akan memberikan obat ini hanya sebagai pendamping, bukan sebagai obat utama.

    Selain naproxen, dokter bisa saja meresepkan obat-obatan NSAID resep lainnya sebagai cara untuk mengobati sakit kepala migrain, seperti diclofenac atau ketorolac, jika dirasa perlu.

    • Antiemetik atau antimual

    Selain sakit kepala, mual dan muntah juga kerap dirasakan penderita migrain saat serangan terjadi, terutama bagi penderita migrain dengan aura. Oleh karena itu, dokter juga kerap meresepkan obat antimual atau disebut antiemetik untuk meredakan gejala tersebut.

    Obat antiemetik ini bisa digunakan sebelum atau bersamaan dengan obat pereda nyeri dn triptan. Sama seperti obat pereda nyeri, obat antimual ini bekerja lebih baik jika diminum segera setelah gejala migrain dimulai.

    Obat antiemetik biasanya dalam bentuk tablet atau supositoria (obat padat yang dimasukkan melalui anus). Beberapa contoh obat antiemetik yang biasanya diresepkan dokter untuk penderita migrain, yaitu metocloropramide, chlorpromazine, atau prochlorperazine.

    Obat-obatan untuk mencegah migrain

    obat radang usus

    Ada pepatah yang bilang bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Nah, ini juga berlaku untuk migrain. Selain dengan menghindari hal-hal pemicunya, mencegah migrain kambuh juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan.

    Obat-obatan ini biasanya diresepkan oleh dokter jika sebelumnya Anda sudah cukup sering mengalami migrain, serangan tidak segera berhenti setelah minum obat, atau rasa sakitnya yang tidak mempan diobati oleh pereda nyeri generik.

    Obat-obatan ini digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan dan tingkat keparahan dari migrain. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa Anda gunakan sebagai bentuk pencegahan.

  • Obat penurun tekanan darah

  • Obat-obatan, beta blocker seperti propranolol dan metoprolol, serta obat-obatan calcium channel blockers, seperti verapamil, bisa digunakan untuk mencegah migrain yang biasanya disertai dengan aura.

    • Antidepresan

    Obat antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, bisa digunakan untuk mencegah timbulnya migrain atau sakit kepala sebelah. Namun, kelas obat-obatan ini hanya bisa diresepkan oleh dokter karena efek samping yang mungkin ditimbulkannya, seperti mudah mengantuk dan kenaikan berat badan.

    • Obat anti kejang

    Obat-obatan anti kejang, seperti valproate dan topiramate, dapat digunakan untuk mengurangi frekuensi serangan migrain. Namun, Anda harus berhati-hati dengan efek samping tertentu yang dapat timbul akibat penggunaan obat ini, seperti pusing, perubahan berat badan (baik naik maupun turun), mual-mual, dan lain sebagainya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 14/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan