backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Penyebab Stretch Mark di Bahu, Plus Cara Tepat Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 28/07/2023

    Penyebab Stretch Mark di Bahu, Plus Cara Tepat Mengatasinya

    Stretch mark adalah guratan panjang, tipis, dan menonjol yang muncul di bagian kulit yang menyimpan lemak seperti perut, paha, payudara, dan punggung bagian bawah. Namun, stretch mark juga bisa muncul di bahu hingga lengan. Nah, apakah penyebab munculnya stretch mark pada lengan sama dengan penyebab umumnya?

    Penyebab stretch mark di bahu dan lengan

    Di bagian tubuh mana pun letaknya, stretch mark akan muncul ketika kulit mulai kehilangan elastisitasnya, sehingga tidak mampu untuk meregang secara normal.

    Munculnya stretch mark juga dapat disebabkan oleh pertambahan massa otot atau lemak yang begitu cepat.

    Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa penyebab timbulnya stretch mark pada bahu dan lengan.

    1. Olahraga yang berlebihan

    olahraga anaerobik

    Mengangkat beban berat serta melakukan olahraga secara berlebihan merupakan salah satu penyebab stretch mark yang paling sering terjadi.

    Ketika massa otot atau lemak di bahu bertambah, kulit akan semakin sulit mempertahankan elastisitasnya supaya tidak meregang. 

    Semakin cepat pertambahan massa otot dan lemak di area bahu, semakin kulit akan mudah meregang dan menimbulkan bekas luka yang menonjol alias stretch mark.

    2. Penggunaan obat kortikosteroid 

    Kortikosteroid adalah obat atau salep yang digunakan untuk menghentikan peradangan di dalam tubuh.

    Obat ini bekerja dengan mempersempit pembuluh darah sehingga mampu mengurangi pembengkakan atau nyeri di area kulit yang bermasalah.

    Meskipun salep kortikostreroid bisa mengatasi masalah kulit, penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan efek samping berupa penipisan kulit dan stretch mark

    4. Faktor keturunan dan stres

    Stretch mark di bahu atau lengan juga bisa terjadi karena faktor keturunan.

    Jika memiliki riwayat anggota keluarga yang memiliki stretch mark, kemungkinan besar Anda dapat juga memilikinya.

    Faktor genetik yang membuat kulit seseorang mudah memunculkan stretch mark biasanya juga dipengaruhi oleh tingkat stres. Hormon stres, yakni kortisol, mudal melemahkan serat elastis kulit.

    5. Sindrom Cushing 

    Munculnya stretch mark pada bahu atau lengan juga dapat terjadi karena kondisi medis tertentu.

    Sindrom Cushing atau hiperkortisolisme merupakan penyakit yang terjadi karena kadar hormon kortisol yang berlebih di dalam tubuh. 

    Kondisi ini mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pada sistem imun, masalah pada jantung, kadar gula darah yang tidak seimbang, hingga penipisan kulit dan stretch mark.

    Bisakah laki-laki memiliki stretch mark?

    Masalah kulit ini memang paling banyak ditemui pada wanita, terlebih bagi wanita yang baru melahirkan. Akan tetapi, stretch mark pada pria juga cukup umum terjadi.

    Cara mengatasi stretch mark di bahu dan lengan

    Sebenarnya, belum ada perawatan yang bisa menghilangkan stretch mark secara permanen. Namun, Anda tidak perlu khawatir, kondisi kulit ini bukan masalah yang serius, guratan bisa memudar seiring berjalannya waktu.

    Selain itu, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah stretch mark di bahu dan lengan bertambah banyak.

    1. Perhatikan intensitas olahraga

    Olahraga yang terlalu intens merupakan penyebab stretch mark di lengan yang paling umum. Maka dari itu, sebaiknya perhatikan intensitas olahraga yang Anda lakukan.

    Semakin cepat pertumbuhan otot di area lengan dan bahu, maka risiko munculnya stretch mark akan semakin besar. Kuncinya adalah jangan memaksakan diri Anda untuk menumbuhkan otot di area lengan dengan cara cepat.

    Jika terbiasa melakukan latihan angkat beban yang berat, coba ganti dengan angkat beban yang lebih ringan tapi dilakukan secara rutin.

    2. Jaga berat badan

    Kenaikan berat badan naik atau penurunan berat badan yang drastis juga bisa menjadi penyebab stretch mark.

    Oleh sebab itu, kunci terpenting untuk mencegah stretch mark adalah dengan memperhatikan massa otot dan lemak tubuh Anda sendiri. .

    Hindari juga menggunakan suntik steroid untuk membesarkan otot. Meski dapat membentuk otot dan meningkatkan kemampuan fisik, steroid dapat menghentikan pertumbuhan kulit, sehingga justru menimbulkan stretch mark di bahu.

    3. Pakai pelembap

    krim racikan dokter

    Penggunaan krim atau pelembap memang tidak akan menghilangkan stretch mark secara permanen.

    Namun, setidaknya pelembap yang dipakai secara rutin bisa membantu menghaluskan dan melembutkan bagian kulit yang terkena stretch mark.

    Ada baiknya, gunakan pelembap yang mengandung manfaat cocoa butter, vitamin A, dan vitamin E agar kulit tetap lentur dan sehat.

    4. Penuhi asupan vitamin dan mineral

    Untuk menyamarkan stretch mark yang terlanjur muncul di bahu, pastikan untuk selalu makan makanan yang bergizi. Khususnya makanan yang mengandung zink, antioksidan, dan vitamin.

    Selain itu, perbanyak konsumsi buah-buahan dan sumber protein seperti ayam atau kacang-kacangan.

    Kandungan proteinnya akan membantu membangun otot tubuh dengan cara yang lebih sehat tanpa menimbulkan stretch mark.

    5. Terapi laser

    Mengutip Mayo Clinic, terapi laser merupakan salah satu pilihan pengobatan umum untuk membantu menghilangkan stretch mark.

    Terapi laser dapat mengaktifkan sel-sel pigmen kulit dan merangsang produksi melanin pada area yang terkena stretch mark.

    Munculnya stretch mark di bahu, lengan dan bagian tubuh lainnya merupakan kondisi yang normal dan umum terjadi. Umumnya, stretch mark bisa memudar dengan sendirinya.

    Namun, melakukan pencegahan dengan memenuhi asupan vitamin, menjaga berat badan, hingga rutin menggunakan pelembap bisa menjadi salah satu cara yang bisa dicoba untuk mencegah munculnya stretch mark.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 28/07/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan