backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

4 Pilihan Pengobatan untuk Menyembuhkan Osteopenia

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 31/03/2021

    4 Pilihan Pengobatan untuk Menyembuhkan Osteopenia

    Semakin bertambah tua, tulang akan semakin menurun kepadatannya. Jika kepadatan tulang menurun drastis, dokter mungkin mencurigai osteopenia sebagai penyebabnya. Lantas sebelum terlambat menjadi keropos, apa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan pasien untuk mengobati osteopenia? Yuk, simak ulasannya berikut ini.

    Pilihan pengobatan untuk osteopenia

    Osteopenia adalah penurunan kepadatan tulang secara tidak normal. Akibatnya, kekuatan tulang ikut menurun dan risiko patah tulang menjadi lebih besar. Kondisi ini bisa disebut sebagai peralihan tulang yang sehat menuju osteoporosis.

    Kondisi ini tidak menimbulkan gejala apa pun sehingga hanya bisa diketahui lewat tes kepadatan tulang, yakni dual-energy x-ray absorptiometry (DXA). Supaya osteopenia tidak semakin memburuk dan meningkatkan risiko osteoporosis, pasien perlu mendapatkan pengobatan, seperti:

    1. Minum obat rekomendasi dokter

    aturan minum obat diare

    Osteopenia dapat diobati dengan obat osteoporosis. Namun, harus berdasarkan resep dokter. Pasalnya, tidak semua obat osteoporosis boleh diberikan untuk pasien osteopenia. Selain itu, pengawasan dokter juga membantu menghindari penggunaan obat yang berlebihan.

    Nah, beberapa obat yang biasanya digunakan untuk menyehatkan tulang kembali, antara lain:

    • Bifosfonat. Obat ini bekerja dengan memperlambat laju penurunan kepadatan tulang sehingga risiko patah tulang juga menurun. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet maupun suntikan.
    • Teriparatide. Obat ini bekerja seperti hormon dari kelenjar paratiroid untuk membantu pertumbuhan tulang.
    • Raloxifene. Manfaat obat ini dapat mencegah dan mengobati osteoporosis. Pengobatan osteopenia ini hanya tersedia dalam bentuk pil dan pasien perlu meminumnya setiap hari.

    2. Lakukan diet dan konsumsi suplemen

    kurang vitamin D pici skizofrenia

    Menyembuhkan osteopenia tidak hanya bergantung pada obat-obatan saja. Pasien juga bisa meningkatkan kesehatan tulang dengan memenuhi asupan vitamin D dan kalsium.

    Keduanya bekerja sama untuk menjaga tulang tetap sehat. Tanpa vitamin D, penyerapan kalsium oleh tubuh tidak akan maksimal. Jika pasien kekurangan asupan keduanya, osteopenia akan semakin memburuk.

    Selain dari matahari, vitamin D juga ada pada makanan. Beberapa makanan yang mengandung vitamin D dan kalsium, antara lain susu, produk susu, jamur, ikan, dan telur.

    Jika tidak cukup dari makanan, dokter akan merekomendasikan suplemen vitamin D dan kalsium sebagai pengobatan osteopenia.

    3. Olahraga secara rutin

    Sumber: Arthritis Health

    Walaupun tulang berkurang kepadatannya, Anda tetap bisa berolahraga. Olahraga dapat menjaga berat badan tetap terkendali dan ini penting untuk pasien osteopenia. Pasalnya, berat badan yang berlebihan membuat tulang bekerja lebih keras.

    Selain itu, tubuh yang kegemukan juga bisa menurunkan keseimbangan tubuh membuat seseorang jadi mudah terjatuh. Tentunya hal ini sangat berisiko dengan pasien osteopenia yang risiko patah tulang lebih besar.

    Untuk pengobatan osteopenia, Anda dapat melakukan olahraga tai chi. Menurut sebuah studi pada jurnal Osteopros International, pasien osteopenia yang mengikuti latihan tai chi dan minum teh hijau secara rutin mengalami peningkatan pada kesehatan tulangnya.

    4. Berhenti merokok dan kurangi alkohol

    tes alkohol

    Pengobatan akan berjalan efektif jika pasien turut menjaga gaya hidupnya. Pasien perlu mengurangi kebiasaan minum alkohol yang berlebihan dan berhenti merokok.

    Terlalu banyak minum alkohol bisa menyebabkan kadar kalsium tidak seimbang. Akibatnya, kesehatan tulang akan terganggu. Begitu juga dengan rokok yang bisa menghambat proses penyembuhan tulang yang cedera.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 31/03/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan