backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Hepatitis C

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 14/01/2021

Hepatitis C

Definisi

Apa itu hepatitis C?

Hepatitis C adalah penyakit liver menular yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan sehingga mengganggu fungsi kerja hati.

Penyakit ini umumnya ditularkan melalui transfusi darah, hemodialisis atau cuci darah, dan penggunaan jarum suntik. Sementara penularan melalui hubungan seksual jarang terjadi.

Hepatitis C berpotensi menimbulkan komplikasi berupa penyakit hati serius, seperti sirosis hati, kanker hati, dan kerusakan hati secara permanen.

Infeksi HCV yang berlangsung dalam jangka waktu pendek disebut hepatitis C akut. Sementara itu, hepatitis HCV yang terjadi dalam waktu yang lama dapat berkembang menjadi infeksi hepatitis kronis. 

Umumnya, pasien penyakit ini tidak selalu mengalami gejala. Bila gejalanya muncul, penderitanya mungkin akan merasakan lelah, mual dan muntah, hingga penyakit kuning.

Untuk mendiagnosis penyakit ini, Anda perlu melakukan tes darah. Tidak seperti penyakit hepatitis lainnya, hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C.

Meski begitu, infeksi virus ini dapat ditangani melalui pengobatan hepatitis, seperti injeksi interferon dan obat-obatan antivirus. 

Seberapa umum penyakit ini?

Virus penyebab penyakit ini dapat menginfeksi siapa saja dan ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini juga tersebar di berbagai belahan dunia dan termasuk sebagai penyebab utama kanker hati.

Pada 2016, World Health Organization memperkirakan terdapat 399.000 juta pasien hepatitis C yang meninggal akibat sirosis dan kanker hati. Sementara itu, jumlah kasus hepatitis di Indonesia juga cukup besar.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2014 melaporkan terdapat sekitar 28 juta masyarakat Indonesia yang terinfeksi hepatitis B dan C. Hal ini dibuktikan lewat uji darah yang dilakukan oleh PMI.

14 juta pasien diantaranya berisiko mengalami hepatitis kronis dan 1,4 juta dari penderita hepatitis kronis berpotensi terkena kanker hati.

Penyebab

Apa penyebab hepatitis C?

Penyebab hepatitis C yaitu infeksi virus HCV. HCV adalah virus RNA yang mempunyai setidaknya 6 genotip yang berbeda-beda. Infeksi virus ini sebenarnya tidak langsung menyebabkan peradangan pada hati.

Keberadaan virus ini memicu munculnya reaksi dari sistem imun atau kekebalan tubuh. Dalam proses melawan infeksi hepatitis, sistem imun malah menghancurkan sel-sel hati yang terinfeksi.

Perlawanan sistem imun terhadap perkembangan virus yang berlangsung selama bertahun-tahun, lama kelamaan dapat menyebabkan kerusakan pada hati hingga kegagalan pada fungsi hati.

Infeksi HCV akut vs Infeksi HCV kronis

Ketika masuk ke dalam sel inang di dalam hati, virus ini tidak langsung memperbanyak diri. HCV akan memiliki masa inkubasi selama 2 – 24 minggu.

Infeksi HCV akut akan berlangsung selama 6 bulan, sedangkan infeksi HCV kronis berlangsung selama lebih dari 6 bulan hingga bertahun-tahun.

Perkembangan tahapan infeksi virus dari akut menjadi kronis kemungkinan besar akan terjadi (80%) pada penderita hepatitis C.

Bagaimana cara penularan hepatitis C?

Umumnya, penularan hepatitis untuk jenis HCV terjadi melalui kontak dengan darah yang terinfeksi dengan virus, seperti:

  • penggunaan jarum suntik yang sama dengan penderita hepatitis,
  • melalui transfusi darah atau transplantasi organ,
  • berhubungan seks dengan pasien hepatitis, terutama tanpa kondom,
  • penggunaan jarum non-steril untuk tato atau tindik, serta
  • penularan secara vertikal, yaitu dari ibu pada bayinya saat persalinan.

Tanda dan gejala

Apa saja tanda dan gejala hepatitis C?

Sebagian besar orang yang terinfeksi HCV tidak menunjukkan tanda dan gejala, sehingga penyakit ini sulit terdeteksi. Bila muncul, gejala akan berlangsung setelah masa inkubasi virus berakhir, yakni sekitar 2 minggu – 6 bulan.

Selain itu, perkembangan infeksi HCV juga memengaruhi tingkat keparahan gejala. Itu sebabnya, terdapat perbedaan antara gejala hepatitis C akut dengan infeksi hepatitis kronis.

Gejala hepatitis C akut

Periode HCV akut biasanya berlangsung ketika pertama kali orang yang terinfeksi melakukan kontak dengan virus hingga virus mereplikasi diri.

Gejala juga belum tentu muncul, tetapi sekitar 25 – 35% orang yang terinfeksi akan mengalami gangguan, seperti:

  • deman ringan,
  • kelelahan,
  • kehilangan nafsu makan,
  • sakit di bagian abdomen atau perut bagian atas, 
  • kulit dan selaput mata menguning (penyakit kuning), dan
  • mual dan muntah-muntah
Gejala hepatitis C kronis 

Kemunculan gejala hepatitis C kronis lebih mungkin terjadi dibandingkan infeksi hepatitis akut. Namun, infeksi yang berkembang juga terkadang tidak menampakkan gejala. Akibatnya, Anda mungkin tidak menyadarinya.

Bila gejalanya muncul, tanda dan gangguan kesehatan yang terjadi juga bervariasi. Pasalnya, HCV kronis berkaitan erat dengan penyakit liver lainnya atau disebabkan oleh komplikasi, seperti:

  • kesulitan untuk kosentrasi,
  • nyeri di bagian atas perut,
  • nyeri pada otot dan sendi,
  • sakit ketika buang air,
  • warna feses berubah pucat,
  • urine berwarna gelap dan pekat,
  • gatal-gatal pada kulit,
  • mudah berdarah, serta
  • mudah memar. 

Kapan harus periksa ke dokter?

HCV memang tidak memiliki gejala yang khas dan terkadang mirip dengan gejala hepatitis hingga penyakit hati lainnya. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk tidak melakukan diagnosis mandiri bahwa Anda terinfeksi hepatitis C.

Bila Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan, baik yang telah disebutkan atau tidak, konsultasikan dengan dokter. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi Anda.

Faktor risiko

Apa faktor yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini?

Ada sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami hepatitis C, meliputi sebagia berikut.

  • Lahir pada tahun saat wabah hepatitis C terjadi.
  • Menerima transfusi darah di tahun terjadinya epidemi.
  • Riwayat penyakit hati kronis akibat HIV.
  • Memiliki kelainan fungsi hati.
  • Rutin menjalani dialisis (cuci darah).
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik.
  • Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi.
  • Berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi.
  • Membuat tato atau menindik bagian tubuh.
  • Penggunaan sikat gigi dan pisau cukur yang sama dengan pasien hepatitis.

Jika Anda mengalami faktor-faktor risiko di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk melakukan tes diagnosis hepatitis.

Komplikasi

Hati adalah salah satu organ terbesar di dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem pencernaan. Fungsinya cukup banyak, mulai dari mencerna nutrisi dari makanan, hingga menjaga sistem kekebalan tubuh.

Jika infeksi hepatitis berlangsung hingga bertahun-tahun, tentu ada komplikasi hepatitis C berupa kerusakan pada hati di bawah ini.

Sirosis

Sirosis hati adalah kerusakan hati yang disebabkan oleh infeksi HCV kronis. Hati mengalami pembengkaka dan pengerasan, sehingga sejumlah fungsi hati pun terganggu.

Kanker hati

Infeksi HCV kronis juga menyebabkan sel-sel liar berkembang dan membahayakan sel-sel hati. Hampir 5% pasien hepatitis C kronis memiliki sel kanker dalam hatinya.

Gagal hati

HCV juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati secara permanen, alias gagal hati.

Diagnosis

Selain pemeriksaan fisik, dokter juga akan meminta Anda menjalani sejumlah pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan di bawah ini dilakukan untuk melihat apakah HCV aktif menginfeksi tubuh atau tidak. Berikut ini beberapa prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi HCV.

Tes antibodi

Tes antibodi dilakukan untuk melihat keberadaan antibodi HCV di dalam tubuh. Bila hasilnya positif, artinya Anda terinfeksi hepatitis C. Setelah tes antibodi, dokter juga akan memastikan apakah infeksi masih aktif atau tidak melalui tes RNA.

Tes RNA

Tes RNA dilakukan untuk mendeteksi apakah HCV masih aktif mereplikasi diri di dalam tubuh. Selain itu, tes RNA juga memperlihatkan jumlah virus yang terdapat di dalam darah.

Tes genotip HCV

HCV terdiri dari beberapa tipe genotip yang berbeda-beda (genotip). Oleh sebab itu, Anda perlu menjalani tes genotip HCV untuk melihat jenis genotip yang menginfeksi hati Anda.

Hal ini juga dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan hepatitis C yang akan dilakukan.

Biopsi hati

Biopsi hati dilakukan terutama bila Anda berisiko mengalami penyakit hati lainnya. Dokter akan melakukan prosedur biopsi yang bertujuan untuk mengambil sampel sel hati untuk dianalisis tingkat kerusakan hati yang terjadi.

Mengetahui seberapa parah kerusakan hati Anda dapat membantu dokter menentukan metode pengobatan seperti apa yang tepat.

Pengobatan

Tidak semua orang yang terinfeksi hepatitis C perlu menjalani pengobatan, terutama bagi yang tidak mengalami gejala. Namun bagi orang yang terinfeksi secara kronis sekaligus mengalami sejumlah gejala yang mengganggu, pengobatan penting untuk dilakukan. 

Virus hepatitis C memang tidak bisa hilang sepenuhnya dari dalam tubuh, tetapi infeksinya bisa dihentikan.

Pengobatan hepatitis bertujuan untuk menyembuhkan atau menghentikan infeksi HCV berlanjut, terutama selama 6 bulan setelah pengobatan dilakukan. Berikut pengobatan yang bisa dilakukan untuk hepatitis C.

Kombinasi pegylated interferon dan ribavirin

Sebelumnya interferon memang dipakai untuk pengobatan hepatitis C. Namun, kini interferon tidak lagi digunakan secara tunggal. Pasalnya, obat ini perlu dikombinasikan dengan ribavirin untuk menghentikan infeksi virus.

Obat antivirus

Selain interferon dan ribavirin, obat antivirus atau direct acting antivirals (DAAs) juga diklaim sebagai obat hepatitis C yang paling terbaru.

Hal ini dikarenakan obat antivirus disebut memiliki tingkat penyembuhan hingga 90 persen.

Pengobatan ini sangat efektif karena secara spesifik menghentikan salah satu siklus hidup virus sehingga menghambat HCV bereplikasi. 

Walaupun demikian, antivirus yang digunakan harus disesuaikan dengan genotip virus HCV yang menginfeksi. Dosis juga harus mengikuti jumlah virus yang terdapat di dalam hati seberapa parah tingkat kerusakan hati yang disebabkannya. 

Antivirus juga biasanya perlu dikonsumsi selama satu hari selama 8 – 12 minggu. Sayangnya, harga antivirus untuk pengobatan hepatitis masih terhitung mahal.

Transplantasi hati

Jika terjadi komplikasi yang menyebabkan kerusakan hati sehingga gagal berfungsi, perawatan melalui obat-obatan sudah tidak lagi efektif.

Transplantasi hati menjadi satu-satunya solusi untuk mengembalikan fungsi hati. Transplantasi hati dilakukan dengan mengganti hati Anda yang rusak dengan hati sehat yang didonorkan.

Pada banyak kasus, transplantasi hati tidak benar-benar menyembuhkan hepatitis C. Infeksi HCV bisa berlangsung kembali setelah transplantasi dilakukan. Untuk mengatasinya, pengobatan perlu disertai dengan obat antivirus. 

Apakah hepatitis C dapat disembuhkan?

Peluang kesembuhan dari penyakit ini sebenarnya bergantung dengan seberapa parah tingkat infeksinya.

Pada orang yang terinfeksi HCV akut masih terdapat kemungkinan untuk bisa sembuh dengan sendirinya ataupun melalui pengobatan.

Sejauh ini belum ada obat khusus untuk membasmi HCV kronis. Namun, pengobatan sesuai dengan anjuran dokter memiliki peluang sembuh yang cukup tinggi.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah hepatitis C?

Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis C. Namun, bukan berarti tidak ada hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan.

Anda bisa mencegah hepatitis dengan menghindari faktor risiko dan menjalani gaya hidup sehat. Bila Anda masih terinfeksi, penularan HCV juga bisa dicegah dengan cara-cara sebagai berikut.

  • Tutup luka yang terbuka dengan plaster atau perban.
  • Bersihkan tisu, pembalut, dan kain yang terkena darah Anda sebelum dibuang.
  • Selalu bersihkan barang yang terpapar darah dengan cairan antiseptik.
  • Hindari menggunakan alat yang memungkinkan terpapar darah dengan orang lain.
  • Tidak menyusui jika terdapat luka terbuka pada puting payudara.
  • Tidak mendonorkan darah.

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 14/01/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan