backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Obat GERD Apotek Paling Ampuh dan Prosedur Medis untuk Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 28/10/2021

    Obat GERD Apotek Paling Ampuh dan Prosedur Medis untuk Mengatasinya

    Setiap orang yang mengalami GERD (gastroesophageal reflux disease) biasanya akan mengeluhkan gejala berupa nyeri ulu hati yang disebut heartburn. Gejala GERD dapat bertambah parah bila penderita tidak mengonsumsi obat atau menghindari pemicunya.

    Kalau sudah begini, apa saja pilihan obat GERD di apotek yang dapat diminum untuk mengatasi gejala?

    Pilihan obat medis untuk mengatasi penyakit GERD

    pasien demensia tidak lupa minum obat

    GERD adalah kondisi yang ditandai dengan naiknya asam lambung ke kerongkongan. Penyebabnya beragam, mulai dari kebiasaan merokok, konsumsi obat NSAID jangka panjang, atau masalah kesehatan yang berdampak pada produksi asam lambung.

    Begitu gejala GERD muncul, konsumsi obat-obatan biasanya menjadi pilihan pertama untuk membantu meredakan keluhan. Bila tidak diobati, gejala bukan hanya mengganggu aktivitas, tapi juga bisa bertambah parah dan menyebabkan komplikasi GERD.

    Sebelum meminum obat, ketahui dahulu dua kelompok obat untuk penyakit GERD, yakni meliputi obat-obatan resep dan tanpa resep.

    1. Obat GERD yang dijual bebas (OTC)

    Obat yang dijual bebas, atau disebut juga obat over the counter (OTC), adalah jenis obat yang bisa didapatkan tanpa resep. Dengan kata lain, Anda tidak memerlukan rekomendasi dari dokter untuk bisa memperoleh obat tersebut.

    Itulah mengapa obat GERD OTC bisa dengan mudah Anda dapatkan di apotek atau bahkan warung. Berikut beberapa contoh obat yang dijual bebas untuk mengatasi GERD.

    Antasida

    Antasida merupakan jenis obat yang bekerja dengan menetralisasi asam lambung sekaligus meringankan gejala heartburn ringan. Obat ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi GERD, tapi juga masalah peradangan seperti gastritis.

    Ada banyak jenis obat antasida yang tersedia. Banyak di antaranya dijual dengan merek tertentu, tapi ada pula obat yang hanya mencantumkan bahan utamanya, seperti:

    • aluminium hidroksida,
    • kalsium karbonat,
    • magnesium karbonat,
    • magnesium trisilikat,
    • magnesium hidroksida, dan
    • natrium bikarbonat.

    Beberapa jenis antasida juga mengandung obat lain, seperti alginate untuk melindungi lapisan lambung atau simethicone untuk mengurangi gejala buang angin. Namun, obat ini tidak bisa menyembuhkan peradangan pada kerongkongan akibat asam lambung.

    Penting untuk memerhatikan dosis minum obat GERD, sebab konsumsi dalam jangka panjang bisa berisiko menimbulkan efek samping. Kemungkinan efek samping dari obat GERD ini meliputi konstipasi (sembelit), diare, serta gangguan pada ginjal.

    H-2 receptor blockers

    Obat GERD golongan H-2 receptor blockers berfungsi untuk mengurangi produksi asam serta meredakan gejala. Contoh obat-obatan ini adalah cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine.

    Dibandingkan dengan obat antasida, kerja obat H-2 receptor blockers memang tidak terlalu cepat. Meski begitu, obat H-2 receptor blockers dapat membantu memulihkan gejala dalam waktu yang lebih lama, kira-kira sekitar 12 jam.

    Jika Anda merasakan gejala GERD setelah makan, dokter biasanya menyarankan konsumsi antasida dan H-2 receptor blockers bersamaan. Obat antasida berfungsi untuk menetralisasi asam lambung, sedangkan H-2 receptor blockers mengurangi produksinya.

    Proton pump inhibitors (PPI)

    Obat proton pump inhibitors (PPI) bekerja dengan menghambat produksi asam yang jauh lebih kuat ketimbang obat H-2 receptor blockers. Selain itu, PPI juga membantu mengobati kerongkongan yang bermasalah akibat paparan asam lambung.

    2. Obat GERD dengan resep dokter

    obat untuk asam lambung

    Apabila konsumsi obat GERD yang dijual bebas tidak cukup ampuh untuk meredakan gejala GERD, dokter dapat meresepkan obat dengan dosis yang lebih kuat di apotek. Berikut beberapa jenis obat yang paling umum.

    Obat H-2 receptor blockers dengan resep

    Cara kerja obat H-2 receptor blockers dengan resep ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan obat sejenis yang dibeli secara bebas. Hanya saja, dosis yang terkandung di dalam obat H-2 receptor blockers dengan resep jauh lebih tinggi.

    Contoh obat ini adalah famotidine, nizatidine, dan ranitidine. Ada aturan jangka waktu tertentu untuk mengonsumsi H-2 receptor blockers. Jika digunakan dalam waktu yang lama, obat ini bisa meningkatkan risiko patah tulang dan kekurangan vitamin B12.

    Proton pump inhibitors (PPI) dengan resep

    Obat PPI dengan resep biasanya diberikan dokter untuk membantu mengatasi GERD dalam jangka panjang. Ada berbagai macam obat PPI yang diperoleh melalui resep, seperti:

    PPI merupakan salah satu obat yang paling ampuh mengatasi gejala penyakit GERD. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada efek samping dari penggunaan obat ini dalam jangka panjang.

    Efek samping tersebut antara lain diare, sakit kepala, mual, kekurangan vitamin B12, hingga meningkatnya risiko patah tulang pinggul, pergelangan, dan tulang belakang. Aturan terbaik untuk minum obat ini yakni saat perut sedang dalam keadaan kosong.

    Obat penguat katup (sfingter) kardia

    Sfingter kardia adalah otot-otot berbentuk cincin yang membatasi kerongkongan dan lambung. Jenis obat yang bekerja dengan memperkuat sfingter kardia adalah baclofen. Obat GERD ini menjalankan tugasnya dengan mencegah otot-otot sfingter mengendur.

    Dengan begitu, kerongkongan tidak akan dengan mudah terbuka secara tiba-tiba dan membuat asam lambung naik. Kendati efektif, Anda perlu mengikuti dosisnya dengan baik karena obat ini bisa menyebabkan efek samping berupa mual dan kelelahan.

    Obat prokinetik

    Dokter terkadang juga meresepkan obat prokinetik untuk membantu mempercepat pengosongan perut sekaligus memperkuat otot kerongkongan bagian bawah. Obat prokinetik yang didapatkan melalui resep adalah bethanechol dan metoclopramide.

    Kedua obat tersebut memiliki efek samping seperti mual, diare, kecemasan, serta gerakan fisik yang abnormal. Guna mencegah efek samping, konsumsi obat sesuai anjuran dokter dan jangan mencampur obat ini dengan obat-obatan lainnya.

    Antibiotik

    Dokter akan meresepkan obat antibiotik bila GERD disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori. Obat ini akan dikombinasikan dengan PPI dan perlu diminum selama jangka waktu tertentu. Tujuannya untuk memastikan bakteri mati dan memulihkan fungsi lambung.

    Pengobatan medis lain untuk mengatasi penyakit GERD

    darah menggumpal setelah operasi

    Jika penyakit GERD sudah cukup parah, dokter biasanya akan merekomendasikan jalan tempuh lain berupa operasi atau pembedahan. Apalagi jika gejala GERD tidak mempan diobati dengan obat yang ada di apotek maupun perawatan rumahan.

    Dilansir dari The American College of Gastroenterology, berikut prosedur medis yang umum dilakukan untuk mengobati GERD.

    1. Fundoplikasi

    Fundoplikasi merupakan prosedur bedah yang paling umum untuk mengobati penyakit GERD. Tindakan ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot penyusun sfingter kardia sehingga mampu mencegah kenaikan asam lambung seperti sedia kala.

    Dokter bedah akan menjahit bagian atas lambung (fundus) mengelilingi bagian bawah kerongkongan. Jadi, bagian bawah kerongkongan akan berada dalam terowongan kecil di antara otot-otot lambung. Otot-otot inilah yang nantinya memperkuat sfingter kardia.

    2. LINX

    Prosedur LINX juga membantu menguatkan otot pada sfingter kardia. Caranya dengan melilitkan cincin pada perbatasan antara perut dan kerongkongan. Lalu, akan muncul daya tarik magnetis yang memperkuat sfingter kardia sehingga asam lambung tidak naik.

    Ketika gejala GERD muncul, langkah pertama yang bisa membantu meredakannya adalah konsumsi obat. Apabila obat-obatan bebas tidak juga memberikan hasil, Anda dapat berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan obat-obatan resep.

    Konsultasi lebih lanjut juga membantu dokter menentukan apakah Anda memerlukan perawatan tambahan. Pada beberapa kasus, GERD mungkin telah memasuki tahap yang lebih berat sehingga pengobatannya pun lebih rumit.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 28/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan