backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Dampak Iritasi pada Miss V hingga Pengobatannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 05/05/2023

Dampak Iritasi pada Miss V hingga Pengobatannya

Menjaga dan merawat kesehatan kulit itu penting. Sayangnya, banyak wanita yang cenderung lebih fokus merawat kulit wajah, tangan, dan kaki saja. Padahal, semua kulit yang ada pada tubuh juga perlu mendapatkan perawatan, termasuk kulit di sekitar vagina. Akibatnya, banyak wanita yang mengalami iritasi pada miss v.

Jika tidak segera ditangani, apa efeknya bagi kesehatan? Lalu, bagaimana cara mencegah iritasi pada area kewanitaan ini? Yuk, cari tahu jawabannya pada ulasan berikut!

Apa itu iritasi pada miss v?

benjolan di vagina

Iritasi pada miss v adalah kondisi peradangan yang ditandai dengan keputihan, gatal, dan rasa nyeri di area alat kelamin wanita.

Kulit di sekitar alat kelamin sangat rentan sehingga mudah mengalami gangguan, termasuk iritasi.

Iritasi pada miss v cukup sering dialami oleh para wanita di semua golongan usia. Setiap wanita diketahui pasti pernah mengalami kondisi ini setidaknya satu kali seumur hidup.

Peradangan tersebut dapat terjadi baik di bagian dalam kelamin (vagina) atau bagian luar kelamin (vulva). Namun, terkadang peradangan juga bisa menyerang seluruh bagian alat kelamin wanita.

Apa penyebab iritasi pada miss v?

Tahukah Anda bahwa vagina sangat sensitif? Ya, ketebalan kulit pelindung yang dikenal dengan stratum corneum atau horny cell jauh lebih tipis dibanding area lainnya.

Hal ini menjadi salah satu penyebab miss v mudah mengalami iritasi. Tak hanya itu, penyebab iritasi pada organ kewanitaan juga bisa karena kondisi berikut.

  • Area kulit sekitar kemaluan cenderung lebih sering lembap dibandingkan dengan bagian kulit lainnya. Ini membuat vagina rentan mengalami gesekan serta pertumbuhan jamur.
  • Menggunakan berbagai produk yang mengenai kulit vagina, seperti pembalut, produk pembersih, tekstur kain celana, dan alat kontrasepsi (seperti, kondom).
  • Memakai pembalut yang berbahan tidak lembut, tidak menyerap darah dengan baik, dan tidak memungkinkan sirkulasi udara (unbreathable).

Iritasi pada miss v bisa terjadi kapan saja, tetapi lebih sering dialami oleh wanita menjelang dan selama menstruasi.

Berbagai penyebab tersebut dapat membuat vagina gatal, kemerahan, dan menimbulkan bercak ruam. Kondisi ini bisa membuat Anda tidak nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Dampak iritasi pada miss v

penyebab vagina hitam

Gejala iritasi pada miss v yang paling awal adalah munculnya kemerahan yang kadang disertai rasa gatal.

Sayangnya, banyak wanita yang tidak mengetahui tanda-tanda ini dan membiarkan kondisi ini begitu saja.

Kebanyakan menganggap kondisi akan baik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya baru menyadari vagina menjadi iritasi setelah bengkak dan ruam bermunculan.

Tanpa perawatan dan pencegahan, gejala iritasi pada vagina bisa semakin parah dan menyebabkan vaginitis.

Kombinasi antara kelembapan vagina, kondisi iritasi yang sudah ada, serta tidak terjadinya sirkulasi di kulit area kelamin bisa menjadi sarang bagi penyebab iritasi untuk berkembang biak.

Berikut beberapa kemungkinan penyakit yang berisiko terjadi jika iritasi pada miss v tidak diobati.

1. Bacterial vaginosis

Sebenarnya, bakteri tidak selalu jahat, ada juga bakteri baik yang ikut menjaga kesehatan tubuh, seperti bakteri baik pada sistem pencernaan dan vagina.

Namun, bakteri baik dan bakteri jahat akan terus bersaing. Jika lebih banyak jumlahnya, maka bakteri tersebutlah yang akan menang.

Bakteri baik pada vagina bisa kalah bersaing dengan bakteri jahat akibat kondisi vagina yang terlalu lembap.

Akibatnya, bakteri jahat bisa berkembang biak secara aktif yang menyebabkan infeksi bakteri atau disebut juga bakterial vaginosis.

Penyakit ini menyebabkan lendir lebih banyak dan berbau tidak sedap serta menimbulkan sensasi nyeri dan terbakar saat buang air atau berhubungan seks. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa memengarungi kesuburan.

2. Infeksi pada saluran kemih dan vagina

Penyakit infeksi saluran kemih (ISK) bisa disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis maupun E. colli.

Bakteri jahat, terutama bakteri E. colli yang menumpuk pada vagina, bisa menyebar ke kandung kemih dan menyebabkan peradangan.

Selain bakteri, virus juga bisa menyebabkan infeksi pada vagina, seperti herpes vaginitis (HSV) dan human papillomavirus (HPV).

Sementara itu, jika parasit masuk ke dalam vagina, trikomonas atau “trich” dapat terjadi. Infeksi ini disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut Trichomonas vaginalis. 

Parasit dapat menimbulkan infeksi pada vulva, vagina, leher rahim (serviks), dan bukaan saluran kemih (uretra).

Jika Anda mengalami gejala yang tak biasa pada vagina, segera lakukan pemeriksaan ke dokter sebelum kondisi bertambah parah.

3. Infeksi jamur

Infeksi jamur pada vagina atau candidiasis disebabkan oleh jamur Candida. Jenis jamur ini sebenarnya normal hidup di permukaan kulit dan di dalam tubuh, seperti mulut, tenggorokan, usus, dan vagina.

Namun, Candida bisa menyebabkan infeksi jika terjadi perubahan kondisi di dalam vagina. Misalnya, akibat perubahan hormon, penggunaan obat-obatan, atau perubahan sistem imun.

Infeksi ini umumnya cukup ringan. Akan tetapi, pada beberapa wanita dapat timbul gejala yang cukup parah, seperti kemerahan, bengkak, dan kulit pecah-pecah di dinding vagina.

4. Vaginitis atrofi

Saat kadar hormon estrogen menurun, vaginitis atrofi dapat terjadi. Vaginitis atrofi merupakan salah satu dampak dari iritasi pada kulit kelamin.

Kondisi ini umumnya dialami oleh wanita setelah memasuki masa menopause. Namun, terkadang gejala juga bisa muncul pada beberapa wanita mejelang menopause.

Gejala vaginitis atrofi dapat meliputi nyeri (terutama saat berhubungan seksual), gatal dan sensasi terbakar pada vagina, serta sulit menahan buang air kecil.

Cara mengatasi iritasi pada miss v

bakteri vagina cegah hiv

Untuk membantu meredakan gejala sekaligus mengatasi iritasi pada miss v, ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan, yang meliputi berikut ini.

1. Kompres dingin

Jika timbul gejala nyeri di selangkangan, Anda bisa menggunakan kompres dingin atau es batu yang sudah dilapisi kain untuk ditempelkan pada kulit.

Dilansir dari Health Direct, kompres dapat dilakukan setiap 2—3 jam sekali, tetapi jangan ditempelkan lebih dari 20 menit.

2. Membasuh vagina

Basuh atau cebok vagina cukup dengan menggunakan air atau air garam. Namun, hindari membasuh bagian dalam vagina.

Jangan menggunakan pembersih tambahan, seperti sabun, gel mandi, atau deodoran di sekitar vagina. Hal ini bisa memperparah iritasi.

Anda bisa membasuh vagina dengan air hangat 2 kali sehari. Jangan lupa untuk keringkan vagina secara perlahan setelahnya.

3. Menggunakan pakaian dalam yang tepat

Ganti pakaian dalam secara rutin setiap hari. Anda disarankan untuk pakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan terbuat dari katun.

Hindari pakaian yang ketat, seperti g-string, celana ketat, dan celana jeans ketat.

Setelah digunakan, selalu cuci pakaian dalam dengan sabun tanpa pengharum dan bilas dengan baik.

4. Menggunakan krim atau salep

Ada beberapa jenis krim dan salep yang dapat diresepkan oleh dokter untuk mengatasi iritasi pada miss v. Dokter umumnya akan menyesuaikan obat dengan gejala yang Anda alami.

Jangan sembarangan menggunakan krim atau salep tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Tips mencegah iritasi pada miss v

Anda tentu tidak ingin terkena iritasi pada miss v dan berisiko mengalami penyakit lainnya pada vagina. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Untuk itu, simak tips merawat dan menjaga kebersihan dan kesehatan vagina berikut ini.

1. Bijak memilih pembalut

Kelembapan yang tinggi terjadi saat menstruasi. Artinya, Anda harus memilih pembalut yang tidak membuat area vagina bertambah lembab.

Carilah pembalut berbahan lembut dan cepat menyerap. Terpenting, pembalut harus memiliki pori-pori yang memungkinkan adanya sirkulasi udara sehingga area vagina akan tetap kering.

2. Tidak menggunakan produk pembersih berbahaya

Hindari menggunakan produk pembersih vagina yang bisa merusak keseimbangan asam vagina.

Sebaiknya, basuh vagina dengan lembut dengan air bersih dan mengalir setiap kali buang air. Kemudian, usap dengan tisu supaya vagina tetap kering.

3. Hindari celana yang ketat dan berbahan kasar

Pilih celana yang berbahan katun yang lembut dan dapat menyerap keringat dengan baik. Jenis celana dalam ini dapat membantu miss v agar bisa bernapas dan mencegahnya lembap.

Kapan harus ke dokter?

Pemeriksaan ke dokter sebaiknya segera dilakukan jika Anda mengalami gejala berikut ini.
  • Vagina berbau tidak sedap, keputihan, atau gatal.
  • Belum pernah mengalami infeksi vagina sebelumnya.
  • Pernah mengalami infeksi vagina.
  • Melakukan hubungan seksual dengan beberapa orang.
  • Gejala tidak kunjung membaik meski sudah dilakukan pengobatan.
  • Terjadi demam, menggigil, atau nyeri panggul.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 05/05/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan