backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

7

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kortikosteroid

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/02/2023

Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah kelompok obat dengan senyawa kimia yang mempunyai struktur mirip hormon steroid di tubuh manusia. Senyawa ini memiliki efek anti-inflamasi atau mengurangi peradangan.

Golongan obat: anti-inflamasi.

Apa itu kortikosteroid?

Kortikosteroid adalah sekelompok obat yang berfungsi menekan peradangan dan reaksi kekebalan tubuh yang berlebih.

Obat-obatan dalam golongan kortikosteroid juga biasa disebut steroid. 

Kelompok obat kortikosteroid bekerja dengan cara mengurangi zat pemicu peradangan. Selain itu, obat-obatan ini menjaga tubuh agar kerusakan jaringan tidak semakin parah.

Obat golongan kortikosteroid juga mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh berlebih dengan cara memengaruhi cara kerja sel darah putih.

Steroid juga diberikan pada pasien transplantasi organ untuk mencegah penolakan organ akibat reaksi imun berlebih.

Ringkasan

Kortikosteroid adalah hormon kortisol buatan untuk mengurangi radang dan reaksi imun berlebih.

Jenis kortikosteroid

obat kortikosteroid

Berikut beberapa macam obat steroid.

1. Dexamethasone

Obat ini tersedia dalam bentuk obat tetes mata, kaplet, injeksi salep mata, dan sirup. Konsentrasi deksametason mulai dari 0,5 mg, 1 mg, 0,75 mg, dan 5 mg.

Merek dagang yang bisa ditemukan, yaitu Nolvadex dan Cendo Xitrol.

Jenis kortikosteroid ini juga kerap digabung dengan antibiotik untuk tetes mata dan antihistamin untuk mengurangi gejala alergi.

Beberapa jenis merek dagang dexamethasone yaitu Alletrol, Trodex, Pycameth, Megasonum, Etadexta, Licodexon, Medithasone, Flacoid, dan Ramadexon.

Klik artikel berikut untuk mengetahui dosis dexamethasone.

2. Prednisone

Di Indonesia, prednisone tersedia dalam bentuk tablet dan kaplet minum dengan konsentrasi sebesar 5 mg dan 5.000 mg.

Beberapa merek dagang yang bisa dijumpai yaitu Metason, Lexacort, Trifacort, Inflason, Eltazon, Pehacort, dan Flites.

Dosis dan cara pakai obat bisa lihat di artikel prednison.

3. Methylprednisolone

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan serbuk injeksi dengan konsentrasi sebesar 4 mg, 8 mg, 16 mg, 125 mg, dan 500 mg. 

Beberapa merek dagang yang bisa dijumpai,yaitu Mesol, Meproson, Medixon, Novestrol, Prolon, Yalone, Medrol, Gamesolone, dan Cormetison.

Dosis kortikosteroid ini bisa dilihat di artikel metilprednisolon.

4. Hydrocortisone

Di Indonesia, hidrokortison tersedia dalam bentuk salep mata, krim, tetes mata, tablet, serbuk injeksi, salep kulit, losion kulit kepala, dan cairan obat luar. 

Jenis kortikosteroid ini biasanya dikombinasikan dengan obat antijamur dan antibiotik. Konsentrasi obat yang tersedia mulai dari 1 mg, 2,5 mg, 10 mg, 20 mg,  25 mg, 30 mg, dan 100 mg.

Anda bisa melihat dosisnya di artikel hidrokortison.

5. Betamethasone

Berdasarkan data BPOM, betametason tersedia dalam bentuk tablet, krim, sirup, tetes mata, salep. 

Konsentrasi obat terdiri dari 0,1 mg, 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg, 2 mg, dan 5 mg.

Kortikosteroid ini juga sering dikombinasikan dengan antibiotik atau antihistamin untuk mengatasi gatal-gatal dan infeksi jamur. 

6. Triamcinolone

Obat ini tersedia dalam bentuk losion, salep, krim, pasta oral, cairan injeksi, tablet, semprot hidung, dan suspensi injeksi. Kandungan triamcinolone sebesar 0,055 mg, 1 mg, 4 mg, 10 mg, dan 40 mg.

Merek dagang yang bisa Anda jumpai di antaranya Sinocort, Flamicort, Dermacure, Triamcort, Kenalog, Gencinolon, Econazine, dan Kenacort.

Dosis obat bisa Anda lihat pada artikel triamsinolon.

7. Budesonide

Budesonide di Indonesia berbentuk kapsul, tablet lepas lambat, serbuk inhaler, suspensi inhalasi, dan cairan inhalasi. Obat ini biasanya digunakan untuk penyakit Crohn dan asma.

Obat ini tersedia dalam konsentrasi sebesar 0,25 mg, 0,5 mg,  1 mg, 3 mg, 9 mg, 80 mcg, 160 mcg, dan 200 mcg.

Beberapa merek dagang yang bisa Anda jumpai, yaitu Symbicort, Pulmicort, Actacort, Budenofalk, Sonide, dan lain-lain.

Bila ingin mengetahui dosis obat kortikosteroid ini, kunjungi artikel budesonide berikut.

8. Mometasone

Sediaan mometasone terdiri dari krim, salep, salep lemak, gel, dan serbuk inhaler dengan konsentrasi sebesar 1 mg, 80 mcg, 160 mcg, dan 320 mcg. 

Obat ini biasa digunakan untuk mengatasi gatal, rinitis alergi, dan asma. 

Beberapa merek dagang mometasone, di antaranya Tol, Elofa, Ufimeson, Iflacort, Atectura Breezhaler, Mesonta, Inameta, Elocon, dan lain-lain. 

Baca artikel mometasone berikut untuk mengetahui dosisnya.

9. Prednisolone

Obat kortikosteroid ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, injeksi, suspensi oral.

Prednisolone digunakan untuk berbagai jenis penyakit akibat radang dan autoimun yang lebih luas, tidak khusus ke penyakit tertentu.

Merek dagang prednisolone di antaranya Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, dan Polypred. Klik artikel prednisolone untuk mengetahui dosis lebih lanjut.

Efek samping kortikosteroid

Efek samping bergantung pada jenis obat dan lamanya pengobatan.

Penggunaan steroid berlebihan tanpa pengawasan dokter bisa memperparah efek samping.

1. Efek samping kortikosteroid minum

Beberapa efek samping umum penggunaan obat kortikosteroid minum, di antaranya:

  • nafsu makan meningkat,
  • berat badan naik,
  • perubahan mood,
  • otot lemah,
  • pandangan buram,
  • tubuh mudah memar,
  • rentan terkena infeksi,
  • wajah membengkak,
  • osteoporosis,
  • perburukan diabetes,
  • perburukan tekanan darah tinggi,
  • iritasi lambung,
  • gugup,
  • gelisah,
  • sulit tidur,
  • katarak,
  • glaukoma, dan
  • tubuh membengkak akibat penumpukan air.

2. Efek samping kortikosteroid inhaler

Efek samping steroid inhaler, di antaranya:

  • mimisan,
  • sulit berbicara,
  • sakit tenggorokan,
  • suara serak atau parau,
  • batuk, dan
  • sariawan.

Ada pula beberapa studi yang menemukan kortikosteroid inhaler yang digunakan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bisa meningkatkan risiko pneumonia.

3. Efek samping kortikosteroid oles

Berikut efek samping efek samping kortikosteroid oles.

  • Peradangan folikel rambut (folikulitis).
  • Kulit menipis.
  • Stretch marks.
  • Dermatitis kontak.
  • Rosacea.
  • Perubahan warna kulit.
  • Rambut pada tubuh semakin lebat.
  • Jerawat.

4. Efek samping kortikosteroid injeksi

Inilah efek samping steroid suntik.

  • Nyeri tak tertahankan.
  • Lebam atau penumpukan darah di bawah kulit.
  • Wajah memerah dalam beberapa jam.
  • Infeksi dan menyebabkan kulit kemerahan, nyeri, dan bengkak.
  • Lemak pada bagian suntikan hilang.
  • Kulit semakin pucat di bagian suntikan.

Peringatan dan perhatian saat pakai kortikosteroid

perhatian kortikosteroid

Jangan pakai obat kortikosteroid bila Anda memiliki kondisi berikut.

  • Infeksi yang menyebar luas.
  • Masalah pembekuan darah, seperti hemofilia.

Sebelum menggunakan obat steroid, beri tahu dokter bila Anda memiliki kondisi berikut.

  • Penyakit liver.
  • Penyakit mental.
  • Luka.
  • Penyakit jantung.
  • Baru saja serangan jantung.
  • Hipertensi.
  • Diabetes.
  • Epilepsi.
  • Glaukoma.
  • Hipotiroidisme.
  • Osteoporosis.
  • Obesitas.
  • Psikosis.
  • Tukak lambung.
  • TBC paru.

Apakah kortikosteroid aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Kortikosteroid umumnya aman digunakan saat hamil. Namun, tidak direkomendasikan, kecuali manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

Jenis steroid tablet mungkin direkomendasikan bila Anda hamil dan memiliki asma berat. Hal ini disebabkan asma tak terkendali lebih berbahaya bagi janin daripada menggunakan steroid tablet.

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan pemakaian steroid inhaler saat hamil meningkatkan risiko cacat lahir. Anda bisa menggunakannya seperti biasa saat hamil.

Bila menyusui, obat jenis prednisolon tablet lebih dianjurkan. Suntikan, inhaler, dan obat semprot tidak berisiko bagi bayi yang disusui.

Interaksi kortikosteroid dengan obat lain

Kortikosteroid memengaruhi cara kerja obat lain, begitu juga sebaliknya ketika digunakan bersamaan.

Interaksi obat mungkin lebih jarang terjadi pada steroid injeksi atau semprot. Namun, bukan tidak mungkin muncul interaksi bila menggunakan dosis tinggi dan dalam waktu yang lama.

Jenis obat-obatan yang berinteraksi dengan kortikosteroid, yaitu:

  • antikoagulan,
  • antikejang pada epilepsi,
  • obat diabetes,
  • obat HIV,
  • vaksin hidup, seperti vaksin MMR dan BCG, dan
  • obat antiradang nonsteroid, seperti ibuprofen.

Kortikosteroid adalah obat untuk penyakit autoimun, alergi, hingga peradangan. Obat ini hanya bisa didapat dengan resep dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/02/2023

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan