backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Daftar Obat-obatan yang Bisa Menyelamatkan Anda dari Gejala PMS

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 04/11/2020

    Daftar Obat-obatan yang Bisa Menyelamatkan Anda dari Gejala PMS

    Hampir semua wanita pernah menghadapi PMS atau premenstrual syndrome. Kondisi ini ditandai dengan mood yang mudah berubah, kram perut, payudara agak bengkak, sampai tubuh lemas. Sayangnya, tidak ada satu obat khusus yang mampu bekerja untuk mengatasi beragam gejala PMS pada semua wanita.

    Pilihan pengobatan Anda akan didasarkan pada gejala Anda dan seberapa parahnya efek samping obat tersebut. Jika Anda diberi resep pengobatan untuk PMS, Anda mungkin diminta untuk mencatat perubahan pada gejala Anda sehingga Anda tahu seberapa efektifnya bagi Anda. Jika perawatannya tidak meringankan gejala Anda, Anda mungkin diberi resep alternatif. Resep obat yang diberikan ini bisa Anda gunakan untuk meredakan gejala PMS. Berikut obat untuk PMS yang perlu Anda ketahui.

    Apa saja obat untuk PMS?

    1. Obat pereda nyeri

    Obat pereda nyeri, termasuk paracetamol dan obat antiradang non-steroid seperti ibuprofen dan aspirin, dapat dibeli bebas. Obat-obat ini bisa mengurangi beberapa gejala PMS yang menyakitkan seperti kram perut, sakit kepala, serta nyeri otot dan sendi.

    Untuk penggunaan yang benar mengenai obat ini, tanyakan pada dokter tentang dosis dan aturan pakainya serta baca informasi yang tertera pada kemasan obat. Anak-anak di bawah usia 16 tahun sebaiknya tidak minum aspirin dan orang yang memiliki asma tidak boleh minum ibuprofen.

    2. Pil KB

    Pil kontrasepsi atau KB juga bisa membantu meredakan nyeri haid yang dirasakan. Obat ini berfungsi menipiskan lapisan rahim dan juga mengurangi jumlah senyawa prostaglandin yang dilepaskan tubuh. Ketika lapisan rahim menipis, otot tidak perlu berkontraksi lebih banyak pada masa menstruasi, akibatnya nyeri haid akan lebih ringan.

    Pil kontrasepsi juga dapat membantu meringankan gejala PMS pada beberapa wanita dengan mencegah ovulasi. Namun, tidak semua wanita cocok menggunakan pil kontrasepsi sebagai obat untuk PMS. Bahkan, bagi mereka dapat memiliki efek samping yang mirip dengan gejala PMS, seperti nyeri payudara atau mood yang mudah berubah.

    3. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

    Serotonin adalah neurotransmiter yang terkait dengan perasaan sehat dan bahagia. Pada orang yang mengalami depresi, produksi serotoninnya rendah. SSRI mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif jika Anda memiliki PMS atau PMDD yang parah.

    Obat SSRI seperti citalopram, fluoxetine, dan sertraline adalah antidepresan yang dapat dikonsumsi setiap hari untuk menghilangkan rasa lelah, ngidam makanan, gangguan tidur, dan depresi berat. SSRI bekerja dengan memblokir serotonin agar tidak diserap kembali oleh sel saraf. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi serotonin, yang dapat memperbaiki mood.

    Namun, SSRI juga mungkin memiliki efek samping negatif yang bisa lebih besar daripada manfaatnya. Misalnya mual, insomnia, sakit kepala, dan kehilangan gairah seks. Selalu konsultasikan penggunaan obat untuk PMS ini dengan dokter Anda terlebih dulu. 

    5. Analog gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)

    Analog gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) adalah hormon sintetis yang menciptakan “menopause sementara’ dan menghentikan menstruasi dengan menghalangi produksi estrogen dan progesteron. Hormon ini diberikan melalui suntikan. Analog GnRH hanya boleh diberikan pada wanita dengan PMS berat saat semua pengobatan lain gagal.

    Analog GnRH sering memiliki efek samping seperti hot flashes, vagina kering, berkurangnya gairah seks, dan osteoporosis.

    Analog GnRH hanya bisa dikonsumsi sampai enam bulan. Jika dikonsumsi lebih dari enam bulan, Anda disarankan untuk menggunakan terapi hormon (hormone replacement therapy atau HRT) untuk mengurangi komplikasi menopause seperti osteoporosis.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 04/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan