backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Gejala Ketergantungan Obat dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/10/2023

Mengenal Gejala Ketergantungan Obat dan Cara Mengatasinya

Ketergantungan obat tidak hanya dialami oleh pengguna narkoba. Konsumsi obat resep dokter dan obat warung tanpa aturan yang tepat juga bisa menyebabkan kondisi ini. Lalu, apa yang harus dilakukan bila sudah ketergantungan obat? Simak dalam ulasan berikut ini.

Apa itu ketergantungan obat?

Ketergantungan obat adalah proses konsumsi obat secara berulang yang melebihi aturan pakai pada label kemasan atau tidak sesuai anjuran dokter.

Hal ini dilakukan tanpa memikirkan efek samping yang dapat ditimbulkan. Di sisi lain, kebiasaan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, maupun keduanya.

Ketergantungan timbul saat tubuh Anda telah menyesuaikan diri dengan hadirnya obat tersebut. Hal inilah yang membuat tubuh menjadi kebal terhadap efek obat.

Akibatnya, Anda akan mulai meningkatkan dosis obat ini untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

Saat Anda memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat, tubuh umumnya akan menunjukkan penarikan atau gejala putus obat (withdrawal syndrome).

Respons ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan obat atau zat kimia yang telah terbiasa masuk ke dalam tubuh Anda.

Tanda dan gejala ketergantungan obat

minum obat

Gejala akan muncul begitu tubuh Anda mulai “menyadari” bahwa Anda telah mengonsumsi obat dalam jumlah yang berlebihan.

Beberapa gejala ketergantungan obat yang umum terjadi dan perlu diperhatikan meliputi:

  • sakit perut, mual, dan muntah,
  • hilang kesadaran atau pingsan,
  • masalah pada pernapasan dan tekanan darah,
  • sesak dan nyeri pada dada,
  • pembesaran pupil mata,
  • tubuh gemetar (tremor),
  • kejang,
  • halusinasi,
  • diare, dan
  • kulit dingin dan berkeringat berlebihan.

Apabila Anda atau orang terdekat Anda mengalami ciri-ciri ketergantungan obat, sebaiknya segeralah cari bantuan medis ke rumah sakit terdekat.

Beri tahu tenaga medis mengenai informasi yang sekiranya dibutuhkan, misalnya riwayat kesehatan, jenis dan dosis obat yang digunakan, serta berapa lama obat ini telah digunakan.

Perbedaan kecanduan dan ketergantungan obat

Dikutip dari laman National Institute on Drug Abuse, kecanduan obat adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa lagi mengendalikan dorongan untuk menggunakan suatu obat.

Pecandu tidak punya kuasa untuk menghentikan kebiasaan ini, bahkan saat penggunaan obat sudah mengganggu kewajibannya dalam bekerja, berkeluarga, dan bersosialisasi.

Kecanduan berbeda dengan ketergantungan. Saat mengalami ketergantungan obat, Anda dapat mencoba berhenti minum obat kapan saja sesuai dengan kondisi yang terjadi.

Sebaliknya, kecanduan membuat Anda benar-benar kehilangan kontrol sehingga tidak mampu lagi menghentikan perilaku tersebut, terlepas dari seberapa keras usaha yang dilakukan.

Pecandu hanya mementingkan dorongan untuk mengonsumsi obat, bahkan mungkin sampai menggunakan cara yang melanggar hukum demi mendapatkannya.

Itulah sebabnya, kecanduan tidak hanya menyebabkan gangguan fisik, tetapi juga perubahan perilaku, kebiasaan, hingga fungsi otak secara permanen.

Tahukah Anda?

Dalam pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), ketergantungan (dependence) dan kecanduan (addiction) digantikan dengan istilah substance use disorder (SUD). Kondisi ini merujuk pada gangguan fisik atau mental yang timbul akibat penyalahgunaan zat apa pun, termasuk narkoba, obat-obatan, rokok, dan alkohol.

Cara mengatasi ketergantungan obat

rehabilitasi ketergantungan

Dokter akan menentukan penanganan berdasarkan jenis obat, dosis, dan berapa lama Anda telah mengonsumsi obat tersebut. Berikut adalah upaya penanganan yang dapat dilakukan.

1. Detoksifikasi medis

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi dosis obat secara bertahap dan menggantinya dengan obat-obatan lain yang lebih aman untuk tubuh pasien.

Prosedur ini juga dapat membantu mencegah gejala putus obat (withdrawal syndrome) pada orang yang mengalami kecanduan.

Dikutip dari laman Addiction Group, beberapa jenis obat yang digunakan dalam terapi ini adalah methadone, buprenorphine, naltrexone, dan naloxone

Pada kasus keracunan atau overdosis obat, dokter terlebih dahulu akan melakukan perawatan darurat, seperti pemberian arang aktif untuk menyerap kelebihan obat dalam tubuh pasien.

2. Terapi perilaku

Selain menyesuaikan dosis dan memberikan alternatif obat yang lebih aman, dokter mungkin juga akan merujuk Anda untuk menemui psikolog atau ahli kesehatan mental.

Psikolog dapat memberikan terapi perilaku, salah satunya terapi perilaku kognitif (CBT), untuk membantu mengatasi ketergantungan yang Anda alami.

CBT akan membantu Anda mengenali, menghindari, serta mengatasi situasi yang membuat Anda paling mungkin melakukan penyalahgunaan obat atau zat tertentu.

Untuk membantu meningkatkan keberhasilan pengobatan, pihak keluarga pasien sebaiknya juga terlibat selama rangkaian proses ini berlangsung.

Pencegahan ketergantungan obat

Ketergantungan akibat penggunaan obat yang tidak sesuai aturan sebenarnya bisa dicegah dengan beberapa langkah berikut.

  • Selalu ikuti petunjuk penggunaan obat dari dokter atau baca label kemasan obat dengan cermat.
  • Jangan memberikan obat kepada orang lain atau mengonsumsi obat yang bukan diresepkan untuk diri Anda.
  • Jika Anda merasa memerlukan obat secara rutin, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui manfaat dan risiko yang perlu diwaspadai.
  • Waspadai gejala-gejala ketergantungan dan segera bicarakan dengan dokter bila Anda memerlukan dosis obat yang lebih besar dari biasanya.
  • Apabila Anda memiliki pertanyaan tentang dosis dan aturan pemakaian obat, konsultasikanlah dengan dokter maupun apoteker untuk mendapatkan informasi yang jelas.

    Kesimpulan

    • Ketergantungan obat adalah proses penggunaan obat secara berulang melebihi aturan pakai atau tidak sesuai anjuran dokter.
    • Kondisi ini bisa menimbulkan gejala berupa pusing, mual, pingsan, nyeri badan, hingga halusinasi berlebihan.
    • Untuk mencegah ketergantungan, selalu ikuti petunjuk pemakaian obat dari dokter, jangan berbagi obat dengan orang lain, dan waspadalah terhadap gejala yang muncul.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/10/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan