backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

6

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Berbagai Efek Samping Imunisasi: Bahaya atau Tidak?

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui kemarin

Mengenal Berbagai Efek Samping Imunisasi: Bahaya atau Tidak?

Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan rangkaian imunisasi wajib untuk anak-anak dan bayi. Di balik manfaatnya, hal yang paling ditakutkan oleh orangtua adalah efek samping setelah pemberian imunisasi, seperti demam.

Ini membuat sebagian dari orangtua memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak. Padahal kalau tidak imunisasi atau terlambat, bisa membahayakan kesehatan anak. Maka itu, penting untuk orangtua memahami efek samping imunisasi.

Apakah anak pasti sakit setelah imunisasi?

gejala demam pada anak

Bayi, anak-anak, dan orang dewasa mungkin akan mengalami sakit setelah imunisasi sebagai efek samping. Namun, sebagian besar vaksin jarang menimbulkan efek samping yang serius.

Risiko munculnya efek samping vaksin masih jauh lebih rendah bila membandingkan risiko terserang penyakit karena tidak diimunisasi.

Setiap jenis vaksin memiliki efek samping yang berbeda, tetapi sebagian besarnya umumnya cukup ringan. Efek samping imunisasi yang umumnya terjadi, termasuk:

  • Rasa sakit sementara pada area yang suntikan
  • Kemerahan, bengkak, atau pada tempat suntikan
  • Gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit perut, muntah, hilang selera makan, dan sakit kepala)

Efek samping ini muncul tidak lama setelah pemberian vaksin, biasanya hanya 1—2 hari. Namun, jika Anda mengalami gejala yang berkelanjutan, segera periksakan diri ke dokter.

Meski begitu, vaksin juga bisa menimbulkan efek samping yang serius, tetapi ini memang sangat jarang terjadi.

Berikut beberapa efek samping berat yang mungkin terjadi berdasarkan jenis vaksinnya.

  • Live attenuated (LAV) setelah vaksin campak (vaksin MMR), menimbulkan reaksi alergi berat dari cairan yang terkandung dalam vaksin, atau syok anafilaktik.
  • Inactivates, ini termasuk vaksin pertusis (imunisasi DPT). Vaksin ini menimbulkan efek samping hipotonik dan episode hiporesponsif.
  • Toxoid, ini termasuk vaksin TT (tetanus), bisa menimbulkan syok anafilaktik dan neuritis brakialis.

Oleh karena itu, sebelum Anda melakukan imunisasi, selalu beri tahu dokter atau perawat jika memiliki alergi atau pernah mengalami reaksi alergi terhadap vaksin sebelumnya.

Hal ini karena akan ada kemungkinan seseorang bisa alergi terhadap vaksin, tetapi sangat langka.

Apa efek samping imunisasi yang ringan?

efek samping imunisasi dpt

Imunisasi termasuk ke dalam kategori obat dan seperti obat pada umumnya, vaksin memiliki reaksi tertentu pada tubuh.

Akan tetapi, sebagian besar efek samping tergolong penyakit ringan, seperti area suntikan terasa sakit atau anak demam setelah imunisasi

Risiko munculnya efek samping setelah mendapatkan vaksin jauh lebih rendah.

Hal itu bila membandingkan dengan risiko kena penyakit ketika anak terlambat imunisasi atau tidak mendapatkannya sama sekali.

Mengutip dari About Kids Health, rata-rata efek samping imunisasi yang dialami bayi, anak-anak, dan orang dewasa bisa sembuh sendiri dan tidak berlangsung lama. 

Setiap imunisasi memiliki efek sampingnya masing-masing. Namun, efek samping yang paling umum adalah sebagai berikut.

  • Nyeri pada lokasi suntikan. Anak mungkin merasakan nyeri pada bagian suntikan, biasanya paha atau lengan. Tidak perlu khawatir karena ini adalah hal yang sangat wajar dan tidak membahayakan. Saat anak mendapatkan suntikan, Anda bisa menenangkannya dengan menggenggam tangan si Kecil atau memeluknya.
  • Fobia jarum suntik. Meski jarang terjadi, beberapa orang yang mengidap fobia jarum suntik bisa pingsan karena takut jarum suntik.
  • Timbul kemerahan dan bengkak pada lokasi suntikan. Setelah pemberian imunisasi, mungkin saja timbul reaksi efek samping seperti kemerahan, bengkak, dan memar pada lokasi suntikan. Kompres dingin dapat membantu meringankan rasa tidak nyaman serta mengurangi pembengkakan. Gejala ini biasanya akan hilang sendiri dalam waktu 1—2 hari.

Selain itu, setelah mendapatkan imunisasi, anak Anda mungkin mengalami gejala-gejala mirip dengan sakit flu, padahal bukan. Gejalanya antara lain: 

  • demam ringan,
  • muntah,
  • nafsu makan menurun,
  • sakit kepala, dan
  • lemas dan pegal-pegal.

Vaksin bekerja dengan meniru cara kerja infeksi, karena itu, imunisasi kadang memberikan efek samping seolah-olah tubuh Anda terinfeksi suatu virus.

Infeksi ini tidak menyebabkan penyakit, justru akan melatih tubuh untuk meningkatkan sistem imun anak terhadap penyakit.

Efek samping ini biasanya terjadi setelah melakukan rangkaian imunisasi hepatitis B dan DPT.

Apa efek samping imunisasi tingkat sedang?

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menuliskan dalam situs resminya bahwa ada beberapa efek samping imunisasi di level sedang yang sangat jarang terjadi.

Beberapa tandanya yaitu sebagai berikut.

  • Demam lebih dari 38,8 derajat Celsius (bahkan sampai kejang).
  • Sendi kaku (anak remaja dan orang dewasa sering mengalami ini).
  • Pneumonia pada anak.
  • Pembengkakan otak.
  • Jumlah trombosit rendah.

Pada anak yang memiliki masalah sistem kekebalan tubuh yang serius, vaksin MMR bisa menyebabkan infeksi.

Bahkan pada kondisi yang sangat parah bisa mengancam kesehatan jiwa.

Dokter biasanya akan menyarankan orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh yang serius tidak boleh diberi vaksin MMR.

Apa efek samping imunisasi tingkat berat?

Kemungkinan seseorang mengalami efek samping tingkat berat sangatlah jarang.

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa kemungkinan hal itu terjadi 1 banding 1 juta orang yang menerima imunisasi. 

Dampak dari imunisasi dengan tingkat yang sangat berat dan serius adalah berikut.

  • Reaksi alergi parah yang bisa memicu kematian.
  • Intususepsi pada vaksin rotavirus.

Untuk efek samping imunisasi seperti intususepsi, risiko anak mengalami hal ini adalah 1 banding 20 ribu bayi yang menerima vaksin di Amerika Serikat.

Reaksi setelah imunisasi bisa terjadi beberapa menit atau jam setelah pemberian imunisasi.

Sebelum terlambat penting untuk orangtua memberitahu keadaan anak, seperti alergi makanan atau obat tertentu agar imunisasi bisa menyesuaikan dengan kondisi.

Kapan harus waspada dan konsultasi ke dokter?

sakit setelah imunisasi

Jika Anda sudah mencoba cara di atas dan belum bisa meredakan demam sebagai efek samping imunisasi pada anak, berikan paracetamol atau ibuprofen pada dosis dan waktu yang tepat sesuai anjuran dokter.

Sebaiknya segera bawa anak ke dokter jika anak sudah menunjukkan gejala seperti berikut.

  • Demam makin tinggi lebih dari 40 derajat Celsius.
  • Anak menangis lebih dari 3 jam pada satu waktu.
  • Anak menjadi lesu dan mengantuk berlebihan.
  • Bayi mengalami kejang karena demam sangat tinggi.

Imunisasi dapat melindungi kesehatan lebih dari satu anak. Imunisasi pada satu anak dapat memperkecil kesempatan anak tersebut untuk menderita penyakit dan menularkan penyakit kepada anak lainnya.

Jika tingkat imunisasi tinggi pada suatu daerah, risiko penyebaran penyakit tertentu dapat menurun.

Hal ini membuat mereka yang belum atau tidak menerima imunisasi pun dapat terlindungi dari penyakit.

Efek samping imunisasi yang serius memang sangat jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dalam kasus yang sangat langka, si Kecil bisa saja mengalami hal-hal sebagai berikut.

  • Reaksi alergi parah atau anafilaktik yang ditandai dengan kesulitan bernafas dan tekanan darah turun.
  • Kejang.
  • Demam tinggi.
  • Nyeri sendi atau otot kaku.
  • Infeksi paru-paru.

Berbagai gejala termasuk ke dalam efek samping tingkat berat. Anda perlu membawa anak ke dokter bila mengalaminya.

Untuk anafilaktik atau reaksi alergi parah, kondisi ini sangat serius dan sering terjadi ketika pemberian imunisasi untuk 6 penyakit sekaligus.

Reaksi alergi parah ini sangat langka bahwa hanya bisa timbul 1 banding 100 ribu kasus setelah pemberian imunisasi. Reaksi alergi parah seperti:

  • gatal-gatal,
  • pembengkakan wajah dan tenggorokan,
  • anak kesulitan bernapas,
  • detak jantung cepat, dan
  • tubuh lemas.
  • Kondisi tersebut membutuhkan konsultasi segera dengan dokter atau sampai pergi ke unit gawat darurat (UGD).

    Ingat, imunisasi tetap aman untuk anak

    efek samping imunisasi

    Sama seperti obat lain, efek samping imunisasi bisa terjadi tetapi bukan berarti anak tidak diberikan imunisasi.

    Pasalnya, efek samping anak terlambat imunisasi lebih bahaya daripada efek samping vaksin yang sangat jarang terjadi. 

    Mengutip dari NHS, bahan utama dari vaksin adalah bakteri, virus, atau racun dalam dosis kecil yang telah dilemahkan atau dihancurkan di laboratorium terlebih dahulu.

    Apa artinya? Ini membuktikan bahwa tidak ada risiko terkena penyakit dari vaksin.

    Terkadang vaksin mengandung bahan lain yang membuat vaksin lebih aman dan efektif mencegah penyakit. Hal ini yang menyebabkan risiko kerusakan atau efek sampingnya sangat kecil. 

    Meski menimbulkan efek samping, anak Anda tetap perlu mendapatkan imunisasi. Hindari terlambat atau bahkan tidak memberi imunisasi sama sekali pada si kecil.

    Pasalnya, risiko anak terkena penyakit lebih besar ketika tidak mendapatkan vaksin, bila membandingkan dengan anak yang menerima imunisasi.

    Kesimpulan

    • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan beberapa rangkaian imunisasi wajib untuk anak-anak dan bayi.
    • Namun, karena imunisasi memberikan efek samping setelahnya, ada beberapa orangtua yang memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada si Kecil.
    • Padahal, efek samping yang terjadi biasanya hanya tergolong ringan, seperti rasa sakit di area suntik atau bahkan demam.
    • Tidak hanya itu, anak yang tidak mendapatkan vaksin pun berisiko lebih tinggi terkena penyakit yang dapat melemahkan si Kecil.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui kemarin

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan