backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal 6 Jenis Obesitas Berdasarkan Penyebabnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal 6 Jenis Obesitas Berdasarkan Penyebabnya

    Sejak dulu hingga sekarang, kasus obesitas terus meningkat seiring perkembangannya zaman. Padahal, program pola makan yang sehat sudah sering digalakkan. Nyatanya, hal tersebut tidak sepenuhnya berhasil karena sejumlah penyebab. Dari perbedaan penyebabnya, terdapat beberapa jenis obesitas yang memerlukan perawatan berbeda. 

    Jenis obesitas

    Obesitas tidak melulu orang yang tampak gemuk atau memiliki perut buncit. Penumpukan lemak bisa terjadi di berbagai bagian tubuh, tergantung gaya hidup dan karakteristik setiap orang. 

    Berikut ini jenis-jenis obesitas yang dapat dilihat berdasarkan kelompok usia dan kebiasaannya. 

    1. Obesitas akibat jarang berolahraga

    penyebab obesitas

    Salah satu jenis obesitas yang paling sering dialami oleh masyarakat yaitu obesitas yang terjadi akibat jarang berolahraga, alias tidak aktif bergerak. 

    Bila mengalami kelebihan berat badan dan memiliki lipatan lemak pada dada, perut bagian bawah, atau punggung tubuh, hal ini bisa menandakan obesitas karena jarang berolahraga

    Olahraga dan kegiatan fisik lainnya merupakan salah satu upaya mengurangi risiko menumpuknya lemak di tubuh. 

    Normalnya, orang sehat dianjurkan melakukan aktivitas fisik 30 menit dalam satu hari untuk mencegah obesitas, seperti jogging, bersepeda, atau berjalan kaki biasa. 

    2. Obesitas akibat makanan

    Selain jarang berolahraga, jenis obesitas lainnya yang kerap terjadi adalah obesitas akibat makanan. 

    Pilihan dan kebiasaan makan yang tidak sehat ternyata memengaruhi kenaikan berat badan yang bisa menjadi penyebab obesitas. 

    Sebagai contoh, makan terlalu banyak, terutama tanpa disertai dengan olahraga, dapat meningkatkan kadar lemak tubuh. 

    Tak hanya itu, konsumsi makanan yang tinggi kalori dan rendah zat gizi, seperti gula, lemak, dan makanan ringan lainnya, bisa menyebabkan obesitas. 

    Umumnya, ciri-ciri dari obesitas ini terlihat dari penumpukan lemak pada dagu, leher, dan bagian dada.

    3. Obesitas vena

    Sesuai dengan namanya, jenis obesitas ini terjadi akibat sirkulasi pembuluh darah vena yang tersumbat.

    Penumpukan lemak akibat kondisi pembuluh darah ini bisa dilihat pada bagian kaki dan bagian bokong. 

    Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab pembuluh darah vena tersumbat. 

    Risiko mengalami obesitas vena akan lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyumbatan pembuluh darah. 

    Salah satu penyebab lain tersumbatnya pembuluh darah vena yang biasa dijumpai pada penyandang obesitas yaitu konsumsi makanan berlemak tinggi

    Nah, jika memiliki faktor tersebut, Anda dianjurkan untuk berolahraga secara teratur guna mengurangi risiko terkena obesitas vena. 

    4. Obesitas karena merasa cemas

    Rasa cemas atau tertekan secara berlebihan ternyata bisa menjadi salah satu jenis obesitas yang mungkin tidak Anda sadari. 

    Begini, rasa cemas dapat memengaruhi hormon di dalam tubuh. Bila Anda mengalami berbagai macam perasaan yang buruk, Anda cenderung memiliki nafsu makan yang tinggi. 

    Hal ini ternyata membuat kebanyakan orang menjadikan makanan sebagai tempat pelarian  perasaan negatif. Anda terus-menerus makan untuk menghilangkan rasa cemas dan stres. 

    Itulah mengapa ciri-ciri obesitas yang disebabkan perasaan cemas ini dapat dilihat dari munculnya lipatan lemak pada perut bagian bawah.

    5. Obesitas aterogenik

    Artikel Kesehatan Seputar Masalah Obesitas

    Obesitas dapat memicu berbagai penyakit bila tidak ditangani, seperti risiko penyakit jantung koroner

    Pasalnya, obesitas memang memiliki hubungan yang kuat dengan dislipidemia aterogenik. Kondisi ini ditandai dengan kadar kolesterol LDL yang tinggi, tetapi kolesterol HDL rendah. 

    Jenis obesitas ini juga dihubungkan dengan kondisi resistensi insulin. Insulin merupakan hormon penting yang mengatur kadar gula darah dan mengubah energi makanan menjadi lemak. 

    Selama pencernaan, insulin merangsang sel otot, lemak, dan hati untuk menyerap glukosa, zat  yang merupakan sumber energi utama bagi tubuh. 

    Pada obesitas aterogenik, resistensi insulin terjadi karena sel tidak dapat menyerap glukosa dari darah karena penumpukan jaringan lemak. 

    Alhasil, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dengan optimal dan insulin terus menyimpan glukosa menjadi lemak. Jika dibiarkan, hal ini akan menyebabkan kenaikan berat badan secara menerus. 

    6. Obesitas gluten

    Dibandingkan jenis obesitas lainnya, obesitas gluten lebih banyak dialami wanita yang memasuki usia menopause

    Meski hubungan gluten dan obesitas masih belum terlalu jelas, obesitas ini kerap terjadi pada wanita yang keseimbangan hormon tubuhnya menurun. 

    Ciri-ciri dari obesitas gluten antara lain kelebihan lemak pada bagian panggul yang mungkin disebabkan oleh konsumsi gluten.

    Jenis obesitas lainnya

    Selain keenam jenis obesitas yang disebutkan, sebenarnya ada banyak macam obesitas yang sudah dikenali, lebih tepatnya ada 59 varian. 

    Namun, di antara 59 jenis tersebut, para ahli dari studi yang dimuat dalam Journal of Public Health membaginya menjadi enam kategori besar.

    Kategori tersebut dibagi berdasarkan kelompok orang yang berisiko mengalami obesitas, yakni:

    • pria peminum berat, 
    • wanita muda yang masih sehat, 
    • lansia yang sehat, 
    • lansia yang sakit secara fisik, tetapi bahagia, 
    • orang berusia setengah baya yang sering merasa cemas, dan
    • kategori orang dengan kesehatan yang buruk. 

    Penting diketahui, kategori ini bukan dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), melainkan dari kondisi kesehatan, pola makan, hingga frekuensi olahraga. 

    Dengan melihat berbagai macam jenis obesitas berdasarkan penyebabnya, dokter akan lebih mudah memberikan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan