backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tips Awet Bersama Pasangan dengan Borderline Personality Disorder

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 03/04/2023

    Tips Awet Bersama Pasangan dengan Borderline Personality Disorder

    Bukan berita baru jika orang dengan borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang sulit mempertahankan hubungannya. Bagaimana tidak, ada serangkaian tantangan yang perlu dilewati ketika memiliki pasangan dengan borderline personality disorder.

    Lantas, apa saja tantangan tersebut dan apa yang perlu dilakukan demi mempertahankan hubungan dengan BPD? 

    Tantangan pasangan dengan borderline personality disorder

    Borderline personality disorder (BPD) adalah kondisi yang memengaruhi cara seseorang mengelola emosi dan reaksi.

    Mereka yang mengalami BPD biasanya tidak stabil secara emosional dan mungkin mempunyai episode kemarahan, rasa gelisah, dan depresi. Episode ini dapat berlangsung beberapa jam hingga mereka stabil.

    Kondisi emosional yang tidak stabil menyebabkan penderita BPD jarang memiliki hubungan yang awet. Mereka dapat menciptakan masalah dalam hubungan. Namun, perlu diingat bahwa orang dengan BPD sering kali adalah seseorang yang baik dan peduli dengan pasangannya. 

    Maka itu, banyak orang yang mungkin tertarik dengan mereka yang memiliki gangguan kepribadian ambang. Mereka ingin melihat bagaimana emosi dan hasrat yang kuat digunakan dalam kisah asmara hingga menghasilkan hubungna yang menyenangkan dan penuh gairah. 

    Berikut ini beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh pasangan yang menjalani hubungan dengan penderita borderline personality dilansir dari Borderline in The Act

    1. Merasa terabaikan

    Salah satu alasan mengapa banyak orang yang tidak tahan dengan pasangan yang memiliki borderline personality disorder adalah sering merasa terabaikan. 

    Begini, orang dengan BPD biasanya takut kesepian. Namun, perasaan tersebut dapat berubah menjadi terlalu sayang atau takut menjalani hubungan yang intim. Akibatnya, tidak jarang mungkin Anda akan merasa diabaikan atau pasangan terlalu posesif dan clingy di waktu tertentu. 

    Rasa takut yang dihasilkan dari gejala BPD ini membuat mereka terus mengawasi tanda-tanda kapan pasangannya akan meninggalkan mereka. Perasaan was-was tersebut tidak jarang membuat penderita BPD salah paham dan membuat mereka bereaksi berlebihan karena takut ditinggalkan. 

    2. Siklus hubungan yang tak menentu

    Mengatur ekspektasi dalam hubungan

    Selain merasa terabaikan, pasangan dengan borderline personality disorder biasanya memiliki siklus hubungan yang tak menentu. Artinya, di awal hubungan penderita BPD akan mengorbankan apa pun demi pasangannya agar hubungan berjalan lancar. Bahkan, mereka juga menganggap hubungan ini sempurna. 

    Di masa-masa seperti ini tentu terlihat romantis di mata pasangan mana pun. Namun, tidak selamanya hubungan selalu manis. Pada saat penderita BPD menyadari bahwa pasangan dan hubungannya tidak sempurna, mereka cenderung melihat segala sesuatunya sebagai hal buruk. 

    Hal ini tentu membuat orang yang menjalani hubungan dengan penderita BPD menjadi bingung. Terlebih lagi, mereka juga kesulitan untuk mengenali fakta bahwa orang tentu akan melakukan kesalahan dan tidak ada yang sempurna. 

    Proses yang disebut sebagai devaluasi ini menyebabkan orang dengan BPD marah hingga akhirnya memutuskan hubungan. Kondisi ini yang membuat menjalani hubungan dengan BPD akan terasa sulit dan tidak stabil. 

    Menghadapi pasangan dengan borderline personality disorder

    kekerasan emosional

    Jika Anda atau pasangan mempunyai borderline personality disorder, selalu ada cara untuk mengatasi naik turunnya emosi yang disebabkan oleh BPD. Dengan begitu, Anda dan pasangan dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dan awet. 

    1. Tidak terlalu menekan pasangan

    Umumnya, orang yang memiliki BPD lebih dapat menata emosinya jika berada di lingkungan yang santai dan tenang. Semua anggota keluarga yang terlibat, termasuk anak Anda, perlu mengetahui bahwa tidak perlu membahas masalah penting ketika pasangan berepisode. 

    Apabila pasangan dengan borderline personality disorder sedang emosi, jangan memusatkan seluruh perhatian ke pasangan. Alih-alih memperlakukannya demikian, cobalah untuk tidak terlalu menekan pasangan. 

    Pasangan dengan BPD perlu memiliki kesempatan untuk berbicara tentang apa yang ia sukai dan hal-hal biasa lainnya, seperti berita dan acara keluarga. Jangan lupa meluangkan waktu bersama pasangan, seperti kencan atau makan malam.

    Semakin sedikit pasangan merasakan gangguan yang ia alami, semakin banyak kesempatan yang ia miliki untuk mengeksplor dirinya sendiri.

    2. Mencoba ‘mendengarkan’ emosi pasangan

    mendengarkan dan memahami pasangan

    Pada saat pasangan dengan borderline personality disorder sedang mengalami fase emosinya, mereka mungkin akan menghina atau menuduh Anda. Jika hal ini terjadi tentu respons alami adalah melindungi diri sendiri dan ikut emosi. Namun, ini tidak berlaku ketika menghadapi orang dengan gangguan kepribadian ambang. 

    Anda perlu mengingatkan diri sendiri bahwa pasangan sedang berjuang menempatkan dirinya dalam pandangan yang berbeda dengan orang lain. Pasangan mungkin melihat masalah kecil sebagai bencana besar, sehingga ketika Anda membela diri sendiri justru pasangan tidak merasa dihargai

    Usahakan untuk meluangkan waktu demi mendengarkan mereka tanpa menunjukkan kelemahan dari argumennya. Intinya, Anda harus bersabar dan mencoba untuk tidak mudah tersinggung. 

    Apabila konflik menyebabkan pasangan dengan BPD mengancam Anda, mungkin sebaiknya Anda melanjutkan percakapan ketika mereka sudah tenang. 

    3. Membiarkan pasangan mengeluarkan perasaannya

    menyukai bau badan pasangan

    Konflik dengan pasangan yang memiliki  personality disorder ini terkadang membuat mereka berani mengancam untuk melukai diri sendiri. Sayangnya, tanda-tanda melukai diri ini terkadang kurang terlihat, seperti menggaruk kulit, makan lebih sedikit atau menjauh dari Anda. 

    Perilaku tersebut menggambarkan bahwa pasangan tidak mampu mengekspresikan emosi dalam bentuk kata-kata. Maka itu, Anda perlu mengenali tanda tersebut dari awal demi membantu pasangan mencegah krisis emosional menjadi lebih serius. 

    Anda bisa mulai dengan mengajak pasangan untuk mengutarakan apa yang mereka rasakan. Selain itu, Anda juga dapat membiarkan mereka mengukur diri sendiri, apakah pasangan perlu berkonsultasi dengan terapis atau psikiater

    Perlu diingat bahwa semua ancaman melukai hingga bunuh diri tersebut harus ditanggapi serius. Bahkan ketika perilakunya terlihat mencari perhatian, hal tersebut tetap berisiko menimbulkan bahaya yang serius. 

    Walaupun demikian, Anda tidak perlu selalu menelepon bantuan setiap kali pasangan mengancam untuk melukai diri mereka sendiri.

    4. Meluangkan waktu untuk diri sendiri

    tanda butuh me time

    Satu hal yang perlu diingat bahwa Anda pun butuh waktu untuk diri sendiri, terutama ketika menghadapi pasangan dengan borderline personality disorder

    Hal ini dikarenakan pada situasi tertentu pasangan BPD mungkin tidak dapat memberikan empati dan sadar dalam sebuah hubungan. Padahal, Anda membutuhkan dukungan dalam menjalani hubungan ini. 

    Oleh karena itu, Anda perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri. Mulai dari menghabiskan waktu bersama teman hingga melakukan kegiatan yang Anda sukai. Apabila Anda perlu seseorang untuk berbicara tentang penyakit mental, dokter, psikolog, atau kelompok tertentu bisa menjadi pilihan yang bagus. 

    Jangan lupa libatkan anggota keluarga lainnya ketika mendukung seseorang yang memiliki gangguan kepribadian ambang. Semakin banyak orang yang dapat memberikan strategi dalam menghadapi penderita BPD, semakin jarang emosi pasangan akan meluap.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 03/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan