backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Suka Membandingkan Pasangan dengan Mantan? Ini Dampak Negatifnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 27/03/2020

    Suka Membandingkan Pasangan dengan Mantan? Ini Dampak Negatifnya

    Sadar ataupun tidak, Anda mungkin pernah membandingkan pasangan Anda saat ini dengan mantan terdahulu. Ini merupakan suatu hal yang lumrah, tapi bisa menjadi masalah bila Anda jadi bertanya-tanya mengenai perasaan Anda saat ini.

    Kenangan bersama mantan tentunya akan menimbulkan rasa bahagia, sebab Anda pernah begitu dekat. Namun, ada dampak negatif yang dapat muncul jika Anda terus-menerus larut dalam kenangan tersebut, bahkan membandingkannya dengan pasangan Anda.

    Akibat membandingkan pasangan dengan mantan

    Berikut adalah sederet alasan mengapa Anda sebaiknya tidak membandingkan pasangan dengan orang lain, apalagi mantan:

    1. Menimbulkan emosi negatif dalam hubungan

    Tanpa membandingkan pun, kebanyakan orang akan mudah merasa cemburu ketika pasangannya terlalu sering bercerita tentang mantan kekasihnya. Ini bukanlah awal yang baik, sebab rasa cemburu merupakan akar dari segala konflik.

    Selain menyebabkan cemburu, perilaku tersebut juga dapat memicu rasa bersalah pada diri pasangan.

    Pasalnya, ia merasa belum memberikan yang terbaik untuk Anda. Perasaan ini  lambat laun dapat berubah menjadi emosi negatif, seperti stres, yang berkepanjangan.

    2. Memicu perselisihan

    Saat membandingkan pasangan dengan mantan kekasih, pasangan Anda dapat melihatnya sebagai ancaman dalam hubungan. Akibatnya, Anda lebih rentan mengalami pertengkaran.

    Perselisihan yang tidak terselesaikan bisa menjadi berlarut-larut. Anda pun semakin melihat pasangan sebagai sosok yang buruk. Alih-alih terselesaikan, perselisihan justru mengarah pada masalah baru.

    3. Membuat Anda merahasiakan banyak hal dari pasangan

    Beberapa orang yang sering membandingkan pasangannya dengan mantan kekasih, biasanya cenderung masih menjalin kontak dengan sang mantan. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah jika dilakukan sewajarnya.

    Namun, rasa cemburu dan konflik bisa saja membuat Anda harus berhubungan rahasia dengan mantan. Walaupun tujuan Anda adalah untuk mengurangi konflik, hal ini justru membuat Anda merahasiakan banyak hal dari pasangan yang dapat berujung pada konflik yang lebih besar.

    Sebaiknya, jangan membandingkan pasangan dengan mantan

    Setiap kali Anda mulai membandingkan pasangan, cobalah ingat kembali dan syukuri apa saja yang Anda sukai darinya. Rasa bersyukur dapat memperdalam suatu hubungan dan membuat Anda menjadi orang yang lebih baik.

    Anda dan pasangan sama-sama memiliki kekurangan. Saat kekurangan tersebut menimbulkan konflik, solusinya bukanlah mengubah satu sama lain, melainkan saling mengelola emosi sambil berbicara dari hati ke hati.

    Hubungan yang sehat berisikan pasangan yang saling positif satu sama lain. Saat Anda menunjukkan sikap positif, pasangan pun akan berlaku demikian.

    Namun, Anda pun berhak menarik diri jika pasangan Anda jelas melakukan perilaku abusif atau kekerasan.

    Contoh paling mudah dari perilaku positif misalnya memuji pasangan saat ia melakukan suatu hal yang baik atau memberikan dukungan saat ia hendak melakukan sesuatu.

    Anda pun bisa memberikan hadiah kecil sebagai pengingat akan momen penting.

    Sentuhan fisik pun tidak kalah penting. Sesekali, cobalah memeluk, menggenggam tangan, membelai rambut, atau melakukan interaksi fisik lain yang meningkatkan keintiman dan kedekatan emosional.

    Selalu ada cara untuk berhenti membandingkan pasangan dengan mantan. Kuncinya adalah memahami bahwa pasangan dan mantan Anda bukanlah orang yang sama. Anda pun tidak dapat menuntut sebaliknya.

    Keduanya telah memberikan pengaruh, pengalaman, dan rasa bahagia yang berbeda. Cara mereka menunjukkan kasih sayangnya juga berbeda. Jadi, tidak ada keuntungan yang bisa didapatkan dari membandingkan keduanya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 27/03/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan