backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

4 Tanda Anda Trauma Menjalin Hubungan Baru dan Solusinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/04/2023

    4 Tanda Anda Trauma Menjalin Hubungan Baru dan Solusinya

    Tanpa disadari, hubungan yang sudah berakhir sering kali memengaruhi bagaimana Anda menjalin hubungan di masa mendatang. Sayangnya, pengalaman negatif di masa lalu justru kerap membawa trauma untuk menjalin hubungan baru.

    Tanda-tanda trauma setelah menjalin hubungan

    Merasa sedih dan kehilangan setelah mengakhiri suatu hubungan tentu hal yang wajar.

    Namun, jika perasaan Anda terus terusik karenanya atau bahkan memengaruhi kondisi fisik Anda, artinya hubungan tersebut telah membawa trauma.

    Sayangnya, kondisi tersebut sering kali tidak disadari. Kenali tanda-tanda berikut untuk menyadari trauma psikologis dari hubungan di masa lalu.

    1. Takut menjalin hubungan baru

    cacingan

    Memiliki hubungan yang berkomitmen tentu menjadi impian setiap pasangan. Sayangnya, trauma masa lalu mungkin membuat Anda takut menjalin hubungan baru.

    Dalam bahasa medis, kondisi ini dikenal dengan gamophobia atau ketakutan untuk berkomitmen.

    Anda mungkin tetap bisa mencintai orang baru, tetapi gamophobia akan membuat Anda takut untuk memulai hubungan baru. Anda mungkin akan terus terbayang-bayang akan masa lalu.

    Gamophobia sering kali dikaitkan dengan philophobia (takut jatuh cinta), pistanthrophobia (takut memercayai orang lain atau disakiti orang yang Anda sayangi), dan genophobia (takut berhubungan intim).

    2. Muncul kilas balik tentang hubungan yang dulu

    Kilas balik atau flashback ke masa lalu tentu merupakan hal yang wajar. Namun, jika ingatan yang terputar selalu buruk, ini justru akan meningkatkan risiko trauma dan ketakutan untuk menjalin hubungan baru.

    Tidak jarang, ingatan ini akan membuat Anda menghindari tempat atau suasana tertentu karena hal-hal tersebut mengingatkan Anda akan hubungan yang lalu.

    Padahal, mungkin saja hal-hal tersebut sebenarnya bisa membawa nilai yang baik untuk diri Anda sendiri.

    Contohnya ketika pasangan Anda yang terlalu cemburuan justru membatasi hubungan Anda dengan orang lain sehingga Anda kehilangan kesempatan memperluas koneksi.

    3. Merasa bersalah dan malu

    Meskipun Anda merupakan korban dari hubungan toxic di masa lalu, perasaan bersalah dan malu sering kali tetap tidak dapat dihindari. 

    Dengan perasaan ini, Anda akan merasa bahwa hal buruk yang dahulu terjadi merupakan kesalahan Anda.

    Akibatnya, Anda trauma untuk jatuh cinta lagi karena tidak mau calon pasangan Anda merasakan hal serupa.

    Tidak jarang, emosi negatif ini juga membuat seseorang lebih suka mengasingkan diri. Hal ini lambat laun dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

    4. Gejala fisik

    Seperti jenis trauma lainnya, trauma setelah menjalin hubungan dengan seseorang juga kerap disertai dengan gejala fisik seperti berikut.

    • Pusing.
    • Keringat berlebihan (hiperhidrosis).
    • Mual.
    • Jantung berdebar-debar.
    • Sesak napas.
    • Gemetar.
    • Sakit perut.
    • Menggigil.

    Gejala fisik tersebut juga bisa disertai dengan gangguan kecemasan. Ini biasanya muncul saat Anda berpikir untuk memulai hubungan baru dengan seseorang.

    Cara mengatasi trauma untuk menjalin hubungan baru

    ayah ibu depresi postpartum

    Gejala trauma umumnya bertahan selama beberapa hari hingga bulan setelah peristiwa traumatis. Gejala-gejala tersebut pun bisa muncul kembali saat Anda menemui situasi serupa.

    Melansir dari laman Help Guide, berikut adalah cara mengatasi trauma dari hubungan yang lalu supaya Anda bisa kembali jatuh cinta dan menjalin hubungan baru.

    1. Olahraga rutin

    Ketika berolahraga, tubuh Anda akan melepaskan endorfin. Ini adalah hormon yang akan membantu memperbaiki suasana hati, mengurangi stres, hingga meningkatkan percaya diri.

    Setidaknya, usahakan untuk berolahraga selama 30 menit setiap harinya. Anda bisa mencoba olahraga ringan seperti berjalan kaki, jogging, atau berenang.

    2. Jangan mengisolasi diri

    Selain membuat Anda takut jatuh cinta lagi, Anda mungkin juga memilih untuk menarik diri dari lingkungan akibat trauma. Faktanya, hal ini justru bisa memperburuk trauma Anda.

    Ikuti tips berikut supaya Anda tetap bisa membuka diri ketika dilanda trauma.

    • Tidak membicarakan trauma secara berlebihan.
    • Perbanyak komunikasi dengan orang yang Anda percaya.
    • Ikut kegiatan sosial.
    • Menghubungi teman lama.
    • Bergabung dengan kelompok penyintas trauma.

    3. Menenangkan diri

    Ketika tidak sengaja bertemu dengan sesuatu yang memicu trauma Anda, coba lakukan beberapa cara berikut untuk mengusir rasa cemas dan takut.

    • Latihan pernapasan.
    • Hentikan aktivitas sejenak, lalu amati dan dengarkan hal-hal yang ada di sekitar Anda.
    • Duduk dengan posisi telapak kaki menyentuh tanah atau lantai.
    • Jangan menghindari perasaan yang muncul.

    4. Menjaga kesehatan

    Cara mengatasi trauma menjalin hubungan yang sebenarnya cukup mudah tetapi sering dilupakan ialah menjaga kesehatan.

    Mulai dari tidur yang cukup, makan makanan bergizi, hingga menghindari minum alkohol merupakan cara sederhana untuk mengurangi stres karena trauma dalam percintaan.

    Jika beberapa cara di atas tidak juga membuat trauma Anda menjadi lebih baik, Anda mungkin bisa mengunjungi psikolog.

    Seorang psikolog dapat mengajarkan Anda cara mengelola stres akibat trauma serta membantu Anda keluar dari trauma melalui terapi, seperti hipnoterapi.

    Kesimpulan

    • Trauma akibat hubungan di masa lalu ditandai dengan rasa takut untuk menjalin hubungan yang baru, munculnya ingatan yang buruk, rasa bersalah dan malu, serta gejala fisik.
    • Anda bisa mengatasinya dengan berolahraga, tidak mengisolasi diri, menenangkan diri, dan menjaga kesehatan.
    • Jika trauma tidak berkurang atau bahkan semakin parah, ada baiknya kunjungi psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan