backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Tak Ada Untungnya Stalking Mantan! Ini Dampak Negatifnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 11/12/2023

Tak Ada Untungnya Stalking Mantan! Ini Dampak Negatifnya

Setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing untuk menghilangkan kesedihan setelah putus cinta. Namun, tidak sedikit pula yang masih terus mencari tahu segala hal tentang mantan atau singkatnya, melakukan stalking.

Tanpa disadari, melakukan stalking pada seseorang justru bisa membuat Anda “terjebak” bersama orang tersebut. Oleh karena itu, sudah sebaiknya hal ini dikurangi supaya Anda bisa cepat move on.

Apa itu arti stalking?

Stalking adalah perilaku menguntit atau mengikuti setiap gerak-gerik seseorang secara diam-diam atau tanpa izin.

Meski istilah ini lebih umum dilakukan seseorang untuk memantau kehidupan mantannya, sebenarnya stalking bisa dilakukan oleh siapa saja. 

Saat ini, stalking tidak hanya bisa terjadi secara langsung, tetapi juga melalui media sosial. Ini artinya, stalking menjadi lebih mudah dilakukan dengan risiko ketahuan yang makin kecil.

Berikut ini adalah beberapa contoh dari stalking.

  • Melakukan panggilan telepon atau pesan secara berulang dengan nomor khusus.
  • Membuat akun media sosial khusus untuk mengikuti seseorang.
  • Mengikuti kemana pun seseorang pergi.
  • Menggunakan kamera tersembunyi atau GPS untuk melacak lokasi seseorang.
  • Berkendara atau tinggal di dekat rumah, sekolah, atau kantor seseorang.

Perlu diingat bahwa stalking bukanlah suatu hal yang pantas dilakukan. Pasalnya, kelakuan stalker (seseorang yang melakukan stalking) bisa sangat mengganggu korban.

Efek negatif stalking pada korban dan pelaku

anak cemas

Melansir dari laman Action Against Stalking, berikut adalah berbagai dampak buruk stalking pada korban.

  • Peningkatan kecemasan.
  • Perasaan tidak berdaya.
  • Gangguan tidur.
  • Mudah lelah.
  • Perasaan terancam.
  • Kehilangan kepercayaan pada orang sekitar.
  • Depresi.
  • Penurunan produktivitas.
  • Gejala fisik seperti sakit kepala atau perut.
  • Gangguan suasana hati.
  • Trauma.
  • Isolasi sosial.
  • Peningkatan keinginan bunuh diri.

Untuk menyalurkan berbagai emosi negatif tersebut, korban penguntitan bisa saja melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri, seperti merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan.

Selain pada korban, stalking juga bisa membawa dampak buruk pada pelaku. Jika Anda sedang berusaha melupakan mantan, stalking justru bisa membuat Anda semakin susah move on.

Stalking atau memata-matai mantan berkaitan dengan lambatnya tingkat pemulihan emosional dan perkembangan kepribadian seseorang setelah putus cinta.

Selain itu, pelaku stalking juga kerap dikaitkan dengan kecenderungan obsesi. Inilah alasan mengapa korban stalking tidak selalu mantan pacar, tetapi juga orang yang bahkan tidak dikenal secara langsung.

Ketika perilakunya sudah menimbulkan obsesi, pelaku stalking perlu mendapatkan penanganan khusus dari psikolog atau psikiater.

Tahukah Anda?

Setiap orang memang bisa menjadi korban stalking. Namun, sejauh ini lebih banyak ditemukan korban stalking berjenis kelamin perempuan.

Cara mengatasi stalker

Jika Anda merasa menjadi korban stalking, berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencoba menghentikan pelakunya.

1. Bicarakan secara langsung

Beberapa pelaku stalking sering kali tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya sudah membuat orang lain tidak nyaman.

Oleh karena itu, jika Anda merasa menjadi korban, cobalah untuk langsung menyampaikan rasa tidak nyaman Anda kepadanya.

Jika Anda merasa khawatir melakukannya sendirian, mintalah bantuan orang terdekat untuk menemani.

2. Simpan bukti

Ketika Anda menerima pesan beruntun atau panggilan tanpa henti, pastikan untuk menyimpan bukti-bukti tersebut. Dengan begitu, Anda bisa menggunakannya untuk melapor ke pihak berwajib.

Meski sampai saat ini Indonesia belum memiliki aturan khusus untuk menghukum stalker, pihak berwajib bisa menghukum pelaku dengan tuduhan pengancaman dari bukti yang Anda kumpulkan.

3. Tingkatkan keamanan pribadi

Saat menyadari keberadaan penguntit, cobalah untuk meningkatkan keamanan pribadi.

Sebagai contoh, Anda bisa mengubah rute perjalanan ke tempat kerja, mengubah akses akun media sosial menjadi privat, dan rutin mengganti kode sandi ponsel maupun media sosial.

Jika memungkinkan, mintalah pengamanan dari orang di sekitar ketika Anda beraktvitas di luar rumah.

4. Cari perlindungan

Ketika menjadi korban stalking, pastikan bahwa orang terdekat Anda mengetahuinya. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan perlindungan dan dukungan emosional.

Keberadaan orang di sekitar yang mengetahui hal tersebut juga bisa membantu Anda untuk mencari perlindungan dari pihak berwajib.

Sementara itu, jika Anda merasa bahwa tindakan Anda pada mantan atau orang tertentu selama ini ternyata termasuk stalking, mulailah untuk menghentikannya.

Jika Anda tidak bisa mengendalikan keinginan untuk menguntit seseorang, cobalah meminta bantuan ahli seperti psikolog atau psikiater.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 11/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan