backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Ini Dampaknya Jika Anda Terlalu Lama Menahan Hasrat Seksual

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Ini Dampaknya Jika Anda Terlalu Lama Menahan Hasrat Seksual

    Gairah seks adalah keinginan, nafsu, atau hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. Ini sering disebut juga dengan libido. Munculnya gairah ini dikendalikan oleh hormon seks yang kadarnya meningkat karena adanya rangsangan. Namun, pada situasi tertentu, tidak semua orang dapat memenuhi hasrat ini pada pasangannya. Lantas, apa jadinya jika seseorang menahan nafsu seks yang dirasakannya dalam waktu yang cukup lama?

    Dampak karena menahan nafsu seks terlalu lama

    Bagi Anda sudah menikah, tentu tidak perlu repot untuk menunaikan keinginan untuk berhubungan seks dengan pasangan.

    Anda tinggal luangkan waktu, pasang jurus manja, berikan sedikit rangsangan dan permainan di atas ranjang pun bisa didapatkan.

    Sekali pun Anda dan pasangan berencana untuk menunda punya momongan, ada banyak kontrasepsi yang bebas Anda pilih sehingga hubungan intim tetap bisa dilakukan.

    Sayangnya, tidak semua pasangan punya kesempatan ini, terutama pasangan yang harus menjalani hubungan jarak jauh (long distance relationship), mengalami perceraian, atau hidup sendiri karena ditinggal mati oleh pasangan.

    Orang dengan kondisi tersebut, cenderung akan menahan nafsu seks yang mereka rasakan.

    Menurut sisi medis, ternyata ada dampak negatif yang bisa terjadi jika Anda atau pasangan menahan libido terlalu sama, yaitu:

    1. Menimbulkan stres dan depresi

    Bukan hanya testosteron dan estrogen, ternyata ada hormon lainnya yang ikut berperan ketika gairah seks muncul.

    Craig Malkin, seorang psikolog yang juga menulis buku mengenai cara mengendalikan libido mencatat bahwa beberapa hormon yang terlibat, seperti dopamin, serotonin, norapenephine, dan oksitosin.

    Kombinasi dari hormon yang diproduksi sistem saraf pusat ini menimbulkan gairah seks, perasaan pusing, dan euforia.

    Jika Anda atau pasangan mencoba menahan nafsu seks tersebut, kemungkinan besar akan menimbulkan adanya gangguan proses kimia pada otak sehingga bisa menimbulkan stres dan depresi.

    2. Merusak hubungan yang Anda jalin dengan pasangan

    Tercapainya keinginan Anda, pasti menimbulkan perasaan senang dan puas, bukan? Ini sama halnya dengan gairah seks.

    Saat kebutuhan seksual Anda atau pasangan terpenuhi, kepuasaan dalam berhubungan tentu akan didapatkan. Ya, kepuasaan dalam menjalin hubungan akan membuat hubungan jadi lebih erat dan langgeng.

    Sebaliknya, jika kebutuhan seksual ini terabaikan, maka hubungan yang terjadi jadi tidak sehat.

    Menahan nafsu seks dan tidak mendapat kepuasaan dalam berhubungan ini membuat Anda makin menjauh dan akhirnya menghancurkan hubungan.

    pasangan berubah

    Lantas, harus bagaimana?

    Menahan nafsu seks terlalu lama memang tidak baik untuk kesehatan tubuh sekaligus hubungan yang Anda bangun.

    Kunci untuk menghindarinya adalah tidak menahan nafsu seks, namun memadamkan gejolak tersebut  dengan cara berikut ini, seperti:

    • Masturbasi. Kegiatan ini adalah cara alternatif untuk mendapatkan rangsangan seksual dengan menyentuh, meraba, atau memainkan organ intim sendiri.
    • Olahraga. Aktivitas fisik ini dapat mengalihkan diri Anda dari gejolak untuk melakukan hubungan intim.
    • Bicarakan dengan pasangan. Alih-alih memuaskan diri sendiri dengan melakukan masturbasi, coba pertimbangkan untuk membicarakan hal ini dengan pasangan. Meski tidak bisa secara langsung memeluk, mencium, atau mencumbu pasangan, teknologi canggih seperti telepon, chatting, video call bisa jadi media untuk melepaskan rasa kangen dan sayang Anda pada pasangan.
    • Lakukan konsultasi ke pakar seks. Tidak ada salahnya jika Anda mencoba untuk melakukan konsultasi pada psikolog atau seksolog. Mereka akan membantu Anda untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan