backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Coital Cephalgia, Sakit Kepala Saat Berhubungan Intim

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 13/11/2023

Coital Cephalgia, Sakit Kepala Saat Berhubungan Intim

Seks dengan pasangan seharusnya menjadi hal yang sangat menyenangkan. Tidak selalu berkaitan dengan kenikmatan saat orgasme, tetapi manfaat berhubungan intim juga bisa memperkuat ikatan hubungan dengan pasangan. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang bisa menikmati aktivitas fisik ini. Salah satunya para penderita coital cephalgia. 

Apa itu coital cephalgia? 

penderita diabetes sering sakit kepala

Coital cephalgia adalah gangguan atau serangan sakit kepala yang terjadi pada saat atau setelah melakukan hubungan seksual.

Serangan sakit kepala umumnya terjadi di dasar tengkorak akibat orgasme yang dipicu oleh aktivitas seksual, termasuk masturbasi.

Kondisi ini dikenal juga dengan istilah orgasmic cephalgiaorgasmic headachesex-related headachedsexual headaches atau primary headache with sexual activity (HSA).

Sakit kepala saat berhubungan intim biasanya dialami oleh pria. Namun, wanita juga bisa mengalami gangguan ini.

Apa tanda dan gejala coital cephalgia?

Penderita coital cephalgia sering kali menunjukkan rasa sakit kepala saat berhubungan intim dan juga berkaitan dengan aktivitas seksual yang dilakukannya.

Rasa sakit sering kali muncul dari dasar tengkorak dan menjalar ke bagian depan.

Biasanya rasa sakit ini timbul secara tiba-tiba atau bisa juga secara perlahan-lahan, kemudian memburuk selama aktivitas seksual atau masturbasi.

Rasa sakit muncul hampir berbarengan dengan orgasme dan berlangsung selama beberapa menit, jam, bahkan beberapa hari.

Coital cephalgia bisa digolongkan ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan lamanya serangan. Berikut masing-masing penjelasannya.

1. Coital cephalgia awal (early coital cephalgia)

Coital cephalgia awal merupakan jenis yang biasanya berlangsung singkat dengan intensitas dari sedang hingga berat.

Jenis yang pertama ini diduga memiliki keterkaitan dengan kontraksi otot di daerah sekitar kepala.

Hal ini diduga berhubungan dengan kontraksi berlebihan dari otot-otot kepala dan leher yang terjadi sebelum orgasme.

Maka dari itu, jenis ini sering kali ditandai dengan gejala pengencangan dan ketegangan otot, yang terkadang disertai nyeri tumpul.

Pada jenis ini, sakit kepala terjadi di bagian belakang mata dan servikal. Biasanya, rasa nyeri akan bertambah parah seiring dengan peningkatan gairah seksual.

2. Coital cephalgia orgasme (orgasmic coital cephalgia)

Coital cephalgia orgasme tergolong sakit kepala yang berat dan merupakan jenis yang paling umum terjadi ketimbang kasus sakit kepala terkait aktivitas seksual lainnya.

Penyebabnya diduga berkaitan dengan tekanan darah. Akan tetapi bila sakit kepala terus berlanjut ketika tekanan darah sudah kembali normal, kemungkinan besar ada faktor-faktor lain seperti menderita migrain.

Jenis ini bisa terjadi mendadak dan berlangsung kurang lebih 15—20 menit.

Bahkan dalam beberapa kasus, jenis yang kedua ini sering dan umum terjadi saat orgasme. Rasa sakit sering kali dirasakan di bagian oksipital atau belakang mata.

Namun, jenis yang kedua ini bisa dicegah dengan menunda ejakulasi atau orgasme.

3. Coital cephalgia terlambat (late coital cephalgia)

Coital cephalgia terlambat adalah serangan sakit kepala yang datang saat berdiri setelah melakukan hubungan seksual.

Sakit kepala jenis ini dihubungkan dengan tekanan cairan serebrospinal yang rendah.

Apa penyebab coital cephalgia?

facial pain bisa muncul akibat sakit kepala

Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor yang mungkin memicu sakit kepala saat atau setelah berhubungan intim meliputi berikut ini.

1. Vasodilatasi

Vasodilatasi, atau pelebaran pembuluh darah, dapat menjadi salah satu faktor penyebab sakit kepala saat berhubungan intim.

Ketika seseorang terlibat dalam aktivitas seksual, terutama selama orgasme, tubuh mengalami perubahan fisiologis, termasuk perubahan pada sistem peredaran darah.

Selama aktivitas seksual, terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang dapat meningkatkan aliran darah ke kepala.

Ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan sakit kepala.

2. Ketegangan otot

Aktivitas seksual dapat memicu ketegangan otot, terutama pada daerah leher, kepala, dan wajah. Hal ini bisa menjadi penyebab sakit kepala.

Ketegangan otot dapat terjadi akibat kecemasan atau stres yang berkaitan dengan aktivitas seksual atau faktor-faktor emosional lainnya.

Kecemasan atau stres yang berkaitan dengan aktivitas seksual atau faktor-faktor emosional lainnya bisa menimbulkan ketegangan otot.

Selain itu, beberapa posisi seks serta aktivitas seksual yang intens dapat memicu ketegangan otot tertentu dalam tubuh, terutama pada leher dan punggung bagian atas.

3. Perubahan hormonal

Perubahan hormon selama aktivitas seksual, terutama saat mencapai orgasme, dapat menimbulkan sakit kepala.

Aktivitas seksual yang intens atau kecemasan yang berkaitan dengan aktivitas seksual dapat meningkatkan kadar hormon stres, seperti kortisol.

Peningkatan hormon stres ini dapat memengaruhi sistem vaskular dan memicu pelebaran pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan sakit kepala.

Selain itu, selama orgasme, tubuh mengalami perubahan hormon seksual seperti peningkatan oksitosin dan prolaktin serta penurunan kadar dopamin.

Perubahan ini juga mungkin berperan dalam memicu sakit kepala saat berhubungan intim. Oksitosin, misalnya, dapat memengaruhi regulasi tekanan darah dan mempengaruhi pembuluh darah di kepala.

Apa saja faktor risiko coital cephalgia?

Coital cephalgia dapat menyerang pria maupun wanita. Namun, dilansir dari Mayo Clinic, kondisi ini lebih dominan menyerang pria dibandingkan wanita.

Gangguan sakit kepala saat seks ini bisa terjadi pada beberapa pria yang memiliki faktor-faktor risiko tinggi, seperti berikut ini.

  • Berat badan berlebih atau obesitas.
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Memiliki riwayat migrain.
  • Sering melakukan hubungan seksual dengan posisi berlutut.
  • Menggunakan obat amfetamin.
  • Sedang menjalani terapi disfungsi ereksi.

Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?

dokter andrologi di jakarta

Diagnosis coital cephalgia biasanya didasarkan pada riwayat gejala dan serangkaian tes medis yang dilakukan oleh dokter.

Awalnya, dokter akan melakukan tanya jawab untuk memeriksa gejala yang Anda alami secara lebih rinci.

Ini mencakup seberapa sering sakit kepala terjadi selama atau setelah aktivitas seksual, berapa lama gejalanya berlangsung, dan apakah ada gejala lain yang mungkin terkait.

Guna memastikan gejala, dokter mungkin akan meminta Anda untuk mencatat kapan dan bagaimana gejala terjadi.

Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi fisik Anda dan mencari tanda-tanda lain yang mungkin berkontribusi pada sakit kepala, seperti tekanan darah tinggi atau masalah neurologis.

Bila diperlukan, dokter mungkin akan melakukan tes penunjang untuk memastikan bahwa sakit kepala yang Anda alami tidak disebabkan oleh kondisi medis lain.

Pemeriksaan tersebut dapat meliputi berikut ini.

  • Pemindaian pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk memeriksa struktur otak.
  • Tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan faktor-faktor lain yang dapat menjadi pemicu.

Apa pengobatan untuk coital cephalgia?

Setelah diagnosis coital cephalgia ditegakkan, dokter akan menentukan rencana pengobatan yang sesuai.

Pengobatan untuk mengatasi sakit kepala saat berhubungan intim dapat berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya.

Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan.

1. Penggunaan obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan dapat digunakan untuk membantu mengatasi sakit kepala yang timbul setelah aktivitas seksual, di antaranya sebagai berikut.

  • Analgesik over-the-counter, misalnya ibuprofen atau aspirin.
  • Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti naproxen.
  • Triptan, untuk mengatasi migrain.

Bila diperlukan, obat beta-blocker atau obat penghambat kanal kalsium juga bisa diberikan untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

2. Terapi

Pada kasus yang lebih serius, metode terapi mungkin perlu dilakukan untuk membantu meredakan gejala. Berikut di antaranya.

  • Terapi perilaku kognitif, untuk mengurangi stres dan kecemasan yang mungkin memicu gejala.
  • Terapi fisik atau fisioterapi, untuk mengurangi ketegangan otot yang menyebabkan sakit kepala.

3. Perubahan gaya hidup

Untuk mengatasi sekaligus mencegah kondisi ini, sebaiknya hindari aktivitas seksual yang sangat intens. Cobalah posisi seksual yang lebih nyaman dan kurangi tekanan pada leher dan kepala.

Jika telah diketahui pemicu lainnya dari kondisi ini, seperti konsumsi alkohol atau makanan tertentu, usahakan juga untuk menghindarinya.

Kapan harus ke dokter?

Jika gejala coital cephalgia yang Anda alami sangat sering atau berat, segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan yang kompeten. Dokter dapat melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam dan meresepkan pengobatan yang sesuai. Penting untuk mengikuti anjuran dokter Anda dalam melakukan pengobatan coital cephalgia.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 13/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan