1. Persetujuan kedua pihak
Persetujuan adalah kunci penting dalam hubungan seksual, dan aspek ini menjadi lebih penting lagi dalam praktik BDSM. Baik bagi sang dominan maupun submisif, keduanya perlu memberikan persetujuan jelas dalam keadaan sadar sebelum melakukan kegiatan seksual apa pun.
Seperti jenis hubungan lainnya, BDSM juga tidak luput dari risiko. Kegiatan ini bisa saja menyebabkan kecelakaan, cedera, serta dampak psikologis seperti sakit hati dan stres setelah berhubungan intim. Persetujuan adalah unsur yang penting untuk mencegah berbagai efek tersebut.
Kekerasan seksual berbeda dengan BDSM karena tidak dilakukan dengan persetujuan dan hanya bertujuan untuk keuntungan pelaku. Tidak ada peran dominan ataupun submisif, justru yang ada hanyalah pihak pelaku dan korban.
2. Komunikasi dan aturan yang jelas
Hubungan BDSM melibatkan komunikasi dan aturan yang jelas. Tak jarang, pasangan yang menjalani BDSM bahkan memiliki aturan hitam di atas putih yang ditandatangani. Aturan inilah yang membuat praktik BDSM menjadi aman, sekalipun melibatkan aksi yang terkesan sadis.
BDSM dan kekerasan seksual amat berbeda karena pihak dominan maupun submisif sama-sama berhak mengutarakan keinginannya. Si submisif berhak ikut bernegosiasi saat menyusun aturan. Ia berhak menolak kegiatan seksual apa pun yang tidak disukainya atau membuatnya tidak nyaman.
Sementara itu, kekerasan seksual adalah tindakan tanpa aturan, negosiasi, ataupun komunikasi. Korban tidak berada dalam situasi yang aman dan nyaman, sebab tidak ada batasan maupun negosiasi sejak awal selayaknya hubungan BDSM.
3. Tujuan dari setiap tindakan
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar