Umumnya, hal ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam perkembangan otaknya sejak usia dini.
Gangguan perilaku pada remaja dapat memengaruhi pendidikan anak serta berisiko membuat ia terlibat dalam kenakalan remaja dan tindak kriminal.
3. Gangguan makan
Gangguan psikologis pada remaja juga bisa berupa gangguan makan (eating disorder). Tidak hanya pada usia remaja, kondisi ini juga bisa muncul pada dewasa muda.
Gejalanya ditandai dengan perilaku makan yang abnormal, misalnya menolak makan (anoreksia nervosa), keasyikan makan lalu memuntahkan (bulimia nervosa), atau makan terus menerus (binge-eating disorder).
Pada anoreksia dan bulimia, remaja merasa khawatir mengalami kenaikan berat badan sehingga mereka memaksa diri seperti memuntahkan makanannya.
Sementara pada binge-eating, anak justru tidak merasa khawatir akan berat badannya sehingga mereka mengalami obesitas.
4. Psikosis
Psikosis adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kontak dengan realita. Remaja yang menderita psikosis mungkin mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada.
Melansir situs Child Mind Institute, gejala kondisi ini dapat berupa halusinasi atau delusi. Pada kasus tertentu, gejala psikosis dapat berkembang menjadi skizofrenia.
Gangguan psikologis pada remaja ini dapat memengaruhi aktivitas anak sehari-hari, termasuk dalam bergaul bersama teman dan berinteraksi dengan anggota keluarga.
5. Bunuh diri dan menyakiti diri
Mengutip WHO, bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat pada remaja usia 15 sampai 19 tahun.
Faktor risiko gangguan psikologis ini pada remaja meliputi konsumsi alkohol, pelecehan di masa kanak-kanak, kesulitan mencari bantuan psikologis, serta tersedianya akses terhadap sarana bunuh diri.
Di samping itu, media juga berperan penting dalam mendorong atau menghalangi tindakan bunuh diri.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar