backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Scopophobia, Rasa Takut Berlebihan Saat Ditatap

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 14/12/2023

Mengenal Scopophobia, Rasa Takut Berlebihan Saat Ditatap

Ketakutan berlebihan terhadap objek, makhluk hidup, atau situasi tertentu yang dialami pengidap fobia terkadang sulit dijelaskan. Ini jugalah yang dirasakan oleh seseorang dengan scopophobia atau ketakutan terhadap tatapan.

Apa itu scopophobia?

Scopophobia adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal akan tatapan. Salah satu bentuk gangguan kecemasan ini bisa muncul dalam tingkat keparahan yang berbeda.

Merasa takut terhadap tatapan yang mengintimidasi ketika melakukan wawancara kerja atau berpidato di depan umum tentu merupakan hal yang wajar.

Namun, kondisi yang juga disebut scoptophobia ini bisa membuat seseorang ketakutan hanya dengan kontak mata biasa, seperti ketika berbincang dengan pasangan atau teman.

Alhasil, orang yang mengalaminya cenderung menghindari situasi yang mengharuskan mereka untuk berkontak mata dengan orang lain. Hal ini tentu dapat mengganggu kehidupan sosial.

Penting untuk segera menemui dokter atau psikolog. Pasalnya, rasa takut yang dialami oleh pengidap scopophobia cenderung memburuk bila tidak ditangani.

Tanda dan gejala scopophobia

takut akan penolakan, scopophobia

Scopophobia digolongkan sebagai gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder). 

Pengidapnya bisa mengalami gejala fisik dan psikis dalam bentuk yang berbeda-beda, sesuai tingkat keparahannya. Berikut adalah beberapa contoh gejalanya.

Gejala psikologis

Berikut ini adalah perubahan psikologis yang dialami seseorang dengan scopophobia.

  • Berusaha menjaga jarak atau menghindari sama sekali interaksi dengan orang lain.
  • Ketakutan dan kecemasan yang intens selama berada dalam situasi sosial.
  • Sulit fokus atau berkonsentrasi penuh setelah bersosialisasi.
  • Takut atau malu terhadap gejala fisik akibat gangguan kecemasan, seperti berkeringat, muka memerah, serta suara dan tubuh gemetar.
  • Khawatir berlebihan akan mempermalukan diri sendiri di depan orang lain.

Gangguan kecemasan sosial pada kaum muda

Sekitar 1 dari 3 orang (36%) kaum muda mengidap social anxiety disorder. Hal ini dijelaskan dalam sebuah studi terbitan jurnal PLOS One (2020) yang menyurvei 6.825 responden berusia 16–29 tahun dari tujuh negara, termasuk Indonesia.

Gejala fisik

Berikut ini adalah perubahan fisik yang dialami seseorang dengan scopophobia saat menerima tatapan.

  • Wajah memerah.
  • Detak jantung cepat.
  • Tubuh gemetar.
  • Otot tegang.
  • Berkeringat.
  • Sakit perut.
  • Mual.
  • Kesulitan mengatur pernapasan.
  • Pusing dan sakit kepala ringan.

Tidak semua pengidap gangguan ini mengalami gejala yang sama. Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang belum tercantum di atas.

Fobia terhadap tatapan juga membuat seseorang lebih rentan mengalami erythrophobia atau ketakutan berlebihan karena wajah memerah.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar tanda dan gejala scopophobia, konsultasikanlah dengan dokter atau psikolog untuk memperoleh informasi lebih lanjut.

Penyebab scopophobia

Sejauh ini, penyebab scopophobia belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, pada sebagian kasus, fobia dapat muncul setelah seseorang mengalami trauma psikologis.

Orang yang mengalami kecelakaan atau perundungan (bullying) pada masa kanak-kanak hingga remaja juga lebih berisiko memiliki fobia terhadap tatapan orang lain.

Selain itu, seseorang dengan epilepsi atau sindrom Tourette juga berpeluang lebih tinggi untuk memiliki scopophobia.

Kedua kondisi tersebut bisa menyebabkan gerak-gerik tubuh secara spontan. Gerak-gerik itulah yang bisa menarik perhatian orang lain sehingga membuat pengidapnya merasa tidak nyaman.

Diagnosis scopophobia

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala fobia terhadap tatapan, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau psikolog agar gangguan mental ini dapat teratasi dengan baik.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) tidak menjelaskan scopophobia secara spesifik. Namun, kondisi ini dapat didiagnosis sebagai gangguan kecemasan sosial.

Adapun, beberapa kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan sosial adalah sebagai berikut.

  • Takut atau cemas terhadap satu atau lebih situasi sosial yang mengharuskan adanya interaksi atau pengawasan dari orang lain.
  • Takut terhadap tindakan yang muncul akibat gejala kecemasan sehingga dinilai memalukan atau menyinggung orang lain.
  • Segala situasi sosial hampir selalu menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
  • Menghindari situasi sosial atau menghadapinya, tetapi dengan ketakutan dan kecemasan yang intens.
  • Ketakutan dan kecemasan yang muncul tidak sebanding dengan ancaman sebenarnya dari suatu situasi sosial.
  • Kecemasan, ketakutan, dan penghindaran berlangsung selama enam bulan atau lebih serta menyebabkan gangguan dalam kehidupan sosial.
  • Gejala yang timbul tidak disebabkan oleh penyalahgunaan obat atau zat adiktif lain.
  • Gejala tidak dapat dijelaskan oleh situasi maupun diagnosis lain.

Untuk memastikan diagnosis, pasien juga akan menjalani tes fisik dan wawancara. Ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang menimbulkan respons serupa scopophobia.

Cara mengobati scopophobia

Berbagai metode dapat dilakukan untuk mengobati fobia, termasuk scoptophobia. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

1. Psikoterapi

Terapi psikologis atau psikoterapi dapat digunakan untuk membantu menangani berbagai gangguan mental.

Dalam mengatasi fobia, psikolog Anda bisa memberikan terapi pemaparan dan terapi perilaku kognitif.

  • Terapi paparan (exposure therapy): menghadapkan pasien dengan kondisi yang menyebabkan fobia secara bertahap.
  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy): mengenali pola pikir dan perilaku negatif saat bereaksi terhadap pemicu kecemasan, lalu mengubahnya menjadi lebih positif.

2. Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan, termasuk obat penenang dan antidepresan, dapat mengatasi gejala kecemasan yang timbul saat menghadapi situasi sosial.

Meski efektif untuk mengurangi gejala yang timbul akibat scopophobia, penggunaan obat medis harus disesuaikan dengan izin dan resep dari dokter.

Scopophobia adalah kondisi yang dapat membatasi kehidupan sosial seseorang. Apabila tidak ditangani, kondisi ini akan mengganggu aktivitas dan produktivitas pengidapnya secara bertahap.

Oleh sebab itu, orang-orang yang mengalami gejalanya dianjurkan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 14/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan