backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Masalah Mental yang Dihadapi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 03/11/2022

    Masalah Mental yang Dihadapi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

    Dalam kehidupan bermasyarakat, orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ sering kali mendapatkan diskriminasi dan stigma sosial karena dianggap meresahkan. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat ODGJ sebenarnya membutuhkan penanganan yang tepat untuk menghadapi kondisi yang dialaminya.

    Mengenal lebih dalam apa itu ODGJ

    Orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ memiliki masalah pada kejiwaannya yang memengaruhi cara berpikir, berperilaku, serta emosinya dalam kehidupan sehari-hari.

    Kondisi tersebut menyebabkan penderitanya kesulitan menjalani hidup dengan normal, terutama dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah yang menyebabkan banyak orang sering mengalami kesalahpahaman, bahkan memperlakukan ODGJ dengan kurang tepat.

    Tak sedikit yang melabeli ODGJ dengan panggilan orang gila. Kondisi gangguan jiwa ini juga sering dikaitkan dengan hal berbau mistis sehingga penanganannya kerap tidak tepat.

    Perlakuan dan penanganan yang tidak tepat ini justru bisa berakibat buruk bagi kondisi pasien, bahkan memperparah penyakit yang dideritanya. Padahal, dengan pengobatan yang benar, kualitas hidup penderita gangguan jiwa akan lebih baik.

    Berbagai gangguan yang dialami ODGJ

    Berikut adalah beberapa jenis penyakit atau masalah mental yang diidap orang dengan gangguan jiwa:

    1. Gangguan kecemasan

    Rasa cemas adalah emosi yang wajar dan pasti pernah dirasakan oleh setiap orang. Perasaan ini biasanya muncul ketika harus dihadapkan dengan masalah tertentu atau mempersiapkan suatu hal yang besar.

    Biasanya, rasa cemas akan menghilang dengan sendirinya setelah faktor pemicu atau kejadiannya usai. Akan tetapi, ODGJ yang mengalami gangguan kecemasan akan mengalami rasa cemas secara intens dan terus-menerus.

    Gangguan kecemasan menyebabkan penderitanya sulit mengendalikan rasa cemas berlebih. Bahkan, kecemasan bisa muncul walaupun tidak ada pemicunya sama sekali.

    Rasa cemas yang dialami ODGJ biasanya diikuti dengan gejala fisik, seperti jantung berdebar, berkeringat, pusing, seperti akan pingsan, dan sulit fokus.

    Gangguan kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti gangguan kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, fobia, dan serangan panik.

    2. Post-traumatic stress disorder (PTSD)

    Seseorang yang pernah melewati atau melihat kejadian buruk dan tragedi, seperti bencana alam, kecelakaan, atau pelecehan seksual, dapat mengalami guncangan pada kejiwaannya. Kondisi ini disebut dengan post-traumatic stress disorder atau PTSD.

    PTSD menyebabkan ODGJ mengalami trauma berkepanjangan yang diikuti dengan gejala fisik ketika dihadapkan dengan pemicu traumanya, misalnya saat mendengar suara ledakan atau tidak sengaja disentuh di bagian tubuh tertentu.

    Tidak jarang penderita PTSD mengalami kilas balik akan peristiwa traumatis di masa lalunya. Saat memori tersebut muncul, penderita akan merasakan kesedihan, ketakutan, atau rasa asing dari orang-orang di sekitarnya.

    3. Depresi

    Depresi adalah salah satu masalah mental yang paling banyak ditemukan pada ODGJ. Berdasarkan data dari WHO, sekitar 280 juta orang di dunia mengalami depresi.

    Depresi adalah hal yang sulit dideteksi karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami masalah mental ini. Bahkan, sering kali depresi dianggap remeh sehingga hal ini justru memperparah kondisi penderitanya.

    Gangguan mental ini menyebabkan penderitanya mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan minat akan hal-hal yang disukai, dan merasa putus asa setidaknya selama 2 minggu berturut-turut.

    Selain itu, depresi juga berpotensi menimbulkan pikiran atau kecenderungan untuk bunuh diri pada penderitanya (suicidal). Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan yang intensif agar kondisi mental ODGJ yang mengalami depresi dapat membaik.

    4. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)

    Masalah mental lainnya yang kerap ditemukan pada ODGJ adalah gangguan obsesif kompulsif atau OCD. Penderita gangguan mental ini menunjukkan pola pikir obsesif yang mengacu pada perilaku berulang-ulang (repetitif).

    Jika pikiran obsesif tersebut diredam atau dihiraukan, penderitanya akan mengalami rasa cemas dan stres berlebih. Itulah mengapa penderita OCD harus melakukan tindakan tersebut terus-menerus untuk mengurangi rasa cemasnya.

    Beberapa contoh perilaku dan pikiran obsesif yang dialami penderita OCD adalah:

    • Selalu merasa takut terkena kuman atau debu sehingga harus cuci tangan secara berulang kali.
    • Merasa ragu dan khawatir berlebihan apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu rumah.
    • Merasa stres ketika melihat suatu benda tidak tertata rapi.
    • Membayangkan ingin menabrakkan mobil ke kerumunan orang.
    • Memiliki bayangan atau fantasi seks yang tidak wajar dan sulit dikendalikan.

    5. Gangguan bipolar

    Gangguan bipolar juga merupakan masalah mental yang bisa dialami ODGJ. Bipolar menyebabkan penderitanya mengalami perubahan suasana hati yang sangat cepat.

    Ada 2 jenis suasana hati yang dimiliki oleh pengidap bipolar, yaitu fase mania dan depresi. Fase mania ditandai dengan antusiasme tinggi, semangat yang menggebu-gebu, merasa terlampau bahagia, dan tidak bisa diam.

    Akan tetapi, saat penderita memasuki fase depresi, gejala-gejala depresi akan muncul. Perubahan suasana hati tersebut bisa memakan waktu beberapa jam, minggu, atau bulan.

    6. Skizofrenia

    Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang sangat serius dan memengaruhi cara berpikir, merasakan, serta berperilaku. ODGJ dengan skizofrenia sering kali mengalami gejala delusi, halusinasi, serta kecemasan atau ketakutan yang berlebih.

    Skizofrenia menyebabkan penderitanya merasakan, melihat, atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada di dunia nyata. Bila dibiarkan, penyakit ini bisa menghambat penderitanya berinteraksi dengan orang lain dan menjalani kehidupan normal.

    7. Gangguan kepribadian

    Gangguan kepribadian juga termasuk dalam masalah yang bisa dialami ODGJ. Apabila seseorang memiliki cara berpikir, merasa, dan berperilaku yang tidak lazim diterima norma umum dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, kondisi tersebut dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian.

    Ada 10 jenis gangguan kepribadian yang sejauh ini diketahui. Beberapa di antaranya adalah gangguan kepribadian antisosial, borderline personality disorder, dan gangguan narsistik. Beberapa orang bisa saja memiliki lebih dari 1 gangguan kepribadian.

    Cara yang tepat untuk menangani ODGJ

    Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki gangguan jiwa atau tidak, diperlukan pemeriksaan kejiwaan yang hanya boleh dilakukan oleh dokter atau psikiater.

    Diagnosis dari psikiater akan membantu menentukan jenis gangguan jiwa yang diderita serta tipe pengobatan yang sesuai. Umumnya, ODGJ dapat ditangani dengan metode-metode berikut:

    Obat-obatan medis

    Jenis obat yang diresepkan untuk ODGJ akan bergantung pada jenis gangguan jiwa yang diidapnya. Biasanya, gangguan yang terkait dengan suasana hati, seperti depresi atau bipolar, dapat ditangani dengan obat antidepresan.

    Ada beberapa jenis obat yang hanya perlu dikonsumsi dalam rentang waktu yang ditentukan dokter. Namun, ada kemungkinan pasien harus mengonsumsi obat seumur hidupnya.

    Psikoterapi

    Selain obat-obatan medis, ODGJ juga dapat menjalani psikoterapi yang dilakukan oleh psikolog dan psikiater. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengatasi masalah psikologis serta emosional yang dialami pasien.

    Psikoterapi adalah proses yang membantu pasien dalam mengenali kondisi yang dialaminya secara mendalam, serta membimbing mereka untuk menghadapi pikirannya dengan cara yang tepat.

    Apabila Anda atau orang-orang terdekat Anda menunjukkan tanda-tanda ODGJ, jangan ragu untuk mencari bantuan ke psikolog atau psikiater.

    Mulailah membuat perubahan dari diri sendiri dengan tidak mendiskriminasi atau menjauhi orang-orang dengan masalah mental. Berikan dukungan dan kepedulian agar pasien tahu bahwa ia tidak sendirian menghadapi penyakitnya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 03/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan