backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Menghadapi Krisis Identitas, Konflik Diri yang Bisa Dialami Remaja

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 19/09/2023

Menghadapi Krisis Identitas, Konflik Diri yang Bisa Dialami Remaja

Masa remaja adalah masa transisi yang dialami oleh anak ketika menuju proses pendewasaan. Pada masa ini, anak berisiko lebih besar mengalami krisis identitas yang bisa menyebabkan dirinya mempertanyakan nilai dan tujuan hidup. Jika Anda memiliki anak remaja, simak ulasan lengkap terkait krisis identitas pada remaja berikut ini.

Apa itu krisis identitas?

anak cemas

Krisis identitas atau identity crisis adalah sebuah konflik dalam diri yang bisa muncul dalam hidup.

Kemungkinan, ini membuat seseorang akan terus berpikir dan menyangkutpautkan keberadaan dirinya dengan kehidupan yang sedang dijalani.

Istilah identity crisis pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikoanalis sekaligus psikolog perkembangan bernama Erik Erikson.

Teori krisis identitas lahir karena Erikson percaya bahwa hal ini merupakan masalah kepribadian yang sering dihadapi banyak orang dalam hidupnya, terutama dalam tahap perkembangan remaja.

Proses pembentukan identitas pada remaja adalah salah satu bagian penting dari kehidupan seseorang.

Apalagi, identitas akan terus berkembang dan berubah selama menghadapi kondisi, situasi, maupun tantangan baru.

Dikutip dari Turkish Journal of Pediatrics, masa remaja merupakan masa di mana anak merasakan perubahan suasana hati yang tidak menentu.

Maka dari itu, anak cenderung menjadi lebih sensitif saat menghadapi suatu hal.

Anak yang mengalami krisis identitas bisa tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada Anda mengenai siapa saya sebenarnya? apa tujuan saya hidup?, atau apa manfaat yang bisa saya berikan dalam hidup?

Perlu Anda Ketahui

Sebenarnya, hal yang normal untuk mempertanyakan mengenai keberadaan dan kepentingan dalam hidup ini. Namun, ketika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah mulai masuk dan memengaruhi pikiran serta kehidupan, tandanya anak telah mengalami krisis identitas.

Apa ciri-ciri krisis identitas?

Krisis identitas pada remaja termasuk kondisi yang sulit dideteksi. Namun, ada beberapa hal yang kerap menjadi ciri utama yang bisa menandakan krisis identitas pada remaja, yakni sebagai berikut.

  • Selalu mempertanyakan mengenai siapa dirinya, yang kemudian berujung dengan mempertanyakan berbagai aspek kehidupan.
  • Pertanyaan melingkupi masalah sekolah, ketertarikan seksual, pasangan, keluarga, keyakinan, dan lain sebagainya.
  • Kemungkinan berdampak terhadap cara remaja melihat diri sendiri.
  • Pernah atau bahkan sering mengalami konflik batin karena pertanyaan-pertanyaan tersebut.
  • Adanya perubahan besar yang sadar atau tidak turut memengaruhi perasaan dan kehidupan pribadi.
  • Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong remaja untuk mencari tahu lebih dalam mengenai arti dan tujuan hidup.

Dalam keseharian, mungkin ada juga hal-hal yang dipikirkan oleh anak saat mengalami krisis identitas, sehingga membuatnya bingung harus melakukan apa.

Maka dari itu, peran Anda sebagai orangtua sangat dibutuhkan di sisi anak untuk mendampingi ketika kondisi ini terjadi.

Terlebih, masalah kepribadian ini tak jarang malah mengakibatkan dampak lainnya. Misalnya, stres hingga depresi pada remaja yang berkepanjangan.

Apa penyebab krisis identitas?

cara mengatasi kenakalan remaja

Krisis identitas bisa terjadi pada siapa pun, terlepas dari berapa usianya dan apa latar belakang kehidupannya.

Namun, banyak ahli berpendapat bahwa konflik dalam diri terkait identitas dan kehidupan biasanya hadir di kelompok usia remaja dan paruh baya.

Masa remaja merupakan transisi yang bisa dibilang cukup penting karena ada berbagai hal untuk dipelajari, seperti masa puber hingga perubahan fisik remaja.

Pada masa ini, ada kemungkinan anak akan merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri dengan hal tersebut.

Apalagi kalau ia tidak menghadapi masa adaptasi yang baik, maka bisa terjadi tahap awal krisis identitas pada remaja.

Mayoritas penyebab krisis identitas pada remaja berasal dari tekanan hidup dan masalah yang sedang dihadapi, sehingga mengakibatkan stres dan depresi.

Masalah pada remaja yang bisa menjadi pemicu terjadinya krisis identitas yang perlu diketahui orangtua, yaitu sebagai berikut.

Hampir semua masalah tersebut sedikit banyak dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk memengaruhi cara remaja melihat dan menilai diri sendiri.

Tahapan krisis identitas pada remaja

Tidak hanya Erikson, ada pula ahli teori James Marcia yang memperluas konsep krisis identitas.

Ia meyakini bahwa krisis identitas termasuk pada remaja merupakan pergolakan emosional.

Namun, perlu dipahami lagi bahwa keempat fase dari Marcia tidak mengasumsikan bahwa setiap remaja akan melewati setiap krisis.

Ada pula remaja yang hanya melewati satu atau dua identitas karena evaluasi serta pemahaman yang terjadi.

  • Diffusion. Terjadi ketika remaja merasa tidak perlu adanya komitmen atau identitas apa pun dalam hidupnya.
  • Forclosure. Terjadi ketika remaja merasa yakin sehingga tidak mengeksplorasi identitas lainnya lebih jauh.
  • Morotarium. Remaja secara aktif mengeksplorasi identitas, tetapi belum menentukan apa yang diinginkannya.
  • Achievement. Ketika remaja telah melalui tahap eksplorasi dan telah menentukan identitas diri.

Bagaimana cara mengatasi krisis identitas?

penyebab depresi

Menghadapi krisis identitas pada remaja memang butuh proses yang tidak singkat dan mudah.

Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, Anda bisa membantu anak mengendalikan dan meredakan masalah identitas yang ia alami.

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja, seperti berikut ini.

1. Hindari pikiran yang membuat anak stres

Orangtua perlu tahu bahwa kunci utama ketika anak mengalami krisis identitas adalah mampu melepaskan semua “beban” yang tertahan di pikiran dan diri terlebih dahulu.

Terkadang pendapat dan pandangan orang lain, termasuk dari orangtua, tanpa sadar bisa memengaruhi perilaku anak.

Oleh karena itu, hindari menghabiskan banyak waktu untuk berpikir mengenai hal-hal yang justru bisa menciutkan semangat anak dalam beraktivitas.

Ingat, setiap orang punya kemampuan dan keterbatasan masing-masing yang membedakannya dengan orang lain.

2. Bantu anak untuk menentukan hal yang ia sukai

Adanya tekanan sosial bisa membuat anak sulit menentukan apa yang ia inginkan.

Peran Anda sebagai orangtua sangat penting untuk menyemangati dan mendukung anak menemukan hal yang disukai dalam hidup.

Beberapa hal yang bisa anak Anda lakukan, misalnya bergabung dalam kegiatan sosial, menekuni hobi, atau ikut dalam komunitas tertentu yang lebih sesuai dengan kemampuan.

Tidak sekadar membuat diri menjadi lebih baik, cara tersebut setidaknya akan membantu remaja bisa melihat dari sudut pandang lain serta agar lebih bersyukur dalam hidupnya.

Berikan pemahaman bahwa ia tidak perlu mengikuti keinginan orang lain, tetapi bisa memilih hal yang sesuai dengan minatnya.

3. Berikan pertanyaan dibanding tuntutan

Pada masa ini, tekanan dari orangtua juga bisa memengaruhi perkembangan emosi remaja.

Oleh karena itu, Anda sebaiknya mulai dengan bertanya pada anak, misalnya “apa hal yang membuat kamu bahagia?” atau “apa saja pilihan sekolah yang kamu inginkan?”

Pertanyaan ini tidak hanya melatih remaja Anda mengungkapkan perasaan, tetapi juga bisa membuat ia merasa didukung dan juga didengarkan dengan baik.

4. Biasakan untuk mengambil keputusan bersama

Dalam beberapa kasus, hal lain yang bisa memperparah kondisi ini adalah ketika orangtua selalu tidak menyetujui apa yang diinginkan anak.

Keinginan orangtua tidak selalu sama dengan keinginan anak. Maka dari itu, berikan ia kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ia sukai. Dengarkan sudut pandang serta alasan yang dijelaskan olehnya.

Menjalani kegiatan baru serta menjalin pertemanan seluas-luasnya dapat dilakukan oleh anak ketika ia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga terdekat.

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, lambat laun energi positif dari lingkungan sekitar bisa membantu meredakan stres yang dialami oleh anak.

Pada akhirnya, krisis identitas pada remaja pun bisa membaik atau bahkan sembuh, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 19/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan