backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Depresi Berlarut-larut Ternyata Merusak Otak, Ini Faktanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/09/2023

    Depresi Berlarut-larut Ternyata Merusak Otak, Ini Faktanya

    Depresi merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan mental yang membuat pengidapnya sedih, kehilangan semangat, bahkan ingin bunuh diri. Tidak hanya itu, otak rupanya juga bisa mengalami kerusakan akibat depresi.

    Lantas, bagaimana bisa depresi merusak otak? Bagian otak mana saja yang akan terpengaruh dengan kondisi ini? Simak ulasan berikut untuk mengetahui jawabannya.

    Berbagai macam kerusakan otak akibat depresi

    Berbeda dengan rasa sedih yang biasanya hanya bersifat sementara, depresi merupakan masalah kejiwaan serius yang bahkan bisa merusak berbagai fungsi otak.

    Padahal, otak memiliki fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

    Oleh karena itu, penting untuk menangani depresi sedini mungkin sehingga berbagai komplikasi berikut dapat dicegah.

    1. Gangguan fungsi kognitif

    stres menyebabkan hipertensi

    Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Medicine menunjukkan bahwa pasien depresi memiliki penurunan berbagai fungsi kognitif, seperti kemampuan berpikir, berkonsentrasi, hingga berkomunikasi.

    Kondisi ini dapat terjadi karena depresi dapat merusak fungsi otak bagian depan atau lobus frontal.

    Bagian otak ini bertugas dalam mengontrol kemampuan kognitif pada setiap orang. Selain itu, otak depan juga berperan dalam menyimpan ingatan.

    2. Penurunan kemampuan neuroplastisitas

    Neuroplastisitas adalah kemampuan otak dalam membentuk koneksi saraf baru ketika menghadapi pengalaman baru dalam hidup.

    Sayangnya, kemampuan ini dapat terganggu saat seseorang mengalami depresi berat.

    Penurunan neuroplastisitas terjadi karena depresi dapat mempengaruhi produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF).

    BDNF adalah salah satu jenis protein yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan neuron (sel saraf) baru di dalam otak.

    Kondisi tersebut kemudian dapat menghambat perkembangan fungsi kognitif seseorang.

    3. Gangguan emosional

    Depresi yang tidak diatasi rupanya juga bisa merusak bagian amigdala pada otak.

    Bagian otak ini berfungsi dalam memproses emosi dan perencanaan perilaku seseorang saat menghadapi berbagai situasi.

    Akibat dari kerusakan otak tersebut, seseorang dengan depresi berat bisa mengalami kesulitan mengolah emosi saat menghadapi situasi tertentu.

    Kerusakan pada amigdala kemudian bisa menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan dalam mengontrol emosinya.

    Oleh karena itu, tidak heran jika depresi berat kerap membuat seseorang tiba-tiba marah, sedih, atau bahkan menangis tanpa alasan yang jelas.

    Itulah alasan mengapa gangguan fungsi amigdala erat kaitannya dengan gangguan kecemasan dan fobia sosial.

    4. Penurunan kemampuan mengingat

    Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Neural Plasticity menyebutkan bahwa depresi berat dapat menyebabkan atrofi hipokampus, yaitu kondisi ketika sel-sel otak di bagian hipokampus mengecil.

    Penyusutan sel-sel ini kemudian akan berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam menyimpan memori dan pengaturan emosi.

    Hal tersebut diduga terjadi karena depresi berat menghambat neurogenesis atau proses pembentukan sel saraf baru di otak.

    Selain itu, produksi hormon kortisol yang meningkat selama periode depresi juga mempengaruhi kinerja hipokampus dan semakin merusak otak.

    Tahukah Anda?

    Hipokampus juga berperan dalam membentuk perilaku bertahan hidup seperti makan dan reproduksi.
    Oleh karena itu, gangguan pada bagian otak ini juga bisa mengakibatkan terganggunya kemampuan tersebut.

    5. Penurunan kesadaran

    Beberapa studi telah menunjukkan bahwa depresi dapat menurunkan pasokan kadar oksigen di dalam tubuh atau hipoksia.

    Karena otak sangat sensitif terhadap keberadaan oksigen, hipoksia juga dapat memengaruhi otak dan bahkan menyebabkan peradangan di dalamnya.

    Tidak hanya meradang, otak yang kekurangan pasokan oksigen dan darah juga bisa mengalami kematian sel.

    Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat seseorang mengalami penurunan kesadaran atau bahkan kematian.

    6. Perubahan struktural dan jaringan otak

    Salah satu dampak dari depresi yang tidak ditangani adalah kerusakan konektivitas saraf di dalam otak, khususnya pada bagian hipokampus dan korteks prefrontal.

    Akibat dari kondisi tersebut, pasien depresi bisa mengalami gangguan fungsi memori dan kehilangan kemampuan untuk fokus.

    Selain melalui pengamatan perubahan perilaku, kerusakan ini mungkin baru bisa diketahui melalui tes pencitraan seperti CT (computed tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging).

    7. Penuaan dini pada otak

    Depresi dapat merusak otak dengan cara mengganggu kemampuannya dalam regenerasi dan perbaikan jaringan dan sel yang rusak. Kondisi ini kemudian dapat membuat otak lebih cepat menua.

    Otak yang menua berarti bahwa fungsi otak Anda akan seperti orang-orang yang berusia lebih tua.

    Jika dibiarkan, kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya pikun atau demensia meski usia Anda masih belum terlalu tua.

    Dengan berbagai risiko kerusakan otak akibat depresi, penting untuk menyadari gejala depresi sedini mungkin.

    Jangan pernah malu untuk periksa ke psikolog jika khawatir dengan kondisi kesehatan mental Anda. Perlu diingat bahwa kesehatan mental dan fisik sama pentingnya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan