Kecemasan dan kesedihan bukanlah fenomena baru di kalangan anak remaja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan signifikan dalam kasus remaja atau orang muda berusia 12 – 20 tahun yang tercatat mengalami depresi berat.
Ditulis oleh dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ · Psikiatri · None
Kecemasan dan kesedihan bukanlah fenomena baru di kalangan anak remaja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan signifikan dalam kasus remaja atau orang muda berusia 12 – 20 tahun yang tercatat mengalami depresi berat.
Apa yang menyebabkan peningkatan kasus depresi pada remaja dan bagaimana mencegahnya?
Terdapat beberapa hal yang sebenarnya menjadi pencetus kasus depresi pada remaja yang meningkat. Berikut daftarnya.
Sebelum tahun 1980, para profesional kesehatan jiwa ragu dalam menegakkan diagnosa depresi pada remaja. Hal ini karena saat itu perubahan mood pada usia remaja masih dianggap hal yang wajar.
Sehingga memungkinkan remaja yang sebetulnya mengalami depresi jadi tidak tertangani dengan baik karena dianggap mengalami perubahan suasana hati yang wajar.
Saat ini, kami para profesional kesehatan jiwa, sudah memiliki kriteria yang lebih jelas untuk menegakkan diagnosa depresi pada remaja. Perkembangan ilmu ini yang membuat catatan angka kejadian meningkat.
Remaja era milenium terhubung dengan internet dan media sosial hampir setiap saat. Interaksi dengan internet dapat menimbulkan beberapa efek negatif pada kondisi perkembangan psikologis remaja.
Salah satu yang paling kentara adalah pemikiran yang menganggap dirinya berharga berdasarkan komentar dan jumlah likes yang remaja dapatkan di media sosial.
Salah satu faktor stres yang dihadapi generasi masa kini ialah tumbuh dalam ketidakpastian atau waktu yang tidak menentu. Tak cuma ketidakpastian akan masa depan tapi juga ketakutan dan perasaan tidak aman.
Anak merasa kapan pun dapat terjadi hal buruk seperti perundungan (bullying), kecelakaan, kasus perampokan, pemanasan global, dll. Kondisi seperti ini sangat memengaruhi kondisi depresi pada remaja.
Belum lagi pandemi COVID-19 yang juga dapat memberi kesan bahwa dunia bukanlah tempat yang aman bagi remaja dan masa depannya. Kondisi saat ini semakin meningkatkan kecemasannya yang sudah tinggi.
Kurangnya kuantitas dan kualitas tidur banyak dialami oleh remaja saat ini. Penyebabnya adalah banyaknya tugas dan aktivitas berselancar di internet yang tidak bisa dikendalikan.
Tidur yang kurang akan berdampak pada kondisi fisik dan psikologis remaja.
Hidup di zaman yang serba cepat dan penuh stres tentunya tidak mudah. Sayangnya, saat ini kurang komunitas positif dan suportif untuk perkembangan kesehatan jiwa remaja.
Kondisi kurangnya komunitas pendukung ini berdampak pada mudahnya depresi terjadi terutama bagi mereka yang kurang memiliki dukungan dari orang-orang terdekat seperti orangtua, keluarga, dan guru.
Hal penting yang perlu digarisbawahi adalah orangtua perlu menyadari bahwa kesehatan mental remaja sama pentingnya dengan kesehatan fisiknya.
Sebagai orangtua, tentu kita sangat memperhatikan kesehatan buah hati. Membawanya ke dokter dan memberikan obat ketika anak demam, batuk, dan semacamnya. Tapi, sudahkah kita sebagai orangtua peduli terhadap kesehatan jiwa anak?
Gejala depresi pada anak remaja sering kali tersembunyi. Karena itu, marilah untuk lebih perhatian dalam melihat perubahan-perubahan kecil.
Ketika muncul gejala-gejala depresi pada anak remaja, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikolog atau psikiater, perawat jiwa, atau dokter umum terlatih untuk segera mendapat pertolongan.
Mengenali gejala depresi membantu orangtua melakukan pencegahan ataupun deteksi dini agar bisa dilakukan penanganan dengan segera.
Menurut buku manual diagnosa kesehatan jiwa DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), depresi pada anak remaja memiliki tanda dan gejala sebagai berikut.
Seorang remaja bisa dikatakan mengalami depresi jika mengalami gejala-gejala di atas yang berlangsung selama setidaknya 2 minggu berturut turut.
Semua gejala tersebut dapat mengganggu kehidupan sehari hari di sekolah, lingkungan sosial, dan keluarga.
Depresi pada anak remaja dapat dicegah dengan melakukan pola asuh yang tepat untuk mendukung kondisi mental anak. Berikut daftar pencegahan yang bisa dilakukan orangtua terhadap anak remajanya.
Orangtua pasti ingin anaknya memiliki prestasi gemilang dan nilai bagus di sekolah. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa kesehatan jiwa anak jauh lebih penting dari itu semua.
Kita perlu berhenti menganggap bahwa kasus depresi pada remaja hanya sesuatu yang dibuat-buat atau usaha ia mencari perhatian.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar