backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Claustrophobia (Fobia Ruang Sempit)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui kemarin

Claustrophobia (Fobia Ruang Sempit)

Pernahkah Anda merasa takut saat berada di dalam ruang sempit, seperti elevator atau terowongan? Jika rasa takut yang dialami cukup intens, Anda mungkin memiliki kondisi yang disebut claustrophobia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fobia satu ini, simak ulasan berikut.

Apa itu claustrophobia?

Claustrophobia atau klaustrofobia adalah jenis fobia yang ditandai dengan rasa takut, cemas, dan khawatir berlebihan saat berada di ruang sempit.

Beberapa tempat yang terasa menakutkan bagi seseorang dengan claustrophobia adalah lift, terowongan, kereta bawah tanah, hingga toilet umum.

Tak hanya ketika berada di dalam ruangan sempit, seseorang dengan jenis gangguan kecemasan sering kali ketakutan hanya dengan memikirkannya.

Seseorang bisa dinilai memiliki claustrophobia ketika merasakan kecemasan terhadap ruang tertutup selama setidaknya enam bulan.

Tanda dan gejala claustrophobia

Serangan panik merupakan gejala yang paling sering muncul pada seseorang ketika menghadapi fobianya.

Dalam kondisi ini, mereka sebenarnya sadar bahwa ketakutan yang dirasakan tidak masuk akal, tetapi tetap tidak bisa menghindarinya

Selain kecemasan yang luar biasa, serangan panik pada seseorang dengan fobia juga bisa menimbulkan gejala fisik seperti berikut.

  • Berkeringat.
  • Tubuh mendadak panas atau kedinginan.
  • Sesak napas.
  • Denyut jantung cepat.
  • Mual.
  • Gemetar.
  • Nyeri dada.
  • Sakit kepala dan pusing.
  • Perasaan ingin pingsan.
  • Mati rasa atau kesemutan.
  • Mulut kering.
  • Keinginan untuk pergi ke toilet.
  • Telinga berdengung.
  • Bingung atau disorientasi.

Tak jarang, fobia juga membuat seseorang takut kehilangan nyawanya. Sebagai contoh, claustrophobia akan membuat seseorang berpikir bahwa lift yang dinaikinya akan terjatuh.

Gejala fobia biasanya muncul selama 5–30 menit. Dengan begitu, tak heran jika kondisi ini membuat seseorang yang mengalaminya tersiksa.

Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan rasa takut atau cemas yang dirasakan seseorang dengan fobia.

Apa penyebab claustrophobia?

Sampai saat ini, penyebab fobia belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini biasanya berasal dari peristiwa traumatis, terutama yang dialami selama masa kanak-kanak.

Berikut adalah beberapa kejadian traumatis yang dinilai bisa menyebabkan claustrophobia.

  • Terjebak di dalam ruang tertutup untuk waktu yang lama.
  • Pernah menjadi korban perundungan atau kekerasan.
  • Terjebak turbulensi parah di pesawat terbang.
  • Terjebak di terowongan saat berkendara.

Selain itu, seseorang yang memiliki keluarga dengan claustrophobia atau jenis fobia lainnya juga dinilai lebih berisiko mengalami kondisi ini.

Bagaimana cara mengatasi claustrophobia?

Dengan perawatan yang tepat, semua jenis fobia bisa disembuhkan. Oleh karena itu, jangan malu untuk mencari pertolongan medis ketika Anda tidak bisa mengendalikan gejala fobia.

Berbekal kemauan yang kuat, berikut adalah beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengatasi claustrophobia.

1. Flooding

psikoterapi

Laman Better Health Channel menyebutkan bahwa terapi flooding merupakan salah satu cara untuk mengatasi klaustrofobia.

Saat menjalani terapi ini, pasien akan diminta untuk berada di dalam ruangan sempit yang menjadi pemicu dari perasaan takut dan serangan panik.

Anda akan diminta untuk terus berada di dalam ruangan tersebut sampai serangan panik berakhir.

Tujuan dari metode ini adalah menyadarkan pasien bahwa ruangan sempit tidak akan menimbulkan bahaya atau menyakitinya.

2. Counter-conditioning

Jika pasien merasa belum mampu menjalani terapi flooding, metode lain yang patut untuk dicoba adalah counter-conditioning.

Pada metode ini, terapis akan mengajarkan pasien untuk membayangkan atau melakukan sesuatu yang menyenangkan saat bertemu pemicu fobia.

Dengan begitu, diharapkan bahwa pasien bisa mengasosiasikan situasi yang sebelumnya menakutkan menjadi lebih menyenangkan.

Metode ini dianggap berhasil jika pasien mampu menghadapi situasi yang menyebabkan fobia tanpa merasa cemas atau khawatir.

3. Modelling 

Sesuai namanya, modelling dilakukan dengan cara memberikan contoh kepada pasien tentang bagaimana cara menghadapi rasa takut saat berada di situasi yang memicu klaustrofobia.

Setelah itu, pasien akan diminta meniru cara tersebut dengan rasa percaya diri yang sama.

Lalu, pasien akan diminta untuk meniru cara yang dilakukan orang dalam contoh saat menghadapi pemicu dari klaustrofobia yang dialaminya. Pasien juga akan didorong untuk tetap percaya diri, sama seperti contoh, saat melakukannya.

4. Cognitive behavioral therapy (CBT)

Saat menjalani terapi CBT, seseorang dengan claustrophobia akan diminta untuk mengubah pola pikirnya sehingga bisa memberikan respon yang berbeda ketika berada di ruang sempit.

Selain itu, terapis biasanya juga mengajarkan beberapa cara untuk menyalurkan stres, seperti olahraga, menulis buku harian, hingga latihan pernapasan.

5. Penggunaan obat-obatan

Selain terapi, seseorang dengan gangguan mental ini juga bisa menerima perawatan menggunakan obat-obatan.

Namun, pengobatan ini tidak bertujuan menyembuhkan rasa takut, melainkan meredakan gejala yang menyertai.

Sebagai contoh, dokter bisa memberikan antidepresan untuk mengurangi kecemasan. Selain itu, ada pula beta blocker untuk mengatasi masalah pada jantung.

Meski bagi beberapa orang ruangan sempit terasa biasa saja, Anda tidak perlu malu jika merasa sangat ketakutan ketika berada di dalamnya.

Namun, demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, Anda sebaiknya tetap menerima perawatan. Pasalnya, fobia mungkin membuat Anda harus menghindari kondisi tertentu yang sebenarnya Anda butuhkan.

Kesimpulan

  • Claustrophobia adalah fobia yang ditandai dengan rasa takut terhadap ruang sempit, seperti lift, kamar mandi, dan terowongan.
  • Serangan panik adalah gejala umum klaustrofobia. Kondisi ini juga kerap disertai gejala fisik, seperti keringat dingin, mual, gemetar, hingga disorientasi.
  • Penyebab claustrophobia adalah peristiwa traumatis, terutama selama masa kanak-kanak, seperti terjebak di terowongan dan korban perundungan.
  • Klaustrofobia bisa diatasi dengan psikoterapi flooding, counter-conditioning, modelling, dan CBT.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Annisa Hapsari · Tanggal diperbarui kemarin

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan