backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Anda Seorang Workaholic? Awas, Ini Efek Negatifnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 20/01/2023

Anda Seorang Workaholic? Awas, Ini Efek Negatifnya

Bagi orang dewasa, sebagian besar waktunya memang akan habis dengan bekerja. Namun, bukan berarti Anda harus menjadi orang yang gila kerja alias workaholic.

Beberapa orang mungkin menganggap workaholic sama dengan pekerja keras, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.

Apa itu workaholic?

Workaholic atau gila kerja adalah istilah untuk menggambarkan seseorang dengan keinginan yang tidak terkendali untuk bekerja tanpa henti.

Istilah ini pertama kali diciptakan pada 1971 oleh Wayne Oates, seorang psikolog asal Amerika Serikat.

Meski tidak termasuk dalam gangguan jiwa, workaholic bukan merupakan kondisi yang patut disepelekan.

Pasalnya, seseorang yang sudah gila kerja bisa mengalami beberapa masalah lainnya, termasuk gangguan kesehatan.

Istilah workaholic kerap disamakan dengan alcoholic atau kecanduan alkohol. Ini lantaran keduanya bukan merupakan istilah medis, tetapi sama-sama bisa membahayakan kesehatan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa workaholic berbeda dengan pekerja keras.

Dikutip dari laman American Psychological Association, seorang pekerja keras melakukan pekerjaan karena ia memang menyukainya.

Sementara itu, seorang workaholic bekerja terus-menerus karena adanya gangguan kecemasan atau rasa bersalah jika tidak bekerja.

Tanda-tanda seorang workaholic

workaholic adalah

Orang-orang workaholic mungkin tidak menyadari kondisinyaMereka mungkin juga tenggelam dalam “budaya gila kerja” atau yang lebih dikenal sebagai hustle culture.

Untuk mengetahui apakah Anda salah satu di antaranya, cobalah untuk melihat beberapa ciri workaholic berikut.

  • Kesibukan meningkat tanpa adanya peningkatan produktivitas.
  • Terobsesi untuk bekerja lebih lama dan lebih banyak.
  • Tidak merasa puas dengan pekerjaan yang sudah dihasilkan.
  • Bekerja untuk mengurangi perasaan bersalah, depresi, cemas berlebih, atau putus asa.
  • Mengabaikan saran dari orang lain untuk mengurangi pekerjaan.
  • Memiliki masalah pribadi dengan keluarga atau orang-orang terdekat karena terlalu sibuk bekerja.
  • Penurunan kesehatan akibat pekerjaan yang membuat stres.
  • Menggunakan pekerjaan sebagai pelarian diri akan suatu masalah.
  • Merasa tertekan apabila tidak bekerja

Singkatnya, seorang penggila kerja akan menghabiskan banyak waktu untuk bekerja. Namun, mereka tidak memiliki kepuasan terhadap hasil maupun proses saat menjalankannya.

Penyebab seseorang menjadi workaholic

Terdapat banyak faktor yang bisa menjadi penyebab gila kerja. Kebanyakan memang berasal dari pola pikir orang itu sendiri. Berikut merupakan beberapa contohnya.

1. Mengalami sindrom impostor

Seseorang yang mengalami sindrom impostor akan merasa bahwa dirinya tidak layak mendapat pekerjaan atau kesuksesan yang telah dimiliki.

Oleh karena itu, mereka akan berusaha bekerja secara terus-menerus untuk melindungi kariernya saat ini.

Seorang impostor selalu merasa waswas atas apa yang telah mereka miliki, padahal atasan mereka mungkin tidak berpikir seperti itu.

2. Menganggap bahwa menjadi workaholic itu hebat

Ketika melakukan sesuatu yang berbahaya, tidak sedikit orang yang berpikir bahwa mereka telah melakukan hal yang hebat.

Contohnya saat Anda menyetir motor sambil bermain telepon genggam. Padahal, itu sebenarnya merupakan hal yang sebaiknya tidak dilakukan.

Hal serupa juga terjadi pada para pecandu kerja. Mereka berpikir bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja, semakin hebat pula dirinya.

3. Terbiasa dengan banyak pekerjaan

Seseorang yang terbiasa menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja akan merasa cemas jika suatu waktu ia tidak bekerja.

Sayangnya, banyak yang mengartikan bahwa rasa cemas ini menandakan bahwa mereka harus kembali bekerja.

Contoh yang paling mudah yakni ketika Anda merasa cemas pada akhir pekan tanpa memegang pekerjaan, padahal tidak ada salahnya untuk istirahat yang cukup pada waktu tersebut.

4. Mengulur waktu untuk istirahat

Kebanyakan orang yang gila kerja terlalu lama berpikir untuk mengambil waktu istirahat atau menggunakan cuti.

Oasalnya, mereka berpikir bahwa waktu yang digunakan untuk istirahat akan membuat pekerjaan semakin menumpuk.

Padahal dengan istirahat, Anda justru bisa kembali mendapatkan energi dan semangat untuk kembali bekerja dengan lebih produktif.

Dampak menjadi seorang workaholic

Meski Anda mungkin mendapat penghargaan lebih karena bekerja sampai lupa waktu, ingatlah bahwa tidak ada hal yang baik jika dilakukan secara berlebihan.

Jika Anda terus melakukannya, berikut merupakan dampak yang mungkin Anda rasakan dari menjadi seorang workaholic.

  • Meningkatkan risiko gangguan mental, seperti depresi.
  • Peningkatan tekanan darah karena terlalu banyak mengonsumsi kafein.
  • Mengurangi kinerja otak karena kurang tidur.
  • Hubungan dengan orang sekitar memburuk.
  • Tidak pernah sempat olahraga sebelum bekerja.
  • Pola makan menjadi tidak teratur.
  • Awalnya, menjadi workaholic mungkin hanya mengubah kebiasaan sehari-hari Anda, seperti pola tidur dan waktu makan.

    Namun, jika dibiarkan terus menerus, kebiasaan tersebut akan membawa Anda ke berbagai masalah kesehatan yang lebih serius.

    Cara mengatasi kebiasaan gila kerja

    Cara mengatasi kebiasaan gila kerja

    Berhenti menjadi seorang workaholic bukanlah hal yang mudah, sebab Anda mungkin merasa cemas saat harus meninggalkan kebiasaan bekerja tanpa mengenal waktu tersebut.

    Meski begitu, Anda tetap perlu mencobanya untuk meraih produktivitas yang lebih baik dan menjaga keseimbangan antara hidup dan pekerjaan.

    Dilansir dari laman Cleveland Clinic, berikut merupakan cara-cara sederhana untuk menghentikan kecanduan kerja.

    1. Menetapkan batasan

    Cobalah untuk menetapkan jam kerja Anda dan pekerjaan apa saja yang harus selesai hari ini.

    Selain itu, jangan lupa untuk menentukan waktu istirahat dan ingatlah bahwa istirahat tidak akan membuat pekerjaan Anda bertambah banyak.

    Menetapkan batasan juga berlaku untuk apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan Anda.

    Cobalah untuk mengatakan tidak untuk tugas lain yang bukan menjadi kewajiban Anda. Terlebih jika pekerjaan Anda sendiri saja belum selesai.

    2. Jangan merasa bersalah

    Beberapa orang sulit menghalau rasa bersalah saat tidak sedang bekerja, padahal mengambil waktu jeda saat bekerja merupakan hal yang wajar.

    Anda sebaiknya juga memahami bahwa kecemasan yang muncul ketika sedang tidak bekerja hanya bersifat sementara. Kondisi tersebut bukanlah sinyal yang menyuruh Anda untuk kembali bekerja.

    3. Tuliskan hal-hal yang berharga dalam hidup

    Bekerja bukanlah satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan dalam hidup. Oleh karena itu, sebaiknya Anda tidak melakukannya secara berlebihan.

    Sebagai gantinya, cobalah untuk melakukan hal lain yang berharga seperti hobi pereda stres atau berwisata. Setelah itu, Anda bisa menyadari bahwa ada hal lain yang bisa Anda lakukan selain bekerja.

    Akan tetapi, jika cara tersebut tidak membantu dan kondisi Anda tidak membaik, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan seperti psikolog.

    Semua tentang workaholic

    • Tidak sama dengan pekerja keras, sebab seorang workaholic tidak merasa senang saat melakukan pekerjaannya.
    • Sebagian besar penyebabnya berkaitan dengan pola pikir, misalnya menganggap bahwa gila kerja adalah hal yang hebat.
    • Meski tidak berdampak secara langsung, workaholic bisa menyebabkan beberapa penyakit jika dibiarkan.
    • Menjadi workaholic akan membuat Anda melupakan kehidupan, termasuk dengan orang-orang sekitar.
    • Mulai atasi gila kerja dengan menetapkan batasan beban kerja Anda setiap harinya dan mengatur waktu istirahat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 20/01/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan