backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Memahami Body Shaming, Perilaku Mengejek Fisik Orang Lain

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/01/2023

Memahami Body Shaming, Perilaku Mengejek Fisik Orang Lain

“Kamu ngemil terus? Nggak mau coba diet biar kurusan?” Anda tentu pernah mendengar atau bahkan secara tidak sadar mengucapkannya kepada orang lain. Meski niatnya baik, ini justru pertanda Anda melakukan body shaming, lho!

Apa itu body shaming?

Body shaming adalah suatu perilaku mengkritik atau mengomentari fisik tubuh sendiri maupun orang lain dengan cara yang negatif. 

Perilaku ini bisa dilakukan dengan mengatakan bahwa tubuh seseorang gendut, kurus, pendek, atau tinggi. Ini sama seperti saat seseorang melakukan bullying alias perundungan secara verbal.

Bukan cuma bikin minder, korban akan menarik diri karena malu dengan citra tubuh yang dimilikinya. Mereka juga menghindari keramaian untuk menenangkan diri. 

Perundungan terhadap fisik ini tidak hanya dialami wanita, pria juga dapat merasakannya.

Sebuah survei yang diterbitkan dalam International Journal of Community Medicine and Public Health (2020) melakukan pengujian pada 800 siswa dari kelas 9 sampai kelas 12.

Dari jumlah tersebut, terdapat 359 siswa (44,9%) yang menjawab pernah mengalami body shaming setidaknya sebanyak satu kali dalam satu tahun ke belakang.

Ciri-ciri body shaming kepada orang lain

Ciri-ciri body shaming

Saat mengucapkan perkataan yang menyinggung fisik, Anda mungkin berniat baik agar teman Anda dapat terlihat lebih ramping, singset, dan bertubuh ideal. 

Bagaimanapun, perundungan pada bentuk fisik merupakan tindakan buruk yang tanpa disadari mengikis kepercayaan orang lain pada diri Anda.

Sering kali tidak disadari, berikut ini merupakan ciri-ciri body shaming yang patut diperhatikan.

1. Menganggap tubuhnya paling gemuk, padahal kenyataannya tidak

Anda mungkin sering tidak sadar membanding-bandingkan tubuh sendiri dengan orang lain. 

Kendati terkesan sepele, hal ini bisa membuat beberapa orang sangat cemas. Karena komentar tersebut, orang lain bisa saja merasa bahwa dirinya sangat gemuk meski sebenarnya tubuhnya terbilang ideal.

Komentar ini pun bisa jadi sangat menyakitkan bagi orang lain. Jika Anda melakukannya, hal ini dapat mempermalukan teman Anda yang berat badannya berlebih, lho!

2. Menyuruh orang lain berolahraga agar kurus

“Sudah coba zumba belum? Cobain, deh. Bisa bikin cepat kurus, lho!” Pernah mengatakan hal ini pada orang lain? Jika iya, berarti Anda baru saja melakukan body shaming.

Anda mungkin mengira bahwa ucapan ini hanyalah upaya untuk memberikan informasi penting yang patut dicoba oleh orang lain. 

Padahal, bisa jadi teman Anda malah tersinggung dan menganggap diri Anda menyuruhnya olahraga karena tubuhnya gemuk.

3. Senang membandingkan tubuh orang lain

Salah satu ciri Anda melakukan body shaming ialah menganggap tubuh sendiri paling ideal di antara teman-teman. 

Secara tidak sadar, Anda sedang membandingkan tubuh diri sendiri dengan orang lain yang lebih gemuk atau lebih kurus dibandingkan Anda. 

Perilaku membanding-membandingkan ini sebaiknya dihindari, apalagi jika Anda sampai menganggap diri Anda telah sukses hidup sehat, sedangkan yang lain tidak.

4. Mengomentari makanan orang lain

“Kamu kok makan junk food? Junk food bikin gemuk, lho! Ganti sayur saja, gih.” Kebiasaan ini sering kali menyakiti perasaan orang lain, terlebih bila dikatakan dalam momen makan bersama.

Apalagi kalau Anda sampai menyuruhnya diet. Berhati-hatilah, sebab Anda baru saja melakukan body shaming terhadap teman Anda.

Dampak body shaming bagi kesehatan mental

Dampak body shaming

Secara umum, body shaming menimbulkan dampak buruk untuk kesehatan mental korbannya.

Sebuah studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2018) meneliti mengenai dampak body shaming pada 1.443 mahasiswa tahun pertama.

Diketahui bahwa remaja yang dipermalukan fisiknya menunjukkan gejala depresi sepanjang tahun. Kasusnya pun meningkat signifikan pada remaja yang kelebihan berat badan.

Citra tubuh yang negatif ini juga menjadi faktor risiko utama dari munculnya gangguan makan, seperti anoreksia, bulimia, atau binge eating.

Seseorang akan mengurangi atau menambah diet mereka secara ekstrem agar bisa mengubah bentuk atau ukuran tubuh jadi lebih “ideal”.

Tak hanya depresi dan gangguan makan, perilaku ini juga bisa menimbulkan gangguan mental lainnya, meliputi:

  • kecemasan,
  • gangguan dismorfik tubuh,
  • tingkat percaya diri yang lebih rendah,
  • menyakiti diri sendiri hingga muncul keinginan bunuh diri, dan
  • kualitas hidup yang lebih buruk karena ketidakpuasan tubuh.

Bagaimana cara menghadapi body shaming?

Seperti bentuk bullying lainnya, body shaming akan selalu ada kecuali Anda membela diri dengan cara yang positif dan sehat.

Apabila ada seseorang yang mengkritik bentuk tubuh Anda atau orang lain di sekitar, sebaiknya tetap tenang dan cobalah untuk mengalihkan topik pembicaraan.

Penting untuk mempraktikkan langkah-langkah untuk mencintai diri sendiri. Selain itu, usahakan untuk tidak membiarkan komentar negatif mengganggu Anda. 

Sementara ketika menyaksikan body shaming di media sosial, Anda bisa melaporkannya dan menandainya sebagai konten yang tidak pantas.

Jika Anda kerap merasa terganggu saat menjadi korban atau bahkan pelaku, pertimbangkan untuk meminta bantuan psikolog agar Anda bisa mengontrol kondisi ini.

Kesimpulan

  • Body shaming merupakan suatu perilaku perundungan atau bullying secara verbal.
  • Perilaku ini ditandai dengan mengkritik atau mengomentari fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain, dengan cara yang negatif.
  • Korban perundungan fisik ini berisiko mengalami gangguan kesehatan mental, mulai dari depresi, kecemasan, hingga gangguan makan.
  • Apabila Anda merasa kesulitan untuk menghadapi body shaming, jangan ragu untuk melakukan konsultasi psikologi.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/01/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan