backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Avoidant Personality Disorder

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 14/09/2023

    Avoidant Personality Disorder

    Sebagian besar orang pernah mengalami fase ketika mereka memiliki sifat pemalu atau canggung berhadapan dengan orang lain. Namun, ada pula orang-orang dengan gangguan kepribadian yang membuat mereka sengaja menghindari interaksi dengan orang lain. Kondisi ini dikenal dengan istilah avoidant personality disorder.

    Apa itu avoidant personality disorder?

    Avoidant personality disorder (AVPD) adalah gangguan kepribadian yang membuat pengidapnya menghindari interaksi sosial karena merasa lebih rendah dari orang lain.

    Gangguan mental yang juga disebut gangguan kepribadian menghindar ini tentunya berbeda dari sekadar rasa malu.

    Biasanya, orang-orang yang pemalu hanya sulit berkenalan dengan orang baru. Seiring berjalannya waktu, rasa nyaman akan tumbuh secara bertahap.

    Sementara itu, pengidap gangguan kepribadian menghindar lebih memilih untuk menyendiri atau merasa kesepian dibandingkan mencoba menjalin hubungan dengan orang lain.

    Perasaan ini pun tak cuma terjadi pada satu fase kehidupan, tetapi cenderung menetap.

    Pengidap avoidant personality disorder juga kerap khawatir mengecewakan orang lain dan takut terhadap kritik yang ditujukan kepada dirinya.

    Mereka juga memiliki ketakutan terhadap penolakan yang amat besar sehingga cenderung menghindari berbagai aktivitas sosial.

    Ciri dan tanda-tanda avoidant personality disorder

    perbedaan introvert dan pemalu

    Selain perilaku isolasi dan perasaan rendah diri, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian menghindar kemungkinan memiliki ciri seperti berikut berdasarkan kriteria DSM-V.

  • Menghindari aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain karena merasa takut akan kritikan, celaan, atau penolakan orang lain.
  • Tidak mau berinteraksi dengan orang lain kecuali mereka yakin akan disukai.
  • Terkesan kaku dalam hubungan pribadi karena takut merasa malu atau dipermalukan.
  • Selalu khawatir akan dikritisi atau ditolak pada situasi sosial.
  • Enggan terlibat dalam situasi interpersonal yang baru, seperti berkenalan, karena merasa minder akan dirinya.
  • Cenderung merasa tidak kompeten, tidak menarik, atau merasa lebih rendah dibandingkan orang lain.
  • Sangat ragu untuk mengambil risiko atau terlalu takut untuk memulai aktivitas yang baru karena takut merasa malu.
  • Jika gejala di atas ditemukan pada anak-anak, terdapat kemungkinan jika hal tersebut bukanlah gangguan kepribadian menghindar.

    Mengutip situs Cleveland Clinic, berbagai perilaku yang disebutkan di atas bisa terjadi karena kepribadian anak-anak belum terbentuk seutuhnya.

    Lain lagi ketika gejalanya terjadi pada seorang remaja. Pola kepribadian ini harus diamati terlebih dahulu selama satu tahun sebelum bisa dinyatakan sebagai avoidant personality disorder.

    Penyebab avoidant personality disorder

    Sebenarnya, penyebab pasti dari gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui secara jelas.

    Namun, kemungkinan ada faktor genetik, temperamen bawaan, karakter tiap individu, attachment style (gaya kelekatan), dan lingkungan yang berperan dalam pembentukannya.

    AVPD dapat dipicu oleh trauma di masa kecil. Bisa jadi, mereka yang mengalaminya dulu sering menerima penolakan dari teman sebaya atau orang tua sehingga rasa berharganya jadi rendah.

    Alhasil, perilaku menghindar ini menjadi mekanisme pertahanan yang membantu para pengidapnya mencegah stres dan melindungi diri dari perasaan sakit hati.

    Penanganan untuk avoidant personality disorder

    berkonsultasi dengan psikolog

    Begitu Anda menyadari adanya kemungkinan kondisi ini, pertimbangkanlah untuk pergi ke psikolog.

    Dalam sesi konsultasi, psikolog akan mengajukan pertanyaan mengenai tanda-tanda dan gejala yang Anda rasakan.

    Pertanyaannya dapat meliputi berapa lama Anda telah mengalami gejala, kapan perasaan ingin menghindar muncul, dan apakah gejalanya telah memengaruhi hidup Anda.

    Kemudian, psikolog akan memberikan pertanyaan-pertanyaan lain yang dibuat khusus sebagai alat untuk menilai kondisi Anda. Psikolog juga dapat mengamati respons Anda ketika diajak berbicara secara langsung.

    Bila dari sesi konsultasi ditemukan bahwa Anda benar-benar mengidap avoidant personality disorder, psikolog atau psikiater akan menyusun rencana penanganan yang sesuai untuk Anda.

    Penanganan dapat meliputi psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada perubahan pola pikir serta perilaku.

    Dalam kasus avoidant personality disorder, Anda akan dilatih untuk mengatasi ketakutan akan penolakan dan penilaian dari orang lain yang menghalangi Anda dari interaksi sosial.

    Terkadang, penggunaan obat antidepresan atau anticemas juga bisa dilakukan untuk mengendalikan kecemasan yang biasanya dirasakan orang-orang dengan gangguan ini.

    Bagaimanapun, terapi obat tetap harus dijalani bersama psikoterapi demi tercapainya hasil yang terbaik.

    Ingat, perawatan juga akan lebih efektif jika anggota keluarga terlibat dan menjadi support system. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai kondisi Anda.

    Kesimpulan

    • Avoidant personality disorder adalah gangguan kepribadian yang membuat pengidapnya menghindari interaksi sosial karena merasa lebih rendah dari orang lain.
    • Ciri utamanya ialah menghindari aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain karena merasa takut akan kritikan, celaan, atau penolakan orang lain.
    • Faktor genetik, temperamen bawaan, karakter tiap individu, attachment style (gaya kelekatan), dan lingkungan diduga berperan dalam pembentukannya.
    • Penanganannya melibatkan psikoterapi serta pemberian obat antidepresan dan/atau anticemas bila perlu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 14/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan