backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

3 Aturan Penting Menolong Orang yang Ingin Bunuh Diri

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 14/11/2022

    3 Aturan Penting Menolong Orang yang Ingin Bunuh Diri

    Di Indonesia, bunuh diri dengan cara minum racun dan gantung diri merupakan kasus tertinggi. Setiap tahun, tercatat 800 ribu orang meninggal karena bunuh diri. Dilansir dari CNN Indonesia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012, angka bunuh diri di Indonesia diperkirakan mencapai 4,3 per 100 ribu populasi. Markas Besar Kepolisian RI mencatat ada sekitar 1,900 kasus kematian akibat bunuh diri sepanjang tahun 2012-2013.

    Ketika seseorang yang dekat dengan Anda pernah mengatakan sesuatu yang terdengar seperti ia sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri, atau berkeinginan untuk serius melakukannya, hal ini tidak bisa dianggap sepele. Anda mungkin tidak yakin apa yang harus dilakukan untuk membantunya, apakah Anda harus benar-benar khawatir soal masalah ini, atau jika upaya campur tangan Anda justru mungkin akan membuat situasi jadi lebih buruk.

    Individu yang memiliki kecenderungan bunuh diri mungkin tidak akan meminta bantuan, tapi tidak berarti ia tidak membutuhkan uluran tangan dari orang-orang di sekitarnya. Kebanyakan orang yang pernah mencoba atau ingin bunuh diri tidak ingin benar-benar mati — mereka hanya ingin rasa sakit itu untuk berhenti.

    Mengambil tindakan secepatnya adalah pilihan terbaik dan dapat menyelamatkan hidup seseorang. Begini caranya.

    1. Awali dengan bertanya

    Berbicara dengan teman atau anggota keluarga seputar topik bunuh diri dan apa yang mereka alami bisa menjadi hal yang sulit. Namun, sekalipun Anda tidak yakin bagaimana memulainya, bertanya adalah pembuka yang baik.

    Mulailah dengan santai, seperti memulai percakapan sehari-hari:

    • Belakangan ini, saya khawatir dengan keadaanmu.
    • Sudah lama kita nggak ngobrol berdua, kamu apa kabar?
    • Pengen ngecek kamu aja nih, kayaknya ada yang lagi dipikirin banget. Kamu nggak apa-apa?
    • Saya perhatikan, kamu belakangan ini selalu sedih. Kenapa?

    Jika pembicaraan mulai mengarah ke topik sebenarnya, Anda bisa ajukan pertanyaan terbuka, misalnya:

    • Apa kamu pernah menyakiti diri sendiri?
    • Apa kamu ingin bunuh diri? — Anda tidak berusaha untuk “mencuci otak” mereka dengan pertanyaan ini. Anda justru menunjukkan bahwa Anda benar-benar khawatir, dan Anda menanggapi masalah ini dengan serius, serta tidak masalah untuknya membagi penderitaan yang ia hadapi dengan Anda.
    • Apa keinginan tersebut masih ada?
    • Apa kamu pernah berpikir bagaimana atau kapan kamu akan melakukannya?
    • Sejak kapan kamu mulai merasa seperti ini? Apa yang membuat kamu ingin melakukannya?
    • (Jika sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri) Kapan kamu melakukannya?
    • Bagaimana perasaanmu setelah melakukannya?

    Tunjukkan ketertarikan dan kehadiran Anda. Cobalah untuk tidak mempengaruhi apa yang mereka katakan, sebaliknya berikan mereka kesempatan untuk berbicara jujur dan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti di atas akan mendorong mereka untuk terus berbicara. Hindari pernyataan yang bisa mengakhiri obrolan, seperti “aku mengerti maksudmu” atau “jangan terlalu mengkhawatirkan hal tersebut.”

    Mengajukan pertanyaan bisa menjadi cara yang berguna untuk membiarkan lawan bicara Anda tetap memegang kendali arah pembicaraan sementara juga memungkinkan mereka untuk mengeluarkan uneg-uneg tentang perasaan mereka sebenarnya.

    Bertanya seputar pemikiran atau keinginan bunuh diri tidak akan mendorong orang tersebut untuk melakukan hal-hal yang berpeluang membahayakan dirinya sendiri. Bahkan, menawarkan diri untuk menjadi teman curhat dan kesempatan untuknya membuka diri dapat mengurangi risiko seseorang untuk benar-benar melaksanakan niat bunuh diri.

    2. Dengarkan, jangan menghakimi maupun menceramahi

    Bunuh diri adalah upaya putus asa seseorang untuk melarikan diri dari jeratan penderitaan yang tidak tertahankan. Dibutakan oleh perasaan membenci diri sendiri, keputusasaan, dan isolasi, ia tidak dapat melihat cara lain untuk mendapatkan bantuan selain kematian. Meski begitu, sekalipun mereka diselimuti oleh keinginan kuat untuk menghentikan rasa sakit tersebut, pada umumnya mereka akan mengalami pertentangan batin mengenai upaya mengakhiri hidup mereka sendiri. Mereka berharap ada jalan keluar selain bunuh diri, namun mereka tidak bisa melihat opsi lainnya.

    Berbicara mengenai masalah yang dialami oleh seseorang tidak selalu mudah dan Anda mungkin tergoda untuk menawarkan solusi. Namun sering kali hal terpeting yang bisa Anda lakukan untuk membantunya adalah cukup dengan mendengarkan apa yang mereka katakan. Penting untuk tidak menghakimi tentang bagaimana seseorang berpikir dan berperilaku. Jangan berargumen mengenai aspek benar-salah bunuh diri, atau apakah perasaan yang mereka alami selama ini benar atau salah. Jangan pula memberikan “ceramah” seputar nilai-nilai kehidupan saat Anda ingin membantu seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri.

    Anda mungkin merasa bahwa beberapa aspek pemikiran dan perilaku mereka membuat situasi memburuk. Misalnya, mereka menenggak terlalu banyak alkohol atau tidak bisa berhenti melukai diri sendiri. Bagaimanapun juga, mencoba untuk “meralat” mereka. Hal ini tidak akan membawa banyak manfaat bagi mereka. Jaminan bahwa mereka tidak sendirian, rasa hormat, peduli, dan dukungan dapat membantu mereka melewati masa sulit ini.

    3. Cari bantuan

    Perlakukan segala upaya mengakhiri nyawa sendiri sebagai situasi gawat darurat.

    Berbicara mengenai perasaan memang dapat membantu mereka merasa aman dan tenang, namun perasaan ini mungkin tidak akan bertahan lama.

    Jangan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan dengan orang yang berkeinginan bunuh diri. Ambil tindakan cepat — jauhkan atau buang segala benda tajam dan berbahaya, atau benda lainnya yang mungkin bisa digunakan untuk mengakhiri hidup — dan cari bantuan dari pihak luar (psikolog, dokter, psikiater, dan polisi), jika Anda tidak yakin bagaimana harus mengambil tindakan selanjutnya.

    Jika ada bahaya darurat, pastikan untuk tidak meninggalkan mereka sendirian. Sering kali orang yang mencoba bunuh diri hanya ditangani di Unit Gawat Darurat, tanpa konsultasi lebih lanjut dengan psikiater mengenai isu-isu dibalik penyebabnya. Data yang masuk ke rumah sakit umumnya hanya tercatat tindakan akhir yang dilakukan si pasien seperti keracunan, dan tidak dicatat sebagai percobaan bunuh diri.

    Mungkin ia membutuhkan sistem dukungan jangka panjang yang lebih komprehensif untuk membantu mereka mengatasi pemikiran negatif tersebut. Bantuan dari luar penting karena sebagian besar orang yang berniat bunuh diri lebih memilih diam dan memendam masalahnya sendiri.

    Bantuan tenaga profesional akan memudahkan Anda berdua. Tidak hanya tim profesional akan membantu dirinya untuk menanggulangi isu-isu di balik penyebab kecenderungan bunuh diri, namun mereka juga akan memberikan dukungan dan saran untuk Anda dan orang-orang terdekatnya.

    Untuk mendapatkan bantuan dari ahlinya, Anda bisa cari psikolog atau psikiater terdekat dari lokasi Anda dan booking layanannya melalui Hello Sehat.

    BACA JUGA:

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 14/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan