backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

4 Fase dalam Siklus Menstruasi yang Harus Wanita Kenali

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 14/09/2022

    4 Fase dalam Siklus Menstruasi yang Harus Wanita Kenali

    Rentang siklus menstruasi wanita bisa berbeda-beda. Ada yang rutin haid setiap 21—35 hari sekali, tetapi ada pula yang lebih cepat atau lambat daripada itu. Sepanjang siklus tersebut, ada proses yang terjadi secara bertahap di dalam rahim. Inilah yang kemudian disebut dengan fase menstruasi. Apa saja fase atau tahap dalam siklus menstruasi?

    Fase menstruasi yang terjadi pada setiap siklus

    Pada dasarnya, dalam satu siklus menstruasi (haid) tiap bulan, tubuh wanita mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kemungkinan kehamilan.

    Setiap bulan, ovarium akan melepaskan sel telur dalam proses yang disebut ovulasi. Pada saat yang sama, perubahan hormon akan membantu mempersiapkan rahim sebagai cikal bakal tempat untuk bayi tumbuh dan berkembang.

    Jika sel telur sudah lepas dan tidak kunjung dibuahi, lapisan rahim yang tadinya dipersiapkan untuk kehamilan akan luruh. Meluruhnya lapisan rahim melalui vagina inilah yang disebut dengan menstruasi.

    Selama proses tersebut, ada 4 tahapan atau fase menstruasi yang umum terjadi. Mengetahui fase-fase ini bisa membantu Anda memprediksi kapan haid lagi pada bulan berikutnya.

    Bagi Anda yang ingin memiliki anak, memahaminya dapat membantu Anda mengetahui masa paling subur untuk mulai merencanakan kehamilan.

    Meski begitu, panjang setiap fase atau tahapan haid bisa berbeda antara satu wanita dengan yang lainnya. Panjangnya fase menstruasi pada satu wanita juga bisa berubah seiring berjalannya waktu.

    Berikut adalah 4 tahap atau fase menstruasi yang umum terjadi pada wanita setiap bulannya.

    1. Fase menstruasi

    penyebab telat haid 1 bulan pada remaja

    Fase menstruasi dimulai ketika sel telur yang dikeluarkan ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Hal ini membuat kadar estrogen dan progesteron turun.

    Lapisan rahim yang menebal dan sudah dipersiapkan untuk mendukung kehamilan pun tak lagi dibutuhkan.

    Akhirnya, lapisan rahim ini luruh dan keluar dalam bentuk darah yang disebut dengan menstruasi. Selain darah, vagina juga akan mengeluarkan lendir dan jaringan rahim.

    Pada tahap ini, Anda juga akan mengalami berbagai gejala menstruasi yang dapat dirasakan berbeda oleh tiap wanita, seperti berikut ini.

    • Kram perut.
    • Payudara terasa kencang dan nyeri.
    • Perut kembung.
    • Mood atau suasana hati mudah berubah.
    • Mengidam makanan.
    • Jerawat.

    Dalam satu siklus, menstruasi rata-rata berlangsung selama 3—7 hari. Namun, sebagian wanita juga bisa mengalami haid lebih dari 7 hari.

    2. Fase folikuler (pra-ovulasi)

    Fase folikuler atau pra-ovulasi dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada hari pertama Anda haid atau menstruasi, hormon perangsang folikel (FSH) mulai meningkat.

    Kondisi ini dimulai ketika hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari dan melepas zat kimia yang disebut dengan hormon pelepas gonadotropin (GnRH).

    GnRH mendorong pelepasan hormon LH dan FSH. Hormon FSH yang dilepas pada fase ini bertugas merangsang indung telur menghasilkan 5—20 kantong kecil yang disebut folikel.

    Setiap folikel mengandung sel telur yang belum matang. Dalam prosesnya, hanya satu folikel yang akan matang menjadi telur, sedangkan yang lainnya mati.

    Proses ini umumnya terjadi pada hari ke-10 dari 28 hari siklus menstruasi Anda. Namun, wanita lain bisa mengalaminya lebih cepat atau lambat hingga hari ke-14.

    Folikel yang matang kemudian akan memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim sebagai persiapan kehamilan.

    3. Fase ovulasi

    perkembangan janin 1 minggu kehamilan

    Meningkatnya kadar hormon estrogen selama fase folikel memicu pelepasan hormon luteinizing (LH). Peningkatan kadar LH inilah yang kemudian merangsang terjadinya ovulasi.

    Adapun ovulasi biasanya terjadi di pertengahan siklus, yaitu pada hari ke-14 dari siklus menstruasi 28 hari.

    Sel telur yang dilepas pada proses ovulasi kemudian bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma.

    Masa hidup sel telur ini biasanya hanya sekitar 24 jam untuk sampai bertemu sperma. Setelah 24 jam, sel telur yang tak bertemu sperma akan mati.

    Inilah mengapa fase ovulasi adalah satu-satunya kesempatan terbaik sepanjang siklus menstruasi untuk Anda berkesempatan hamil.

    Ketika ovulasi, wanita biasanya mengalami berbagai tanda atau gejala, seperti keputihan yang kental dan bening serta suhu tubuh yang sedikit meningkat.

    4. Fase luteal (pramenstruasi)

    Saat folikel melepaskan telurnya, bentuknya berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon progesteron dan estrogen.

    Peningkatan hormon pada fase ke-4 menstruasi ini berfungsi menjaga lapisan rahim tetap menebal dan siap untuk ditanamkan telur yang telah dibuahi.

    Jika positif hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon inilah yang terdeteksi dalam tes urine kehamilan untuk dinyatakan positif hamil.

    Namun, jika Anda tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan mati. Kadar estrogen dan progesteron pun perlahan menurun sehingga membuat lapisan rahim akhirnya terlepas dan meluruh.

    Apabila tidak hamil, pada fase ini Anda akan mengalami sindrom pramenstruasi (PMS) dengan gejala, seperti sakit kepala, perubahan mood, atau perut kembung.

    Fase luteal biasanya berlangsung pada sekitar hari ke-15 hingga ke-28 dari siklus menstruasi normal Anda.

    Hormon yang berperan pada fase siklus menstruasi

    hormon estrogen

    Pada setiap fase siklus menstruasi di atas, hormon-hormon dalam tubuh memainkan peran penting dalam mengaturnya. Apa saja hormon-hormon tersebut?

    Berikut adalah hormon-hormon yang berperan mengatur fase menstruasi wanita.

    1. Estrogen

    Hormon estrogen bertugas mematangkan sel telur sebelum ovulasi serta berperan dalam pertumbuhan lapisan rahim guna mempersiapkan kemungkinan kehamilan.

    Melansir Cleveland Clinic, kadar estrogen akan menurun tajam ketika kehamilan tidak terjadi (sel telur tidak dibuahi), yang kemudian terjadi menstruasi.

    Namun, jika sel telur dibuahi dan kehamilan terjadi, estrogen bekerja sama dengan progesteron untuk menghentikan ovulasi selama kehamilan.

    2. Progesteron

    Hormon progesteron memicu lapisan rahim untuk menebal dan mencegah otot rahim berkontraksi agar dapat menerima sel telur yang telah dibuahi dan kehamilan bisa terjadi.

    Ketika hamil, progesteron akan merangsang tubuh untuk menciptakan pembuluh darah di lapisan rahim. Tujuannya untuk memberi makan janin yang akan tumbuh nantinya.

    Jika wanita tidak hamil, korpus luteum yang menempel akan rusak, sehingga menurunkan kadar progesteron di dalam tubuh. Perubahan hormon ini yang kemudian memicu menstruasi.

    3. Hormon luteinizing (LH)

    Hormon ini berperan merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen. Dalam fase menstruasi, lonjakan hormon LH menyebabkan ovarium melepaskan sel telur selama ovulasi.

    Jika pembuahan terjadi, hormon luteinizing akan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan progesteron guna mempertahankan kehamilan.

    4. Hormon perangsang folikel (FSH)

    FSH adalah hormon pada siklus menstruasi yang membantu pertumbuhan folikel di ovarium yang berperan pada produksi sel telur.

    Folikel menghasilkan estrogen dan progesteron dalam ovarium untuk menjaga siklus haid tetap teratur.

    5. Hormon pelepas gonadotropin (GnRh)

    Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) adalah hormon yang mengendalikan dan merangsang pelepasan LH dan FSH.

    Hormon ini diproduksi dari sel-sel di hipotalamus dalam otak. Lalu, dilepaskan ke pembuluh darah kecil yang membawa hormon ke kelenjar pituitari untuk menghasilkan LH dan FSH.

    Itulah penjelasan mengenai rangkaian fase menstruasi beserta hormon-hormon yang terlibat. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 14/09/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan