backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Masalah Gizi pada Balita yang perlu Diperhatikan Orangtua

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 16/01/2024

    Masalah Gizi pada Balita yang perlu Diperhatikan Orangtua

    Setiap orangtua tentu ingin memberikan gizi dan nutrisi terbaik untuk anak balita demi mendukung tumbuh kembangnya. Namun, perjalanan dalam pemberian makanan pada si Kecil tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa masa anak balita Anda lahap makan, tapi tidak selera makan di keesokan harinya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama, hal ini bisa menimbulkan masalah gizi pada balita. Berikut penjelasan lengkapnya.

    Masalah gizi pada balita usia 2—5 tahun

    Ada beberapa jenis masalah gizi pada balita di usia 2—5 tahun yang kerap terjadi di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

    1. Stunting

    Stunting adalah kondisi tinggi badan anak jauh lebih pendek dibanding tinggi badan anak sesuainya.

    Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak baik di dalam kandungan, sampai anak usia dua tahun.

    Beberapa tahun belakangan, pencegahan stunting sebagai masalah gizi pada balita sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia.

    Bukan tanpa alasan, World Bank menjelaskan bahwa 8,4 juta anak di Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan.

    Antara tahun 2010 sampai 2013, jumlah anak bayi yang stunting di Indonesia meningkat dari 35,6 persen menjadi 37,2 persen.

    Sementara data dari Jurnal Gizi Pangan, anak balita usia 48—59 bulan yang mengalami masalah gizi kategori stunting sebanyak 29,8%.

    Prof. Dr. Endang Achadi, seorang pakar nutrisi dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa tantangan utama dalam mengatasi stunting di Indonesia adalah menghilangkan anggapan kalau pendek dianggap normal karena alasan genetik. 

    “Kalau hanya pendek, itu bukan masalah. Namun, ketika sampai stunting, ini membuat proses lain di dalam tubuh menjadi terhambat, seperti perkembangan otak dan kecerdasan,” tambahnya. 

    Dalam Jurnal Gizi dan Pangan dituliskan bahwa proporsi anak laki-laki dan perempuan yang mengalami stunting hasilnya tidak jauh berbeda.

    Sebanyak 51,5% balita yang mengalami stunting adalah perempuan, sedangkan 55,3% lainnya adalah anak laki-laki.

    Penyebab stunting

    Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari masalah gizi pada balita yang satu ini. Berikut di antaranya, mengutip dari WHO.

    • Pemberian makan yang tidak tepat

    Praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi bisa menyebabkan stunting yang termasuk pada masalah gizi balita.

    Pemberian makan di sini tidak hanya ketika MPASI (makanan pendamping ASI), tetapi juga menyusui yang tidak optimal. 

    • Penyakit menular dan infeksi

    Infeksi dan penyakit menular bisa menyebabkan stunting. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk.

    Kondisi ini membuat fungsi dan kemampuan usus berkurang sehingga menyebabkan penyakit jadi lebih mudah masuk. 

    • Kemiskinan

    Sebagian besar dari kondisi kemiskinan atau pengasuh yang kurang awas terhadap gizi balita, bisa menyebabkan masalah pada balita.

    Salah satu masalah makan pada balita adalah praktik pemberian makan yang kurang tepat. Beberapa contohnya seperti makan sambil digendong atau bermain.

    Selain itu, makanan yang tidak bervariasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan balita.

    Cara menangani stunting sebagai masalah gizi pada balita

    Sebenarnya, stunting tidak bisa disembuhkan bila anak sudah mencapai usia dua tahun. Lalu, bagaimana menangani anak balita stunting usia 2—5 tahun?

    Mencukupi nutrisi yang sehat sangat penting agar anak tidak mudah sakit. Berikut kandungan yang harus ada di dalam makanan.

    • Protein

    Semua nutrisi di dalam makanan sebenarnya penting untuk anak. Namun, untuk anak stunting ada beberapa jenis  zat gizi yang perlu dikonsumsi lebih banyak.

    Salah satu zat gizi tersebut yaitu protein karena mampu membentuk sistem kekebalan tubuh balita dan menunjang pertumbuhan tulang serta otot. 

    • Zat besi

    Selain protein, ada zat besi yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ini membuat jaringan tubuh berkembang sesuai fungsinya.

    Kekurangan zat besi bisa menghambat pertumbuhan dan menyebabkan anemia. Kalau tidak ditangani, kondisi ini bisa menghambat perkembangan mental.

    Satu dari tiga anak di bawah usia 5 tahun rentan mengalami anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya. 

    Kondisi ini dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori yang berpengaruh pada kemampuan belajar anak jika tidak segera diatasi. 

    Untuk itu, bantu optimalkan kebutuhan zat besi harian anak dengan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C untuk bantu mencegah anemia defisiensi zat besi dan dukung perkembangan otaknya.​​

    • Kalsium dan vitamin D

    Fungsi utama kedua kandungan ini adalah menjaga kekuatan tulang. Kalsium merupakan bahan utama di dalam tulang, sedangkan vitamin D membantu proses metabolisme kalisum.

    Kalsium juga dibutuhkan untuk kesehatan sistem saraf, otot, dan jantung.

    2. Kurang gizi

    Malnutrisi atau kurang gizi merupakan masalah gizi pada balita dengan kondisi tubuh terlalu kurus atau terlalu gemuk.

    Sama seperti obesitas, anak balita yang kekurangan gizi juga memiliki risiko kesehatan yang buruk.

    Pasalnya, kebutuhan zat gizi yang kurang terpenuhi di masa pertumbuhan, bisa membuat anak lebih mudah sakit dan terkena infeksi di awal kehidupannya.

    Hal tersebut bisa berpengaruh pada kesehatan anak ketika ia sudah dewasa. 

    Kurang gizi bisa menyebabkan masalah pada si kecil, yaitu sebagai berikut.

    • Masalah kesehatan jangka pendek dan panjang.
    • Tubuh kesulitan untuk memulihkan diri ketika terkena penyakit.
    • Berisiko terkena infeksi.
    • Sulit fokus ketika menerima pelajaran.

    Anak balita yang kekurangan gizi biasanya bermasalah dengan asupan vitamin, mineral, dan kandungan penting lainnya.

    Penyebab balita kurang gizi

    Beberapa penyebab anak balita mengalami kurang gizi, yaitu:

  • Akses mendapatkan makanan
  • Ketika orangtua kesulitan untuk mendapatkan makanan kaya gizi dan nutrisi hal ini bisa menyebabkan anak balita kekurangan gizi. 

    • Masalah penyerapan gizi pada balita

    Selain akses dalam mendapatkan makanan padat nutrisi, masalah penyerapan nutrisi pada tubuh juga bisa menyebabkan kurang gizi.

    Salah satu contohanya yaitu karena pertumbuhan bakteri yang berlebih di usus.

    Cara menangani kurang gizi sebagai masalah gizi pada balita

    Bila si kecil didiagnosis mengalami kurang gizi oleh dokter, Anda perlu melakukan beberapa perawatan di rumah sakit bersama ahli nutrisi. Berikut pemeriksaan yang akan dilakukan.

    • Melakukan pemantauan kesehatan.
    • Membuat jadwal makan yang termasuk suplemen penambah nafsu makan.
    • Memeriksa masalah mulut dan menelan.
    • Mengobati infeksi yang mungkin terjadi pada balita.

    Namun selain poin di atas, bila anak Anda mengalami kondisi yang sangat parah, perlu perawatan khusus sebagai berikut.

    • Rawat inap di rumah sakit.
    • Mengonsumsi suplemen penambah berat badan selama beberapa hari.
    • Mendapat asupan kalium dan kalsium melalui suntikan.

    Ketika masalah gizi pada balita berada di level gawat, petugas kesehatan akan terus memantau dan memastikan si kecil mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

    3. Obesitas

    Menurut Global Nutrition Report tahun 2014, Indonesia merupakan salah satu dari 17 negara yang memiliki tiga masalah gizi pada balita yang bertolak belakang.

    Di satu sisi mengalami kekurangan gizi, tapi di sisi lain ada yang obesitas. Berbagai permasalahan ini misalnya, stunting, wasting (kurus), dan obesitas atau gizi berlebih. 

    Obesitas merupakan kondisi tidak normal karena tubuh memiliki kelebihan lemak di dalam jaringan adiposa yang bisa mengganggu kesehatan.

    Balita usia 2—5 tahun bisa dikatakan obesitas bila grafik pertumbuhannya menunjukkan tanda di bawah ini, mengutip WHO.

    • Kelebihan berat badan ketika berat badan balita > 2 SD di atas garis standar pertumbuhan WHO
    • Obesitas adalah kondisi berat badan balita > 3 SD di atas garis standar pertumbuhan WHO

    Melihat penjelasan di atas, penting untuk orangtua menghitung tinggi dan berat badan si kecil secara bersamaan agar pertumbuhannya proporsional. Apakah angkanya sesuai dengan grafik pertumbuhan di usianya atau tidak.

    Dengan begitu Anda tidak hanya fokus pada berat anak balita. Jika kebingungan bagaimana menghitung berat dan tinggi badan ideal si kecil, mintalah bantuan dokter untuk melakukannya.

    Faktor yang meningkatkan risiko obesitas pada balita

    Adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada balita, yaitu:

    • Mengonsumsi makanan tinggi kalori

    Mengutip dari Mayo Clinic, mengonsumsi makanan tinggi kalori secara terus menerus bisa menyebabkan obesitas pada balita.

    Ditambah lagi, di usia 2-5 tahun nafsu makan si Kecil sedang berubah-ubah dan ingin mencoba banyak makanan baru.

    Makanan yang termasuk tinggi kalori seperti makanan cepat saji, makanan dipanggang, dan makanan ringan. 

    • Kurang olahraga

    Ada tipe anak yang senang makan tapi malas bergerak, inilah yang bisa menjadikannya obesitas. Anak balita yang kurang olahraga bisa memicu masalah pada gizi yang berbahaya, seperti obesitas.

    Biasanya hal ini terjadi ketika anak terlalu banyak makan tetapi jarang bergerak karena terlalu sering menatap layar untuk main gadget.

    • Faktor keluarga

    Bila Anda, pasangan, atau keluarga memiliki riwayat obesitas, kemungkinan besar hal ini akan diturunkan pada si kecil. Terutama bila keluarga terbiasa untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori tanpa melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga.

    • Faktor psikologis anak balita

    Di usia 2-5 tahun, balita sudah bisa merasakan stres dan mengalihkan perhatiannya dengan makanan.

    Anak menganggap bahwa makanan bisa melepaskan emosi yang ada di dalam diri, seperti marah, stres, atau hanya sekadar melawan kebosanan. Jika dibiarkan, hal ini bisa menimbulkan masalah gizi serius pada balita.

    Cara menangani obesitas sebagai masalah gizi pada balita

    Ketika balita Anda mengalami kelebihan berat badan sampai obesitas, berikut cara menanganinya, mengutip dari Mayo Clinic.

    • Membatasi konsumsi minuman yang mengandung pemanis.
    • Ganti snack yang manis dengan buah-buahan.
    • Memberi banyak asupan buah dan sayur.
    • Batasi makan di luar, terutama restoran cepat saji.
    • Sesuaikan porsi makan dengan usia anak.
    • Batasi pemakaian TV atau gadget setidaknya hanya dua jam sehari.
    • Pastikan anak cukup tidur baik di siang maupun malam hari.

    Kunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan, setidaknya setahun sekali. Dalam kunjungan ini, dokter akan mengukur tinggi dan berat badan si kecil, lalu menghitung indeks massa tubuh (BMI).

    Pengukuran ini penting untuk melihat apakah tubuh si kecil sudah proporsional atau belum.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 16/01/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan