backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

4 Mitos yang Salah Seputar Makan Telur

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Monika Nanda · Tanggal diperbarui 15/06/2021

    4 Mitos yang Salah Seputar Makan Telur

    Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung beragam zat gizi. Protein, vitamin, mineral, hingga omega 3 terdapat di dalam telur. Bisa Anda bayangkan bagaimana telur dapat ‘menghidupi’ seekor anak ayam, tidak heran telur menjadi salah satu jenis makanan yang disebut-sebut padat nutrisi. Tetapi, tidak sedikit mitos yang beredar terkait telur, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berikut adalah beberapa mitos terkait telur dan penjelasannya:

    1. Konsumsi telur menyebabkan kenaikan kadar kolesterol

    Hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Telur memang tinggi akan kolesterol, terutama pada bagian kuning telur. Satu buah kuning telur dapat mengandung hingga 186 mg kolesterol, sementara batas konsumsi kolesterol harian yang dianjurkan adalah 300 mg. Konsumsi dua buah telur saja sudah melebihi batas anjuran, belum lagi kolesterol yang kita dapat dari makanan lain.

    Tetapi jika Anda khawatir terhadap meningkatnya angka kolesterol Anda karena mengonsumsi telur, maka sebaiknya Anda juga mengawasi jenis makanan lain yang Anda makan. Meskipun telur termasuk tinggi kolesterol, sebenarnya lemak jenuh lebih berperan terhadap peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh Anda. Lemak jenuh biasa terdapat dalam daging, mentega, dan susu beserta olahannya. Kadar lemak jenuh dalam telur hanya sebesar 1,6 gram, relatif kecil jika dibandingkan dengan kadar lemak jenuh dalam daging sapi.

    Peningkatan kadar kolesterol dalam darah setelah konsumsi makanan yang mengandung kolesterol lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi jika tiba-tiba kadar kolesterol Anda meningkat, jangan terburu-buru menyalahkan telur.

    2. Konsumsi telur meningkatkan risiko penyakit jantung

    Hal ini masih berhubungan dengan kadar kolesterol pada telur. Kolesterol, terutama kolesterol jahat atau LDL, merupakan salah satu faktor risiko terbesar dalam kasus penyakit jantung. Berdasarkan hal tersebut, banyak orang kemudian menghindari makanan yang mengandung kolesterol karena ditakutkan dapat meningkatkan risiko mereka menderita penyakit jantung di kemudian hari. Tetapi tahukah Anda bahwa setiap warga negara Jepang rata-rata bisa mengonsumsi 328 butir telur per tahunnya (ini termasuk jumlah besar jika dibandingkan dengan konsumsi telur negara lain) tapi justru memiliki rata-rata kadar kolesterol dan kejadian penyakit jantung yang lebih rendah jika dibandingkan dengan negara maju lainnya?

    Setelah diteliti lebih lanjut, ini karena pola diet orang Jepang secara keseluruhan cenderung rendah lemak jenuh jika dibandingkan dengan orang Amerika misalnya, yang mengonsumsi telur bersamaan dengan bacon, mentega, dan sosis. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konsumsi lemak jenuh lebih berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol jahat jika dibandingkan dengan konsumsi kolesterol yang terdapat pada telur.

    3. Jika ingin makan telur, lebih baik makan putih telurnya saja

    Kebanyakan vitamin dan mineral pada telur banyak terkandung dalam kuning telurnya. Vitamin D, vitamin A, vitamin E, kolin, lutein, dan zeaxanthin yang berfungsi menjaga kesehatan dan memaksimalkan fungsi tubuh Anda juga tersimpan di dalam kuning telur. Pada putih telur lebih banyak terdapat kandungan protein, sekitar 60% protein yang terdapat pada telur terdapat di putih telur dan 40% nya terdapat di kuning telur. Jika Anda membuang bagian kuning telur, maka sebagian besar vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh juga akan ikut terbuang.

    4. Telur berisiko menyebabkan keracunan makanan

    Banyak orang menghindari telur karena takut timbul gejala alergi atau bahkan keracunan makanan. Telur memang salah satu bahan makanan yang berpotensi ‘terkontaminasi’ terutama jika pengolahannya tidak benar. Telur dapat mengandung bakteri salmonella dan dapat menyebabkan penyakit terutama bagi kelompok berisiko seperti bayi dan anak-anak, orang tua, serta wanita hamil. Untuk menghindari keracunan makanan karena telur, memasak telur hingga matang merupakan pencegahan yang paling baik. Menyimpan telur dengan benar serta menghindari kontaminasi silang juga dapat mencegah telur terkontaminasi bakteri berbahaya.

    Jika Anda tidak berada pada kelompok yang berisiko, biasanya konsumsi telur setengah matang tidak akan berbahaya bagi Anda. Tetapi jika Anda khawatir dengan risikonya, Anda dapat mengonsumsi telur yang matang (di mana bagian kuning dan putih telurnya sudah mengeras).

    Kapan sebaiknya Anda membatasi konsumsi telur?

    Meskipun telur termasuk salah satu jenis makanan sehat yang padat nutrisi, tetapi sama seperti jenis makanan lainnya, tentu ada kelompok orang tertentu yang sebaiknya membatasi konsumsi telur. Mereka yang memiliki kesulitan untuk mengontrol kadar kolesterol dalam darah atau memiliki riwayat koletserol disarankan untuk membatasi asupan kolesterolnya, termasuk membatasi konsumsi kuning telur. Anda bisa mengonsumsi putih telur atau makanan yang terbuat dari putih telur saja.

    Selain itu, mereka yang menderita diabetes juga disarankan untuk mengurangi konsumsi kolesterol. Berdasarkan Nurses’ Health Study, suatu penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun kepada sekolompok perawat, risiko terkena penyakit jantung di kemudian hari lebih besar pada mereka yang diabetes dan mengonsumsi satu butir telur atau lebih setiap harinya. Mereka yang memiliki penyakit diabetes dan penyakit jantung, disarankan utnuk membatas konsumsi kuning telur setidaknya 3 butir per minggu.

    BACA JUGA:

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Monika Nanda · Tanggal diperbarui 15/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan